duniafintech.com-Di Asia Tenggara, para investor memandang Bitcoin sebagai peluang investasi yang menarik. Salah satu perusahaan Bitcoin Exchange yang terletak di wilayah itu adalah Luno (sebelumnya BitX) dan Bitcoin Indonesia telah menyaksikan pertumbuhan pesat minat para investor untuk berinvestasi dengan mata uang digital tersebut.
Berkantor pusat di Singapura, Luno memungkinkan pelanggan untuk membeli, menjual, dan menyimpan mata uang digital. Luno telah beroperasi di beberapa negara di seluruh dunia termasuk Inggris Raya, Afrika Selatan, dan Nigeria. Di Asia Tenggara, Luno beroperasi di Malaysia sebagai salah satu pasar terbesar, seperti halnya di Indonesia, dimana kegiatan untuk berinvestasi mata uang digital telah berkembang secara konsisten.
Dari sudut pandang kami, Bitcoin perlahan-lahan menjadi minat utama di Asia Tenggara. Kami melihat perkembangannya setiap hari dalam hal jumlah pengguna, volume transaksi, dan lain-lain,” ujar Vijay Ayyar, Kepala Asia Pasifik di Luno kepada Bitcoin Magazine. “Volatilitas harga membuat Bitcoin sangat menarik bagi para trader. Orang-orang yang telah membeli Bitcoin sebagai investasi telah cukup senang dengan kinerja aset tersebut dan Bitcoin menjadi salah satu aset terbaik secara global selama tahun lalu.”
Sementara itu mulai muncul tren baru, Ayyar mengatakan bahwa dia mencatat meningkatnya penggunaan Bitcoin sebagai mekanisme pembayaran.
Lintas batas e-commerce adalah salah satu kasus penggunaan yang paling populer sejak penetrasi kartu kredit cukup rendah di pasar negara berkembang, dan menggunakan Bitcoin adalah langkah untuk menghindari seluruh masalah biaya bagi para pedagang, ” lanjut Ayyar.
Dia juga menyebutkan bahwa ketertarikan berbagai lembaga telah meningkat, dan banyaknya invidu menggunakan dana pribadi mereka untuk dialokasikan pada kepemilikan aset. Dia mengharapkan agar tren ini terus bertumbuh selama bulan dan tahun-tahun mendatang.
Bitcoin Indonesia yang berbasis di Bali, juga telah melihat selera publik yang berkembang terhadap mata uang digital. Platform Bitcoin Exchange tersebut mendapati volume transaksi harian mencapai hingga $1,48 juta (senilai Rp 20 miliar). Pada hari ini bahkan Bitcoin Indonesia telah melayani lebih dari 200.000 pengguna, kenaikan yang luar biasa dari 80.000 pengguna pada akhir tahun 2015.
Menurut Suasti Asmastuti Astaman, Manajer Bisnis Development di Bitcoin Indonesia, tren positif ini disebabkan oleh fakta bahwa Bitcoin telah berhasil mendapatkan kepercayaan global.
Saat ini semakin banyak negara yang telah terbuka menerima mata uang digital, termasuk Amerika Serikat, Cina, dan Rusia sehingga semakin banyak orang yang menempatkan kepercayaan mereka terhadap mata uang digital,” ucapnya kepada Jakarta Post dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
Peraturan yang Belum Jelas
Sementara beberapa lembaga hukum telah bergerak dan membuat keputusan yang jelas pada mata uang digital, regulator di Asia Tenggara belum mengeluarkan kebijakannya.
Menurut Dante Fuentes, Kepala Compliance Officer pada Security Bank Corporation di Filipina, pembuat kebijakan cenderung bersikap hati-hati karena dari sudut pandang mereka, mata uang digital masih sangat baru.
Pada Security Bank, untuk setiap perusahaan yang terkait dengan mata uang digital, kami memastikan bahwa akun tersebut tidak digunakan untuk kegiatan perdagangan mata uang digital,” kata Fuentes IQPC Singapura. “Lambat laun kami ingin tahu bahwa perusahaan yang bergerak dalam mata uang digital telah menerapkan KYC untuk menghindari penyalahgunaan dana, tapi ini belum tegas diberlakukan.”
Bagi Ayyar, regulasi yang belum jelas adalah hal yang menghambat adopsi Bitcoin di wilayah tersebut, seringkali lembaga keuangan seperti bank merasa khawatir bekerjasama dengan perusahaan Bitcoin. Pada bulan November tahun lalu Maybank menutup dua rekening perusahaan Coinbox tanpa peringatan atau pemberitahuan terlebih dulu. Coinbox beroperasi di Kuala Lumpur yang menyediakan platform perdagangan Bitcoin.
“Permasalahannya adalah kegiatan kriminal yang berlangsung dengan mata uang konvensional juga dapat dilakukan dengan mata uang digital. Karena bank tidak mampu untuk memantau transaksi ini, itu adalah platform baru bagi penjahat dalam melanjutkan kegiatan pencucian uang dan penipuan yang telah mereka lakukan sebelumnya,” ucap Fuentes.
Luno, yang bertujuan untuk menjadi Dompet Bitcoin dan Bitcoin Exchange terbesar di seluruh Asia Tenggara, berharap melihat regulator di wilayah tersebut berkomunikasi lebih lanjut tentang posisi mereka pada mata uang digital dalam waktu dekat. Sementara itu, perusahaan ini bekerja dengan U.K. Financial Conduct Authority (FCA) untuk menguji teknologi Blockchain dalam kegiatan pengiriman uang lintas batas.
Ayyar tidak dapat memberikan rincian spesifik tentang pengujian tersebut, namun ia mengatakan bahwa dalam masa percobaan, perusahan berjalan dengan baik dan mendapatkan kemajuan dari segi biaya dan kecepatan.
Luno terpilih untuk bergabung dengan FCA’s regulatory sandbox pada November 2016 bersama dengan beberapa startup Bitcoin dan Blockchain lainnya, termasuk SETL, Epiphyte, dan Nivaura.
Sumber: https://bitcoinmagazine.com/articles/bitcoin-mainly-used-speculative-investment-southeast-asia/
Picture: Pexels.com