31 C
Jakarta
Jumat, 15 November, 2024

Mengenal Pengertian hingga Cara Kerja Window Dressing

JAKARTA, duniafintech.com – Window dressing adalah sebuah istilah yang dikenal dalam dunia dunia bisnis. Pada dasarnya, istilah ini berarti suatu tindakan untuk melebih-lebihkan laporan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan. 

Adapun penyebabnya adalah keadaan finansial perusahaan yang menjadi pertimbangan utama bagi seorang investor ketika mempertimbangkan penanaman modal.

Di sisi lain, istilah ini juga bermakna sebagai sebuah tindakan yang mengacu pada manipulasi data atau aktivitas pada perusahaan. Oleh sebab itu, investor yang tidak mengetahui hal tersebut tentunya bakal terjebak dan mempercayai apa yang ada pada laporan keuangan.

Window Dressing dalam Dunia Investasi

Sebagai informasi, istilah yang satu ini pun terdapat dalam dunia investasi. Dalam hal ini, manajer investasi bisa menjual saham berperforma rendah dengan saham dengan nilai tinggi sebelum laporan portofolio kuartal IV dibuat. Meski demikian, metode ini bukanlah sejenis investasi bodong.

Adapun hal itu membuat investor pemula barangkali bakal terbuai dan berpikir bahwa manajer investasi ini punya rekam jejak yang baik. 

Pengertian lainnya adalah upaya mempercantik laporan keuangan pada sebuah perusahaan.  Apabila Anda menebak bahwa langkah ini merupakan tindakan curang oleh perusahaan kepada kliennya, Anda benar!

Untuk diketahui, terdapat banyak perusahaan yang melakukan pemolesan laporan keuangan demi merengkuh investor atau klien kepadanya, tetapi dengan cara tidak jujur. 

Namun, tindakan “ilegal” ini memang tidak gampang diketahui, terlebih oleh investor yang kurang cermat. Metode kecurangan yang satu ini juga menyebabkan buruknya pengambilan keputusan lantaran dasar penentuannya sudah salah dari awal. 

Cara Kerja Window Dressing

Lantas, bagaimana cara kerjanya?

Secara umum, metode ini dilakukan perusahaan saat mengetahui laporan kinerja mereka bakal memburuk pada akhir periode. Karena itu, dalam rangka menutupi hal tersebut, perusahaan kemudian menjual saham sebelumnya dan menggantikannya dengan saham yang memberikan imbal hasil besar pada jangka pendek. Upaya itu pun bisa memperbaiki laporan kinerja perusahaan. 

Di samping dari segi pendanaan, metode kecurangan yang satu ini pun dipakai untuk merekayasa laporan keuangan, misalnya nilai keuntungan ataupun volume penjualan produk. Praktik ini pun umumnya dimanfaatkan dengan cara-cara berikut ini:

  • Mengobral barang-barang modal yang mengalami depresiasi agar total nilai aset seolah-olah bertambah dengan adanya aset baru
  • Memberikan diskon lebih awal kepada pelanggan agar meraup untung lebih cepat
  • Memasukkan pembayaran tagihan ke periode selanjutnya 
  • Menunda pengeluaran seperti pembagian laba agar saldo akhir lebih tinggi

Dampak Window Dressing bagi Investor

Lalu, apa efeknya ini bagi investor?

Pada umumnya, laporan kinerja atau portofolio akan dipakai oleh investor untuk menentukan langkah berikutnya dalam kegiatan pembiayaan yang dilakukan. Bukan hanya untuk menentukan perpanjangan penanaman modal, dari laporan ini pun bakal bisa diketahui return maupun potensi return ke depannya.

Akan tetapi, dengan adanya tindakan “mempercantik laporan keuangan” ini maka keputusan investor tidak bakal seakurat kalau dibandingkan dengan laporan kinerja asli.

Oleh sebab itu, dalam hal ini, investor mesti lebih cermat dan kritis dalam membaca laporan kinerja atau portofolio, terlebih saat memasuki akhir periode bisnis. 

Bagaimana Sikap Investor?

