27.1 C
Jakarta
Sabtu, 4 Mei, 2024

Cegah Gagal Bayar seperti Jiwasraya, Begini Strategi IFG Life

JAKARTA, duniafintech.com – Untuk mencegah gagal bayar seperti yang menimpa PT Persero Asuransi Jiwasraya (Jiwasraya) beberapa waktu lalu, sejumlah strategi disiapkan oleh PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life).

Adapun IFG Life yang “mewarisi” Jiwasraya diketahui bakal menerapkan strategi investasi yang berbeda dari pendahulunya yang bermasalah itu. Menurut Direktur Keuangan dan Investasi IFG Life, Farid Azhar Nasution, IFG Life akan memperhatikan prinsip liability-driven investment (LDI).

LDI sendiri adalah menempatkan alokasi portofolio investasi berdasarkan karakteristik kewajiban polis tiap-tiap produk asuransi yang dijual perseroan.

“Belajar dari Jiwasraya yang dulu menggunakan satu fund untuk seluruh produk, sekarang tidak. Tiap produk kami buatkan asset liability management atau kami menyebutnya LDI,” katanya, dikutip dari Bisnis.com, Selasa (22/2/2022).

Disampaikannya, pihaknya bakal mengidentifikasi karakteristik kewajiban dari tiap-tiap produk yang kemudian dipasangkan dengan aset investasinya. Hal itu pun akan membuat tiap-tiap produk IFG Life punya back-up asset yang sesuai dengan karakteristik kewajiban polis, baik dari sisi durasi maupun likuiditasnya.

Melalui strategi itu, dirinya yakin bahwa potensi gagal bayar klaim pada masa mendatang tidak akan ada lagi. Adapun saat ini, sambungnya, untuk penempatan investasi, IFG Life pun dibatasi oleh kajian penyertaan modal negara (PMN).

Sesuai kajian PMN, dana investasi IFG Life bakal ditempatkan sebesar 70 persen pada surat berharga negara (SBN), 20 persen di pasar uang, dan 10 persen pada saham. Akan tetapi, berdasarkan laporan keuangan IFG Life per Desember 2021, investasi perseroan mayoritas masih ditempatkan di deposito berjangka yang mencapai Rp11,75 triliun atau 84,1 persen dari jumlah investasi Rp13,97 triliun.

“Pada akhir 2021, masih banyak portofolio investasi di deposito karena tidak mudah langsung menyerap SBN karena PMN diterima pada akhir 2021. Namun, sampai dengan hari ini, SBN sudah capai Rp8,3 triliun sehingga nantinya akan sesuai dengan kajian PMN,” paparnya.

Di sisi lain, untuk beroperasi secara penuh dan meneruskan polis-polis hasil restrukturisasi Jiwasraya, IFG Life sudah menerima penguatan permodalan dari sumber internal IFG sebesar Rp510 miliar dan dari PMN senilai Rp20 triliun.

Dikatakan Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia, Toto Pranoto, dirinya berharap IFG Life sebagai entitas baru pengganti Jiwasraya dan dengan dukungan permodalan yang besar, bisa berkinerja baik ke depan.

Terlebih lagi, potensi captive market IFG Life dari sinergi BUMN dan jaringan kementerian/lembaga cukup besar. Toto melihat, dengan mengedepankan digitalisasi, potensi IFG Life untuk merebut ceruk pasar baru di asuransi jiwa, kesehatan, dan pengelolaan dana pensiun pun cukup prospektif.

“Diharapkan pengelola IFG Life betul-betul profesional dan mengedepankan prinsip good governance dalam pengelolaan bisnis sehingga keberlangsungan IFG Life ke depan akan lebih terjaga. Entitas bisnis ini diharapkan bukan saja akan mampu membereskan pengembalian eks-polis Jiwasraya, namun juga bertumbuh sebagai perusahaan asuransi jiwa yang kuat ke depannya,” ucapnya.

IFG Life dengan branding baru sebagai perusahaan asuransi jiwa yang mengedepankan aspek kehati-hatian, sambungnya, bisa mengambil inisiatif edukasi publik soal berasuransi.

“IFG Life bisa mengedepankan pengalaman yang sudah terjadi di Jiwasraya sebagai bahan edukasi supaya masyarakat lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan terkait pemilihan produk dan jenis asuransi jiwa,” tuturnya.

 

 

 

Penulis: Kontributor / Boy Riza Utama

Editor: Anju Mahendra

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE