JAKARTA, duniafintech.com – Pemerintah Ukraina bekerja sama dengan perusahaan kripto FTX dan Everstake untuk meluncurkan situs website yang akan menyalurkan dana ke bank sentral negara yang saat ini bekerja untuk memerangi agresi Rusia.
Melalui situs web ‘Bantuan untuk Ukraina’, pengguna dapat menawarkan donasi dalam bentuk 10 cryptocurrency atau aset mata uang kripto termasuk bitcoin, ether, tether, dan dogecoin.
Wakil Menteri Transformasi Digital Ukraina Oleksandre Borniakov mengatakan bahwa cryptocurrency memainkan peran penting dalam pertahanan negara.
“Aset mata uang kripto telah terbukti sangat berharga dalam memfasilitasi aliran dana kepada rakyat dan militer Ukraina,” katanya dalam sebuah pernyataan seperti dilansir dari The Sun via Sindonews.com.
Perusahaan kripto Everstake, yang juga merupakan salah satu yang terbesar di Ukraina, akan memungkinkan pengguna untuk memberikan kontribusi dalam berbagai jenis cryptocurrency.
Situs tersebut juga berencana untuk menambah kemampuan donasi NFT di masa mendatang. Platform pertukaran FTX yang berbasis di Bahama dan didirikan oleh jutawan Amerika Serikat (AS), Bankman-Froed akan mengubah dana yang disumbangkan menjadi dolar dan menyerahkannya ke Bank Nasional Ukraina.
Pada pukul 2.30 pagi waktu setempat hari ini, hampir USD49 juta dalam bentuk donasi kaya telah dikumpulkan untuk mencapai target USD200 juta. Semua dana akan digunakan untuk mendukung kebutuhan militer dan warga sipil Ukraina.
Situasi terkini Rusia-Ukraina
Agresi Rusia di Ukraina memasuki pekan ketiga. Belum ada tanda-tanda damai antara Rusia vs Ukraina. Rusia terus membombardir sejumlah wilayah di Ukraina sejak 24 Februari.
Dalam situasi ini, Pemerintah Ukraina mendesak negara Barat untuk mengirimkan bantuan militer, termasuk jet tempur, Sabtu (5/3). Desakan ini disampaikan kala Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam negara Barat terkait dengan zona larangan terbang.
“Permintaan tertinggi kami adalah jet tempur, pesawat serang, dan sistem pertahanan udara,” kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba, dikutip dari AFP, melalui CNN Indonesia.
Di sisi lain, Rusia meminta bantuan militer dan keuangan dari China di tengah konflik dengan Ukraina. Beberapa bantuan yang diminta adalah paket makanan militer yang tidak mudah rusak.
Seperti diberitakan CNN pada Senin (14/3), permintaan tersebut menggarisbawahi tantangan logistik dasar yang selama ini diyakini para ahli bahwa itu menghambat kemajuan Rusia di Ukraina.
Gedung Putih mengungkapkan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan bertemu diplomat senior China Yang Jiechi di Roma, Senin (14/3) waktu setempat. Pertemuan itu disebut membahas isu-isu substansial tentang invasi Rusia ke Ukraina.
“Termasuk diskusi substansial tentang perang Rusia melawan Ukraina.”
Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada