27.1 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

#DiRumahAja Tapi Check Out OlShop Terus? Bisa Jadi ini Dampak Konsumerisme!

DuniaFintech.com – Dampak konsumerisme di masa pandemi COVID-19 menjadi hal yang perlu di evaluasi. Pasalnya, meski perekonomian bertumbuh lambat, namun beberapa indikator menunjukkan hal sebaliknya di berbagai ranah publik.

Salah satunya di media sosial Twitter. Data internal memperlihatkan, percakapan tentang belanja daring meningkat sebanyak 60% sejak Maret 2020 jika dibandingkan dengan tahun lalu. Kampanye bertagar #DiRumahAja yang digaungkan selama masa pandemi memang dinilai merubah cara beraktivitas, tak terkecuali budaya konsumtif.

Dilihat dari volume tweet, publik cenderung berbelanja secara online selama periode pembatasan aktivitas. Sebanyak 89% orang pengguna Twitter di Indonesia melakukan transaksi daring pada kuartal pertama 2020.

Data temuan Brandwatch, 44% pengguna Twitter di Indonesia bercakap soal belanja pakaian atau aksesoris, makanan (40%), peralatan rumah serta elektronik (35%), perawatan diri (33%) serta perangkat elektronik seperti gawai (27%).

Dampak konsumerisme baru ini juga diklaim Dwi Adriansah, Country Industry Head, Twitter Indonesia. Ia menilai ketertarikan berbelanja dimulai sangat dini.

“Topik tentang belanja yang biasanya baru mulai terlihat pada pertengahan tahun, kini mulai ramai dibicarakan sejak Maret 2020. Hal ini sekaligus memperlihatkan adanya peningkatan animo konsumen terkait belanja,”

Baca juga:

Dampak Konsumerisme di Masa Pandemi

Dampak konsumerisme di masa pandemi terlihat dari banyaknya aktivitas serta topik pembicaraan yang berkenaan tentang belanja daring. Namun, bayang-bayang resesi ekonomi yang diperkirakan terjadi di Desember seolah-olah bukan menjadi ancaman.

Berdasarkan survei GWI, berbagai barang yang kerap dibeli pengguna Twitter secara online meliputi fashion (baju dan sepatu) 26,9%, alat rias kecantikan (make up, kosmetik dan perawatan wajah) 12,1%, vitamin 11,6%, hadiah 8,6% dan perawatan pribadi 12%.

Fenomena ini berpotensi melahirkan dampak konsumerisme di era kenormalan baru. Hantaman besar perekonomian perlu disikapi secara serius sebagai pelajaran berharga publik di masa mendatang.

Seperti diketahui, berbagai jenis usaha telah merasakan dampak dari wabah Wuhan tersebut. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), pemotongan upah dan pendapatan serta penundaan berbagai pengadaan jasa ekspor dan impor menjadi sejumlah potret dari dampak COVID-19.

Kebebasan Finansial Tekan Dampak Konsumerisme

Gagasan tentang kemandirian dalam hal keuangan (financial freedom) perlu digaungkan di masa jelang krisis ekonomi. Hal ini juga dapat menekan dampak besar dari konsumerisme yang terjadi di masa pandemi.

Langkah sederhana untuk memulai kebebasan finansial ialah memilah pembelian barang yang produktif, bernilai investasi dan berjangka. Hal ini menjadi langkah utama dalam mempersiapkan Indonesia memasuki masa resesi. Selain menabung, publik perlu melakukan langkah strategis dalam menurunkan dampak krisis ekonomi.

Gagasan penting dalam meraih kebebasan finansial adalah membawa ‘nilai lebih’ dalam situasi yang tidak menguntungkan.

Hal ini juga menjadi momentum bagi masyarakat Indonesia untuk lebih memahami tata kelola keuangan. Dengan mengenali berbagai produk dan jasa keuangan, diharapkan, generasi berikutnya akan lebih siap dalam menghadapi situasi yang tidak terduga.

DuniaFintech/Fauzan

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU