JAKARTA, duniafintech.com โ Berita fintech Indonesia mengulas dampak ambruknya Silicon Valley Bank terhadap industri fintech Indonesia.
Setelah Indonesia Fintech Society (IFSoc) angkat bicara, selanjutnya Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) ikut urun suara terkait dampak kolapsnya Silicon Valley Bank terhadap industri fintech di tanah air.
Berikut ini berita fintech Indonesia selengkapnya, seperti disitat dari Tempo.co, Kamis (23/3/2023).
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Kredit Bermasalah Pinjol Melonjak, Ini Penyebabnya
Berita Fintech Indonesia: Pendana Utama Para Startup
Wakil Sekretaris Jenderal II Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech), Firlie Ganinduto, bukan suara soal dampak kolapsnya Silicon Valley Bank terhadap industri fintech di Indonesia.
“Silicon Valley Bank itu rata-rata nasabahnya itu adalah venture capital yang mana kita tahu ini adalah pendana utama para startup,” ucapnya, baru-baru ini.
Ia berpandangan, ditambah dengan kondisi geopolitik global, yaitu perang Rusia Ukraina yang masih terjadi, hal-hal tersebut mendorong harga komoditas melambung yang pada gilirannya akan berdampak ke Indonesia.ย
“Dari sisi perbankan pasti akan mengetatkan proses operasional sesuai dengan sisi prudential. Itu pasti,” katanya.
Lebih jauh, imbuhnya, pemerintah juga mungkin akan wait and see situasi apa yang akan terjadi, seperti naiknya inflasi dan sebagainya.
“Beberapa asumsi juga sudah terkoreksi, angka inflasi juga terkoreksi,” paparnya.
Maka dari itu, dalam pandangannya, pengambilan arah kebijakan dalam situasi dan kondisi seperti ini menjadi penting.
Di lain sisi, ia mengungkap bahwa selama krisis besar di Indonesia, Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UMKM) sangat membantu pergerakan ekonomi.
“Nah, UMKM ini harus tetap didorong untuk operasional karena pelaku UMKM ini adalah ujung tombak daripada roda perekonomian di Indonesia sehingga dalam kaitannya ini mungkin perkembangan UMKM harus diperhatikan,” tuturnya.
Adapun Indonesia sebagai negara dengan penduduk keempat terbesar di dunia yang unbanked atau tidak memiliki akses ke bank, lanjut Firlie, harus direspons segera oleh pemerintah.ย
Terkait hal itu, pemerintah menargetkan inklusi keuangan pada 2024 sebesar 90 persen.
“Satu-satunya cara agar angka ini terealisasi adalah kerja sama dengan fintech karena bank memiliki limitasi,” jelasnya.
Kata dia lagi, fintech dan perbankan dapat disinergikan, dalam hal ini fintech bisa menjamah masyarakat yang unbanked atau UMKM.ย
“Mereka (fintech) memiliki teknologi-teknologi tertentu untuk memitigasi risiko yang lebih fokus dan terarah, sehingga fintech ini bisa memberikan fasilitas permodalan untuk memberikan kesempatan kepada UMKM,” tandasnya.
Berita Fintech Indonesia: Silicon Valley Bank Ambruk, Begini Tanggapan IFSoc Terkait Fintech
Sebelumnya, menyitat Bisnis.com, Indonesia Fintech Society (IFSoc) angkat bicara terkait ambruknya Silicon Valley Bank (SVB).
Menurut IFSoc, kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) di tengah tech winter perlu serius dilihat sebagai sinyal dan peringatan dini agar sektor fintech Indonesia segera memperkuat tata kelola perusahaan dan manajemen risiko.
Disampaikan Ketua Steering Committee IFSoc, Rudiantara, sektor keuangan digital di Indonesia harus tetap waspada dan terus mencermati perkembangan kasus yang terjadi.
โKami berharap kondisi sektor keuangan digital dapat semakin stabil di tengah tech winter yang hingga saat ini masih bergulir,โ katanya lewat keterangan resmi, Kamis (16/3/2023).
Ia pun menyambut positif pernyataan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyebut bahwa tutupnya SVB tidak berdampak langsung pada industri keuangan di Indonesia, yang dibuktikan dengan kondisi sektor perbankan yang masih kuat dan stabil.
IFSoc menilai, pernyataan OJK tersebut merupakan kabar yang melegakan di tengah begitu banyaknya spekulasi yang bermunculan seiring dengan kolapsnya SVB, utamanya di sektor fintech.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Fintech Lending Mulai Raup Keuntungan, Ini Penyebabnya Kata OJKย
Rudiantara menambahkan, berbagai spekulasi di berbagai kanal media sosial berkembang dengan sangat cepat pascapenutupan SVB oleh otoritas sektor keuangan di Amerika Serikat pada 10 Maret lalu.
Ia berpandangan, di sektor keuangan termasuk fintech, spekulasi yang berkembang liar berpotensi memicu kepanikan masyarakat.
โHal ini akan membantu memberikan kepastian informasi dan mengerem perkembangan berbagai spekulasi yang berpotensi mengganggu kekondusifan sektor keuangan dan fintech di Indonesia,โ tuturnya.
Berpengaruh pada Fintech dalam Pendanaan
Ditambahkan Steering Committee IFSoc, Tirta Segara, kenaikan suku bunga, kebijakan moneter ketat, di negara-negara maju karena inflasi yang tinggi secara langsung telah berpengaruh pada kemampuan perusahaan startup termasuk fintech dalam mendapatkan pendanaan murah.ย
Fenomena itu, ditambah dengan semakin menurunnya nilai aset likuid bank, disinyalir berkaitan dengan kejatuhan Silicon Valley Bank.
Menurut observasi IFSoc, nilai pendanaan startup fintech memang meningkat sepanjang 2022, tetapi dengan jumlah penerima pendanaan yang menurun.
โStartup fintech telah memasuki babak baru. Saat ini, investor lebih selektif dalam memberikan pendanaan dengan lebih berfokus pada profitabilitas dibandingkan growth,โ sebutnya.
Ia menilai, kondisi itu perlu direspons dengan membangun ekosistem dan model bisnis fintech yang juga lebih fokus pada bottom line ketimbang volume dan pertumbuhan semata seperti pada masa-masa sebelumnya.
Hal tersebut akan mendorong iklim startup fintech lebih sehat dan going concern.ย
โSebagaimana yang pernah kami sampaikan sebelumnya dalam catatan akhir tahun 2022 bulan Desember tahun lalu, penyesuaian terhadap model bisnis yang commercially viable sangat diperlukan. Hal ini akan berperan membentuk ekosistem keuangan digital yang kuat dan berkelanjutan,โ jelasnya.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: OJK Beri Kesempatan P2P Lending Perbaiki Kredit Macet
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com