Sejumlah nilai saham akan naik setelah adanya strategi kecurangan ini. Hal itu membuat banyak investor mungkin tergiur untuk membeli saham yang nilainya bergerak ke atas karena adanya permintaan dalam jumlah besar. 

Namun, satu hal yang patut diperhatikan, yakni apakah kenaikan nilai saham ini hanya berlangsung saat akhir periode bisnis ataukah berpotensi mengalami penurunan setelahnya? 

Oleh sebab itu, seharusnya, investor tidak mendasarkan keputusannya pada kenaikan akhir tahun, tetapi juga menggunakan analisis dan banyak pertimbangan ketika melakukan transaksi.

Lebih jauh, inilah cara mengatasi metode manipulatif ini yang bisa dilakukan investor agar tidak terjebak di dalamnya:

  • Analisis teknikal dan fundamental: analisis teknikal dilakukan dengan cara mempelajari pergerakan saham dari waktu ke waktu, sementara analisis fundamental didapat dari data laporan keuangan perusahaan
  • Ketelitian membaca laporan keuangan: satu hal yang dapat dicermati dari laporan keuangan adalah pembayaran pajaknya. Lihat apakah pengeluaran pajak sesuai dengan PPH yang berlaku. Jika tidak, kemungkinan laba pada laporan keuangan tidak mencerminkan nilai sesungguhnya

Pelaku yang Biasa Terlibat

Sebagaimana dijabarkan di atas, upaya ilegal ini merupakan usaha yang dilakukan untuk menutup cela perusahaan. Lantas, siapa pelaku di balik kecurangan itu? 

Biasanya, pelaku metode ini merupakan manajer yang baru-baru ini mencatatkan rekaman pengelolaan buruk. Apabila pihak itu tiba-tiba memperbaiki track record alias rekam jejaknya dengan cepat, terlebih lagi kalau kemajuannya signifikan, boleh jadi itu merupakan pertanda bahwa manajer dimaksud melakukan strategi manipulasi laporan keuangan ini.

Di samping itu, kecurangan tersebut bisa dilihat dari dana yang punya perputaran cepat, terlebih jika dana itu memiliki rekam jejak yang berbeda sebelumnya atau meningkat drastis hanya pada masa akhir periode.

Adapun dua kriteria ini bisa dipakai sebagai alat ukur awal tentang praktik kecurangan tersebut di industri mana saja, termasuk di industri retail.

Selain itu, satu hal lagi yang bisa dilihat dari praktik kecurangan ini, yakni adanya diskon atau penawaran besar-besaran agar profit melonjak naik sebelum laporan keuangan periode itu dibuat. Hal itu pun lebih masuk akal untuk dilakukan ketimbang melakukan manipulasi.

Praktik Manipulasi dalam Reksadana

Di pasar reksadana, praktik manipulasi jenis yang satu ini banyak dilakukan. Pada umumnya, para manajer investasi bakal menjual saham berkinerja buruk dan membeli saham-saham lain yang bisa mendongkrak nilai tambah pada portofolio klien pemegang saham. 

Tujuannya adalah agar seakan-akan mereka tidak salah pilih dalam mengalokasikan dana investor. Maka dari itu, penghujung tahun sering kali dianggap sebagai bulan paling baik karena transaksi saham bakal ramai dengan kegiatan para manajer investasi yang memoles portofolio sahamnya. 

Adapun saham dengan kapitalisasi bernilai besar bakal menjadi primadona yang banyak diincar pada akhir tahun untuk menutup rekam jejak yang kurang baik pada bulan-bulan sebelumnya.

Demikianlah ulasan mengenai window dressing yang penting untuk diketahui. Meski metode ini punya konotasi buruk, tetapi beberapa di antaranya terbukti tidak dilakukan dengan curang, misalnya pemberian diskon dan penawaran besar-besaran akhir tahun.

Di samping itu, metode ini pun dikenal bisa meningkatkan nilai saham sebab ketika permintaan saham naik, nilainya pun ikut naik. Karena itu, jangan takut ya untuk berinvestasi asal dilakukan dengan cermat dan punya perhitungan yang matang!

 

Penulis: Kontributor / Boy Riza Utama

Editor: Anju Mahendra

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU