28.1 C
Jakarta
Sabtu, 23 November, 2024

Berita Fintech Indonesia: Kredit Macet Pinjol Capai Rp 1,21 Triliun

JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia kali ini mengulas tentang kredit pinjaman online alias pinjol yang macet. 

Jumlah tunggakan kredit bermasalah itu pun mencapai angka yang cukup fantastis, bukan miliaran, tapi hingga triliunan rupiah. 

Dari data yang dirangkum dari Otoritas Jasa Keuangan atau OJK, kredit macet Pinjol ini didominasi oleh kaum hawa. Rata-rata, ialah perempuan usia produktif. Lantas lebih jelasnya, berikut ini dirangkum dalam ulasan berita fintech Indonesia. 

OJK Catat Kredit Macet Pinjol Capai Rp 1,21 Triliun

OJK mencatat kredit pinjaman bagi peminjam perempuan hingga Rp 562 miliar

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat non performing loan (NPL) perusahaan financial technology atau fintech sebesar Rp 1,21 triliun pada semester I tahun 2022. Realisasi ini tumbuh delapan persen dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar Rp 1,11 triliun.

Baca juga: Gampang Cair, Inilah Daftar Pinjol Bunga Rendah Berizin OJK

Berdasarkan data statistik OJK, kredit online kredit bermasalah ini terdiri dari kredit online perorangan sebesar Rp 1,10 triliun dan kredit online badan sebesar Rp 118 miliar. 

Berita Fintech Indonesia

Kebanyakan Perempuan Usia Produktif– Berita Fintech Indonesia

Jika dirinci, nasabah perempuan mendominasi kredit macet sebesar Rp 563 miliar. Sedangkan dari usianya, nasabah 19-34 tahun paling banyak tercatat dalam kredit macet tersebut. 

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: OJK Panen Laporan Perilaku Kasar Debt Collector

Kemudian diikuti oleh nasabah sebesar 35-54 tahun dengan kredit macet sebesar Rp 302 miliar dan nasabah di atas 54 tahun Rp 25,39 miliar. 

Sementara itu, kredit online tidak lancar atau berkisar 30-90 hari sebesar Rp 3,21 triliun dan kredit lancar atau keterlambatan sampai dengan 30 hari itu sebesar Rp 41,29 triliun.

Pada kategori kredit tidak lancar, nasabah laki-laki mendominasi dengan nilai kredit online sebesar Rp 1,49 triliun.

Secara total kredit online pada Juli 2022 sebesar Rp 45,72 triliun yang terdiri dari perorangan sebesar Rp 37,81 triliun dan badan usaha sebesar Rp 7,91 triliun.

Kemudian tingkat keberhasilan bayar (TKB90) kredit online sebesar 97,33 persen pada Juli 2022. Angkanya sedikit lebih baik dari bulan sebelumnya sebesar 97,47 persen atau Mei 2022 sebesar 97,72 persen.

Sementara itu, OJK juga mencatat beban operasional perusahaan kredit online sebesar Rp 4,69 triliun pada semester I 2022. Sedangkan pendapatan operasionalnya sebesar Rp 4,61 triliun.

Jika dirinci, beban ketenagakerjaan sebesar Rp 1,21 triliun. Jumlah ketenagakerjaan ini naik sembilan kali lipat dibandingkan Januari 2022 sebesar Rp 154,47 miliar.

Begitu pula dengan beban pemasaran dan periklanan yang naik berlipat-lipat menjadi Rp 1,46 triliun. Diikuti oleh beban umum dan administrasi sebesar Rp 1,04 triliun, beban pengembangan dan pemeliharaan TI sebesar Rp 506 miliar, dan beban keuangan sebesar Rp 228 miliar.

Beban non operasionalnya pun meningkat menjadi Rp 218 miliar disumbangkan oleh beban bunga/distribusi bagi hasil, beban administrasi bank, dan selisih kurs. Adapun rasio BOPO alias total beban operasional dan total pendapatan operasionalnya sebesar 101,74 persen.

Badai PHK Juga Menjangkau Pinjol, Kini Giliran Kredit Pintar & Atome– Berita Fintech Indonesia

Di sisi lain, platform layanan fintech pendanaan bersama (P2P lending) alias pinjol PT Kredit Pintar Indonesia dan perusahaan pembiayaan penyedia layanan bayar tunda (BNPL/paylater) PT Atome Financial Indonesia yang beradai dibawah naungan Advance.ai mengumumkan PHK atas karyawannya.

Melansir Bisnis.com, Direktur Kredit Pintar Wisely Reinharda Wijaya mengatakan bahwa PHK ini merupakan bagian dari strategi bisnis perusahaan. Wisely menambahkan hal ini dilakukan secara berkala untuk  peninjauan terhadap kinerja sumber daya manusia. 

Dia menjelaskan kalau PHK ini dilakukan agar SDM perusahaan dapat tetap fokus dan efisien dalam memberikan long term value, baik kepada para investor, customer, serta mitra bisnis di Indonesia.

“Fokus kami saat ini adalah bagaimana memastikan seluruh SDM yang terdampak agar bisa mendapatkan support penuh selama periode ini,” ujar Wisely. 

Meski mengumumkan PHK, Kredit Pintar sendiri dalam laman websitenya menyebutkan rekor kredit yang disalurkan yakni TKB90 mencapai 100.

Sedangkan secara jangkauan bisnis, pada Juni lalu, Kredit Pintar menerima pembiayaan kredit senilai Rp150 miliar dari emiten bank milik salah satu orang terkaya Indonesia Hary Tanoesoedibjo, PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP melalui aplikasi Motion Banking.

Fitur pinjaman yang terintegrasi dengan MotionBanking menggunakan AI-based credit scoring yang memungkinkan pengguna baru MotionBanking mendapatkan kredit dana tunai lebih cepat hingga Rp 20 juta dari Kredit Pintar itu. 

“Tahap I minimum Rp150 miliar. Kita terjamin NPL-nya dengan credit scoring yang bagus,” kata CTO of MNC Group Yudi Hamka di Jakarta.

Wisely pun membidik peminjam utama yang terintegrasi di MotionBanking merupakan unbankable, yakni sebesar 40-50 persen dari masyarakat Indonesia. Menurut dia, jumlah unbankable ini menjadi salah satu tantangan untuk bisa menjangkau masyarakat di pelosok-pelosok daerah di Indonesia. 

“Kalau dikuantifikasikan menjadi angkanya ratusan juta nasabah. Ini mungkin target terbesar kita. Kalau kita bisa menjangkau mereka, saya percaya bahwa kedua belah pihak, Motion Banking dan Kredit Pintar akan saling bisa mendorong inklusi keuangan di Indonesia,” pungkas dia. 

Itulah ulasan tentang berita fintech Indonesia. Semoga informasi tersebut bermanfaat bagi Anda.

Baca juga: Inilah Daftar Pinjol Resmi OJK Terbaru per Agustus 2022

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com.

 

Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada

 

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU