28.1 C
Jakarta
Jumat, 22 November, 2024

Efek Teknologi AI Bikin Banyak Orang Kehilangan Kerja, Termasuk Kamu?

JAKARTA, 26 Oktober 2024 – Beberapa tahun terakhir, efek teknologi AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan dalam berbagai sektor industri telah mengalami perkembangan pesat. Dari manufaktur hingga layanan keuangan, AI membawa perubahan yang signifikan dalam cara perusahaan beroperasi.

Salah satu dampak yang paling sering dibahas adalah efek AI terhadap pengurangan tenaga kerja, atau yang lebih dikenal dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan.

Tersiar banyaknya laporan perusahaan yang mengadopsi teknologi AI untuk menggantikan peran manusia dalam pekerjaan sehari-hari. Meskipun AI menawarkan berbagai manfaat seperti efisiensi operasional dan penghematan biaya, hal ini juga menimbulkan kekhawatiran terkait hilangnya pekerjaan bagi banyak orang.

AI dan Automatisasi di Tempat Kerja

Teknologi AI seringkali dihubungkan dengan otomatisasi, yaitu proses di mana tugas-tugas yang sebelumnya dilakukan oleh manusia kini bisa dikerjakan oleh mesin atau perangkat lunak. Banyak perusahaan yang menggunakan AI untuk menjalankan tugas-tugas rutin, seperti analisis data, produksi barang, hingga layanan pelanggan.

Contoh konkret dari penerapan AI yang mengakibatkan PHK adalah di sektor manufaktur, di mana robot dan mesin pintar kini mampu melakukan pekerjaan yang sebelumnya memerlukan tenaga kerja manusia.

Automatisasi berbasis AI ini tidak hanya mengurangi jumlah pekerja di sektor manufaktur, tetapi juga di sektor lain seperti layanan pelanggan, keuangan, dan kesehatan. Sebagai contoh, chatbot berbasis AI kini sering digunakan untuk menjawab pertanyaan pelanggan, mengurangi kebutuhan akan operator manusia.

Di sektor keuangan, AI digunakan untuk memproses data dan melakukan analisis yang sebelumnya membutuhkan keahlian analis manusia.

Dampak PHK yang Ditingkatkan oleh AI

Ketika perusahaan semakin mengandalkan AI untuk menjalankan operasi mereka, risiko PHK karyawan menjadi lebih tinggi, terutama bagi pekerja yang memiliki keterampilan rendah hingga menengah. Pekerjaan yang bersifat repetitif atau tidak membutuhkan kreativitas yang tinggi sangat rentan terhadap penggantian oleh AI.

Sebagai contoh, pekerjaan kasir, operator telepon, dan entri data adalah beberapa profesi yang kemungkinan besar digantikan oleh teknologi otomatis.

Menurut laporan McKinsey Global Institute, sekitar 375 juta pekerja di seluruh dunia diperkirakan harus beradaptasi dengan perubahan besar akibat teknologi baru, termasuk AI, pada tahun 2030. Di beberapa negara, dampak ini terasa lebih cepat, terutama di industri yang bergerak cepat dalam mengadopsi teknologi.

Efek Teknologi AI Jangka Panjang dan Solusi Bagi Pekerja

Meskipun AI membawa risiko PHK, dampak jangka panjangnya tidak selalu negatif. Sejarah menunjukkan bahwa teknologi baru sering kali menciptakan peluang pekerjaan baru.

Misalnya, meskipun revolusi industri mengakibatkan banyak pekerja kehilangan pekerjaan di pabrik, era tersebut juga memunculkan industri baru dan menciptakan lapangan kerja baru yang tidak ada sebelumnya.

Namun, untuk memastikan bahwa pekerja tetap relevan di pasar kerja yang terus berkembang, keterampilan mereka harus ditingkatkan. Pendidikan dan pelatihan ulang (upskilling dan reskilling) menjadi kunci untuk mengatasi tantangan ini.

Pemerintah dan perusahaan harus berperan aktif dalam menyediakan program pelatihan yang mempersiapkan pekerja untuk pekerjaan baru di era digital. Keterampilan seperti pemrograman, analisis data, dan pemahaman teknologi AI kini menjadi lebih penting dari sebelumnya.

Selain itu, beberapa ahli berpendapat bahwa pemerintah harus mempertimbangkan kebijakan seperti pendapatan dasar universal (universal basic income), yang dapat membantu mengurangi dampak ekonomi dari PHK massal akibat otomatisasi.

Hal ini akan memberikan jaminan keuangan kepada pekerja yang terkena dampak, sehingga mereka memiliki waktu untuk menyesuaikan diri dan mencari peluang baru.

Industri yang Terancam dan yang Diuntungkan oleh AI

Tidak semua industri akan terdampak negatif oleh AI. Beberapa sektor justru melihat peningkatan permintaan untuk pekerja yang memiliki keterampilan di bidang teknologi.

Sektor seperti teknologi informasi, analisis data, dan pengembangan perangkat lunak diprediksi akan terus tumbuh seiring dengan perkembangan AI.

Di sisi lain, sektor yang bergantung pada tenaga kerja manual atau pekerjaan yang bersifat rutin akan lebih terdampak. Industri transportasi, misalnya, menghadapi tantangan besar dengan munculnya mobil otonom.

Sementara itu, sektor retail juga melihat penurunan kebutuhan tenaga kerja karena semakin banyak perusahaan yang mengadopsi teknologi self-checkout dan sistem manajemen inventaris berbasis AI.

Kesimpulan

Efek teknologi AI terhadap PHK karyawan adalah topik yang kompleks. Di satu sisi, AI membawa efisiensi dan inovasi yang mempercepat pertumbuhan perusahaan. Namun, di sisi lain, hal ini juga mengancam pekerjaan yang bersifat rutin dan repetitif, menyebabkan banyak pekerja kehilangan pekerjaan.

Solusi untuk mengatasi dampak ini tidak hanya ada di tangan perusahaan, tetapi juga di pemerintah dan pekerja itu sendiri.

Peningkatan keterampilan, pelatihan ulang, dan kebijakan perlindungan sosial yang adaptif sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa teknologi AI tidak hanya membawa dampak positif bagi perusahaan, tetapi juga bagi masyarakat luas.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU