duniafintech.com – Ekonomi digital makin marak dibicarakan, mengingat teknologi semakin berkembang di era digital ini. Ekonomi digital itu sendiri merupakan sebuah dampak dari penerapan teknologi informasi terhadap kegiatan ekonomi.
Baca juga :Â IDG VENTURES INDIA MENDANAI STARTUP ASET DIGITAL BERTENAGA AI
Terkadang  ekonomi digital ini sering didefinisikan sama seperti industrialisasi dan mekanisasi, namun pada kenyataannya ekonomi digital lebih menitikberatkan pada transaksi visual yang dapat dilakukan melalui internet. Menurut Don Tapscott, ada dua belas karakteristik dalam ekonomi digital yaitu Knowledge, Digitazion, Virtualization, Molecularization, Internetworking, Disintermediation, Convergence, Innovation, Prosumption, Immediacy, Globlization, dan Discordance.
Baca juga :Â KIAT AGAR BISNIS MAJU DI ERA DIGITAL
Hal ini pun merupakan  kesempatan besar bagi Indonesia untuk meningkatkan perekonomian, kesejahteraan penduduknya, bahkan mengejar negara-negara maju. Segala isu, permasalahan, kendala dalam ekonomi digital ini sudah saatnya diberikan perhatian khusus.
Baca juga : BISNIS PALING DIMINATI ERA DIGITALÂ
Terkait dengan ekonomi digital, Bhima Yudhistira Adhinegara selaku ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengatakan selama ini kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi digital cukup signifikan terhadap perekonomian. Ekonomi digital pada tahun 2016 berkontribusi sebesar 7,3% terhadap PDB.
Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan perkembangan nilai transaksi yang cukup besar dari ecommerce yakni Rp75 triliun per tahun. Sementara dari nilai pendanaan melalui Fintech mencapai Rp1,6 triliun per September 2017 (data OJK). Pada tahun 2018 diproyeksi ekonomi digital akan berkontribusi sebesar 8,5% terhadap PDB.
Untuk prediksi kedepan, ekonomi digital ini diproyeksikan akan mengubah lanskap beberapa sektor industri khususnya manufaktur dan segmen UMKM. Penetrasi produk hasil industri tidak lagi melalui rantai pasokan yang panjang, sehingga pasar bisa terbuka lebih lebar. Ini artinya kesempatan bagi UMKM untuk meningkatkan kapasitas produksi sekaligus pemasaran.
Dalam bidang kebijakan strategis, pemerintah perlu mendorong UMKM untuk masuk ke platform e-commerce karena saat ini 95% produk yang dijual di e-commerce adalah barang impor. Berbanding terbalik dengan produk UMKM yang kurang dari 2%.
Masih sangat kecil. Masuknya modal asing dari modal ventura seperti Alibaba dan Tencent juga memberikan pengaruh terhadap banjir barang impor ke e-commerce. Ini yang perlu diwaspadai oleh pemerintah khususnya Menteri Perdagangan, ujarnya dilansir dari sindonews.com.
Apabila dilihat dari potensinya, terkait pengembangan ekonomi digital di Indonesia saat ini masih cukup besar. Indonesia menduduki posisi kelima untuk negara dengan jumlah pengguna internet terbesar di dunia yakni 132 juta orang dan pengguna aktif sosial media lebih dari 70 juta orang. Namun kunci untuk meningkatkan daya saing ekonomi digital adalah perbaikan infrastruktur. Masih ada ketimpangan akses internet antara penduduk pulau Jawa dan luar jawa. Sementara di Sumatera penetrasi internet hanya 15%, dan Kalimantan 7% sedangkan di Jawa 65%.
Isu kedua adalah soal regulasi untuk mendukung ekosistem startup digital untuk semakin berkembang. Perlu intervensi berupa insentif pajak, akses kredit dan perizinan usaha yang mudah bagi startup. Ketiga, investasi dalam pengem bangan SDM dalam teknologi informasi. Ini dalam bentuk sekolah vokasi.
Tidak ketinggalan juga harus diperhatikan sektor konvensional agar juga berkembang dan perlu didorong untuk terus berkolaborasi dengan e-commerce. Tidak semua barang shifting ke online, seperti grocery atau kebutuhan pokok tetap butuh toko fisik.
Contohnya adalah kolaborasi Amazon dan Wholefood supermarket di AS justru menciptakan 6.000 tenaga kerja baru, ujarnya.
Pengamat IT Heru Sutadi memprediksi tren ekonomi ini 2018 akan memunculkan beberapa bidang yang makin berkembang seperti e-commerce, e-money, dan sistem pembayaran. Perkembangan ekonomi digital juga akan didukung beragam teknologi yang akan juga mulai banyak digunakan seperti big data dan teknologi finansial.
Written by : Dinda Luvita
Picture by : Pixabay.com