26.7 C
Jakarta
Minggu, 17 November, 2024

Dari Kisaran Rp 1 Juta, Terra LUNA Anjlok Jadi Rp 15 Ribu, Kok Bisa? 

JAKARTA, duniafintech.com – Mata uang kripto atau cryptocurrency Terra LUNA kini menjadi perhatian para investor uang digital. Pasalnya harga Terra LUNA anjlok dalam sepekan terakhir. 

Mengutip Coinmarketcap, Kamis (12/5/2022) pagi, Terra LUNA diperdagangkan pada harga US$1,07 per koin atau sekitar Rp 15.515 (asumsi Rp 14.500/US$). Padahal pekan lalu harga Terra LUNA sempat menyentuh US$86,7 atau Rp 1,26 juta. Artinya harganya sudah anjlok 98,77% dalam sepekan.

Kejatuhan harga kripto Terra ini terkait dengan kejatuhan harga uang kripto TerraUSD. Kedua token ini dikembangkan oleh perusahaan Singapura milik Don Kwon.

Baca juga: Sepuluh Tahun ke Depan, Satu Miliar Penduduk Bumi Diprediksi Bakal Gunakan Mata Uang Kripto

Dilansir dari CNBC, Terra LUNA memiliki hubungan mutual dengan TerraUSD. Terra LUNA mendukung TerraUSD dan terbakar dengan sendirinya ketika permintaan TerraUSD meningkat. Nilai Terra LUNA bisa turun jika TerraUSD dianggap tidak stabil.

TerraUSD adalah proyek stablecoin yang dikaitkan dengan nilai tukar dolar AS. Token ini menawarkan peyimpanan nilai yang lebih baik untuk menghindari jenis volatilitas mata uang kripto.

TerraUSD dikenalkan sebagai stablecoin ‘algoritmik’, menggunakan sistem pencetakan dan pembakaran token yang kompleks untuk menyesuaikan pasokan dan menstabilkan harga. Pengembangkan menawarkan target satu koin setara US$1. Sayangnya proyek ini tidak memiliki aset dasar. Ini membuat harganya turun di bawah target.

Baca juga: Melek Teknologi, NFT Jadi Metode Lain untuk Populerkan Karya Musisi Tanah Air

Pada perdagangan Rabu (11/5/2022), harga TerraUSD sempat anjlok ke 26 sen dolar AS. Tetapi kini sudah naik kembali ke 80 sen dolar AS. Tetapi masih tetap di bawah target. Masalah ini telah menyeret jatuh harga Terra LUNA.

Do Kwon, pencipta koin, melakukan upaya terakhir untuk mengembalikan TerraUSD harga target US$1 dengan meningkatkan tingkat pencetakan Terra LUNA baru per hari. Usaha tersebut pada dasarnya memungkinkan pasokan stablecoinnya habis, sebuah langkah yang diharapkan akan meningkatkan harga.

“Saya mengerti bahwa 72 jam terakhir sangat sulit bagi Anda semua – ketahuilah bahwa saya bertekad untuk bekerja dengan Anda semua untuk mengatasi krisis ini, dan kami akan membangun jalan keluar dari ini,” ungkapnya, dikutip Kamis (13/5/2022).

Investor mengharapkan suntikan modal baru untuk mendorong proyek tersebut. Pendukung TerraUSD dilaporkan berusaha mengumpulkan lebih dari US$1 miliar dalam pendanaan untuk menopang stablecoin.

Baca jugaBerapa Penghasilan YouTuber? Simak di Sini Cara Menghitungnya

Stablecoin algoritma masih merupakan fenomena yang relatif baru. Tetapi TerraUSD telah berkembang menjadi pemain utama dalam segmen ini, dengan pasokan 16 miliar token yang beredar.

David Moreno Darocas, seorang analis riset di CryptoCompare, mengatakan situasinya menyoroti “kerapuhan” dari stablecoin algoritmik seperti TerraUSD. 

“TerraUSD telah berkembang menjadi bagian integral dan kontroversial dari ekosistem kripto,” katanya.

Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada

 

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU