JAKARTA, duniafintech.com – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengungkapkan, kondisi sektor jasa keuangan di 2021 mulai stabil dengan kinerja yang semakin membaik didorong aktivitas perekonomian yang semakin meningkat.
Sepanjang 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbuh 10,08%, atau berada di level 6.581,48 secara year to date (Ytd). Kapitalisasi pasar saham mencapai Rp8.256 triliun atau naik 18,45% dibandingkan posisi akhir tahun 2020 yakni Rp6.970 triliun.
“Pasar modal di luar dugaan jauh dari ekspektasi semula, indeks kita sudah 6.581,48 ini adalah kalau kita invest retur-nya sudah 10,08%. Ini adalah termasuk jajaran terbaik di Asia, di antara negara lain,” katanya dalam pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia 2022, Senin (3/1).
Catatan baik pasar modal ini juga didukung oleh sejumlah torehan lainnya, seperti Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada 30 Desember 2021 ISSI ditutup pada 189,02 poin atau meningkat sebesar 6,50% dibandingkan indeks ISSI pada 30 Desember 2020 sebesar 177,48 poin.
Jumlah Saham Syariah yang terdaftar dalam Daftar Efek Syariah juga tercatat mengalami peningkatan dari sebelumnya sebanyak 441 Efek Syariah per 30 Desember 2020 menjadi sebanyak 494 Efek Syariah pada 30 Desember 2021.
Pada periode yang sama, kapitalisasi pasar saham syariah juga mengalami pertumbuhan sebesar 19,36% dari sebelumnya sebesar Rp3.344,93 triliun menjadi Rp3.983,65 triliun per 30 Desember 2021.
“Seluruh capaian ini menunjukkan kepercayaan investor kepada pasar modal mulai meningkat dan ini momentum besar karena PDB 2022 akan 5,2% ini menambah keyakinan kita ke depan,” ujarnya.
Di samping itu, rekor baru dalam perdagangan di pasar modal juga terus dicatatkan pada 2021, salah satunya adalah frekuensi transaksi harian tertinggi yang terjadi pada tanggal 9 Agustus 2021 yang mencapai 2,14 juta kali transaksi.
Volume transaksi harian tertinggi yang mencapai 50,98 miliar saham di 9 November 2021, dan kapitalisasi pasar tertinggi yang mencapai Rp8.354 triliun di 13 Desember 2021.
Dari sisi supply, pada 2021 OJK telah menerbitkan 53 surat efektif bagi perusahaan yang akan melakukan penawaran umum perdana saham dengan fund raised mencapai Rp61,66 triliun.
Adapun, pertumbuhan IPO di Indonesia akan terus bertumbuh seiring keberadaan 43 calon perusahaan yang masih dalam proses penawaran umum. Dari sisi demand, terjadi peningkatan jumlah investor pasar modal secara signifikan di sepanjang tahun 2021.
Per 30 Desember 2021, jumlah investor sebanyak 7,49 juta atau meningkat sebesar 92,99% dibandingkan akhir tahun 2020 yang tercatat hanya sebesar 3,88 juta. Jumlah ini meningkat hampir tujuh kali lipat dibandingkan akhir tahun 2017.
Berdasarkan data di KSEI, peningkatan jumlah investor ini didominasi oleh investor domestik yang berumur di bawah 30 tahun yang mencapai sekitar 59,98% dari total Investor.
Di samping itu, nilai pengelolaan investasi di pasar modal juga mengalami peningkatan. Hingga 30 Desember 2021, terdapat peningkatan NAB Reksa Dana sebesar 0,85% dari sebelumnya pada akhir tahun 2020 tercatat Rp573,54 triliun naik menjadi Rp578,44 triliun.
Sementara itu, pada periode yang sama, total Asset Under Management (AUM) Reksa Dana, Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT), Kontrak Pengelolaan Dana (KPD), Kontrak Investasi Kolektif (KIK) Dana Investasi Real Estate (DIRE), KIK Dana Investasi Infrastruktur (DINFRA), KIK Efek Beragun Aset (EBA), dan KIK Efek Beragun Aset Surat Partisipasi (EBA-SP) juga mengalami peningkatan sebesar 2,63% dari sebelumnya sebesar Rp827,43 triliun per 30 Desember 2020 menjadi Rp849,23 triliun.
Jumlah total produk RDPT, KIK DIRE, KIK DINFRA, KIK EBA, KIK EBA-SP, ETF dan KPD per 30 Desember 2021 sebanyak 774 dengan jumlah total nilai dana kelolaan Rp285,56 triliun.
Tak hanya itu, pertumbuhan Securities Crowdfunding (SCF) yang sebagai layanan baru untuk mendukung pelaku UMKM dalam memperoleh pendanaan melalui Pasar Modal juga tercatat mengalami peningkatan, per 30 Desember 2021, terdapat tujuh penyelenggara yang memperoleh izin dari OJK.
Jumlah ini meningkat 75% dibandingkan per 30 Desember 2020, yang hanya tercatat sebanyak empat penyelenggara. Pada periode yang sama, jumlah penerbit/pelaku UMKM yang berhasil menghimpun dana melalui SCF juga meningkat 48,84% dari sebelumnya 129 perusahaan per 30 Desember 2020 menjadi 192 perusahaan.
Dari sisi Pemodal SCF juga mengalami peningkatan yang signifikan, yakni sebesar 319,56% dari sebelumnya 22.341 pemodal per 30 Desember 2020 menjadi 93.733 pemodal. Total dana yang dihimpun juga meningkat sebesar 115,48% dari Rp191,2 miliar menjadi Rp412 miliar.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Anju Mahendra