33 C
Jakarta
Minggu, 24 November, 2024

Langkah-langkah Penting Diversifikasi Portofolio Investasi

Diversifikasi portofolio investasi merupakan salah satu strategi investasi dan menjadi cara yang sangat ampuh dalam memaksimalkan keuntungan. Pada umumnya, diversifikasi sering menjadi salah satu rekomendasi para pakar atau investor yang sudah sangat berpengalaman yang ditujukan bagi investor lainnya, terlebih untuk investor pemula. 

Ringkasnya, tidak mengalokasikan seluruh aset pada satu instrumen investasi menjadi inti dari diversifikasi portofolio atau keberagaman investasi yang sesungguhnya. Di sisi lain, investor pada dasarnya menciptakan sebuah portofolio yang beragam demi menghindari kerugian.

Apa Itu Diversifikasi Portofolio Investasi?

Misalnya adalah saham yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan. Jika nilai saham perusahaan terus menurun, investasi akan turut melorot dan nilai investasi pun tidak bakal berkembang. Namun, jika sebelumnya investasi sudah dipisahkan, yakni dengan membeli dua saham dari perusahaan yang berbeda, hal itu tentu akan mengurangi risiko terjadinya kerugian dana nilai portfolio ataupun investasi akan aman.

Diversifikasi dalam hal ini berarti strategi dalam menempatkan dana investasi ke dalam instrumen yang berbeda. Adapun yang dimaksud instrumen di sini, yaitu likuiditas, risiko, dan potensi return. Contohnya, potensi return investasi dalam saham akan berbeda dengan obligasi. Pasalnya, nilai return saham pada dasarnya lebih besar kalau ketimbang obligasi.

Meski begitu, risiko berinvestasi dalam saham memang jauh lebih besar daripada obligasi karena fluktuasi dari harga saham lebih besar sehingga risiko lebih besar. Di samping itu, likuiditas yang dimaksud adalah kemudahan untuk menjual dan membeli sebuah instrumen untuk berinvestasi.

Langkah-langkah Penting 

  1. Pahami risk tolerance

Memahami risk tolerance berarti merujuk kepada batasan tingkat risiko yang bisa diterima dan batas minimum risiko yang bisa diambil oleh seseorang. Sebuah investasi dinilai akan kurang maksimal jika tidak mempertimbangkan potensi keuntungan, memahami cara kerja instrumen investasi yang dipilih, dan merujuk pada dana investasi yang siap diinvestasikan.

Karena itu, penting untuk memahami risk tolerance terlebih dahulu.

  1. Tentukan target aset yang siap diinvestasikan

Menentukan target investasi dalam memperluas portofolio bisa dilakukan dengan mencapai keseimbangan yang tepat antara tujuan finansial dan risk tolerance. Investor memiliki risk tolerance yang tinggi pada umumnya bakal berinvestasi pada target dengan profil pengembalian risiko yang lebih tinggi, demikian sebaliknya.

Adapun investor dengan risk tolerance yang lebih rendah akan mencari instrumen investasi yang lebih aman, misalnya Obligasi Negara Ritel (ORI), saham dengan volatilitas rendah, ataupun reksa dana pasar uang.

Karena itu, demi mencapai keuntungan maksimal dari diversifikasi, investor harus mengalokasikan sebagian dari portofolio mereka ke kelas aset yang tidak berkorelasi. Investasi tersebut memiliki ketergantungan historis yang rendah terhadap masing-masing keuntungan.

  1. Rutin melakukan rebalancing

Secara umum, rebalancing adalah suatu proses ketika investor menyelaraskan atau menyeimbangkan bobot aset yang diinvestasikan dalam portofolio investasi. Misalnya, dalam hal saham, rebalancing bisa merujuk pada kegiatan yang melibatkan aktivitas membeli atau menjual aset dalam portofolio untuk menjaga tingkat alokasi aset sesuai yang diinginkan.

Dalam portofolio investasi, contohnya, seorang investor terdapat bobot aset dengan rincian 50% investasi saham dan 50% lagi berisi obligasi. Jika suatu saat harga saham memiliki performa yang baik, investor tersebut boleh jadi akan menambah bobot saham menjadi 70% dalam portofolionya. Ia pun dapat memutuskan untuk menjual sebagian saham yang dimilikinya dan membeli obligasi untuk membuat bobot portofolio investasinya kembali menjadi seimbang, yaitu 50/50.

Maka dari itu, menyesuaikan target alokasi dalam portofolio investasi akan membantu memastikan portofolio kamu sesuai dengan risk tolerance, kebutuhan investasi, dan tujuan finansial, demikian sebaliknya.

  1. Pahami kapasitas risiko

Sering kali terjadi pertentangan antara kesediaan secara emosional dan kapasitas untuk menanggung risiko. Sebagai investor, seseorang bisa saja mengambil risiko yang lebih besar melebihi tingkat risiko yang bisa ditanggungnya. Atau, dalam investasi ada juga orang yang memiliki sifat konservatif, sementara sewaktu-waktu ia perlu mengambil langkah yang lebih agresif.

Kapasitas risiko seorang investor biasanya ditentukan oleh berbagai faktor, seperti bobot dana dalam tabungan, nilai aset dalam investasi, dan tujuan keuangan.  Oleh sebab itu, akan sangat disarankan untuk dapat memahami kapasitas risiko yang dimiliki.

  1. Fokus terhadap tujuan finansial jangka panjang

Berbagai pendekatan seperti keseimbangan, disiplin, dan jangka panjang sehingga investasi kamu bisa lebih fokus terhadap tujuan jangka panjang, penting digunakan saat mengelola portofolio investasi.

Kerap kali seseorang tergoda untuk berinvestasi pada “jenis investasi terbaik” yang sering direkomendasikan pakar atau pada “jenis investasi yang menghasilkan keuntungan” tanpa pernah mempertimbangkan jenis investasi itu memang mampu mendukung seseorang untuk mewujudkan tujuan finansial jangka panjang.

Di sisi lain, jika selama ini seseorang berinvestasi saham dan obligasi misalnya, dengan memahami risk tolerance, risk capacity, dan menentukan tujuan finansial jangka panjang, ia dijamin akan menemukan jenis investasi lain yang cocok dengan dirinya, misalnya deposito, reksa dana pasar uang, maupun produk obligasi dari pemerintah.

 

Penulis: Kontributor
Editor: Anju Mahendra

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU