30.5 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

Empat Sektor Digital Ini Sukses Beradaptasi Saat Pandemi

Survey Fortinet mengungkapkan terdapat 4 sektor digital yang sukses beradaptasi di masa pandemi dengan baik. Kesuksesan 4 sektor tersebut karena memang membantu masyarakat di kala pandemi atau memang dibutuhkan.

Pandemi memang membuat perekonomian melemah. Tapi, tidak semuanya. Justru di bidang digitalisasi, pandemi malah mengangkat kinerja.

Tak heran jika banyak perusahaan digital atau internet yang semakin mencatatkan kinerja yang membaik di saat pandemi. Ini karena orang tidak keluar rumah dan menghindari kontak fisik untuk mencegah virus corona.

Selama pandemi berlangsung, apa-apa saja sektor digital yang kinerjanya meningkat? Berikut 4 sektor digital yang sukses beradaptasi di masa pandemi.

1. Healthcare

Empat Sektor Digital Ini Sukses Beradaptasi Saat Pandemi

Digitalisasi ini meningkat karena fitur chatbot dari aplikasi yang sangat membantu. Chatbot menjadi semakin populer dan dimanfaatkan di industri kesehatan.

Penggunaan chatbot ini juga memberikan efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya manusia. Selain itu, juga membatasi kontak fisik dalam memberikan layanan medis.

Halodoc menjadi salah satu pelaku di industri healthcare yang menghadirkan fitur AI chatbot untuk kategori COVID-19. Bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan RI, fitur milik Halodoc ini dapat mengevaluasi risiko pasien terjangkit COVID-19.

Baca Juga : Bukalapak Jadi Unicorn Pertama yang IPO, Ini 3 Fakta Menarik

Baca Juga : Survey Visa : 85% Konsumen di Asia Tenggara Cashless, Indonesia?

Chatbot bekerja dengan menanyakan pertanyaan dasar seperti pertanyaan mengenai gejala awal COVID-19. Setelah pertanyaan selesai diberikan, chatbot akan mengukur seberapa tinggi risiko pasien terpapar virus. Kemudian juga memberikan rekomendasi pemeriksaan langsung dengan dokter.

2. e-Learning

Empat Sektor Digital Ini Sukses Beradaptasi Saat Pandemi

E-learning atau biasa disebut dengan metode belajar online juga menjadi sektor digital yang meningkat. Wajar saja.

Ini karena anak-anak tidak melaksanakan metode belajar di sekolah. Selama pandemi ini, anak-anak belajar langsung dari rumah dengan meotde online karena sekolah terpaksa tutup selama pandemi.

Selama pandemi, platform belajar secara virtual seperti Ruangguru dan Zenius meningkat drastis. Teknologi canggih yang menghasilkan fitur-fitur interaktif pun terus diperbaharui untuk menunjang metode belajar bagi anak.

Fitur-fitur yang berguna mulai dari VoIP hingga realitas virtual, augmented reality, pencetakan 3D, dan guru robot yang didukung oleh Artificial Intelligence (AI).

3. Digital Banking

Empat Sektor Digital Ini Sukses Beradaptasi Saat Pandemi

Pembayaran digital juga meningkat cukup drastis. Terutama dari metode Banking. Sebelumnya, orang-orang masih banyak yang mengandalkan uang tunai. Namun, karena pandemi dan mencegah kontak fisik secara langsung, penggunaan digital banking terus meningkat.

Di Indonesia, keberhasilan digitalisasi dirasakan oleh Bank Central Asia (BCA). Selama pandemi ada 5.100 rekening baru yang terverifikasi secara digital yaitu telepon atau video banking. Angka ini melonjak tinggi dibandingkan pembukaan rekening yang terjadi di kantor cabang dengan rata-rata 3.000 per hari.

Selain itu, faktor pendorong juga meningkatnya orang-orang yang berbelanja dengan e-commerce. Karena dimana-mana, memang tempat perbelanjaan sedang tutup. Apalagi masa PPKM yang membuat orang enggan keluar rumah.

Misalnya juga BCA yang bekerjasama dengan marketplace BliBli. Ini memungkinkan calon nasabah membuka rekening hanya dengan bermodal smartphone, aplikasi dan internet.

4. Hybrid Retail

Empat Sektor Digital Ini Sukses Beradaptasi Saat Pandemi

Jika kamu memiliki toko UMKM atau kita sebut dengan retail, mungkin kamu mengambil langkah untuk membuka toko secara online. Hal ini kita sebut dengan hybrid retail.

Pola ini terjadi karena orang-orang mencegah kontak fisik dan larangan pemerintah yang juga membatasi perkumpulan. Sehingga, ritel atau UMKM juga membuka toko online yang membuat customer bisa memesan dari rumah.

Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Lazada dan lain-lain menjadi wadah bagi para pelaku UMKM menjalankan metode hybrid retail. Wajar bila penggunaan digital banking meningkat.

Selain itu, penggunaan pembayaran non-tunai juga meningkat.

Di Indonesia, orang lebih menyukai penggunaan E-wallet, sama halnya seperti di Vietnam dan Myanmar. Sedangkan kartu tetap menjadi pilihan favorit untuk pembayaran di Singapura dan Thailand.

Konsumen lebih menyukai e-wallet karena kecepatan transaksi dan kenyamanan yang mereka tawarkan. Sementara itu, kartu lebih disukai karena lebih diterima secara luas oleh pedagang. 

Namun, narasi ini tidak mungkin berlanjut karena lebih banyak pedagang yang menerima e-wallet yang lebih mudah dan lebih efisien.

Kesimpulan : Pandemi Mengajarkan Digitalisasi

Di masa pandemi ini membuktikan bahwa perekonomian tak seutuhnya melemah. Tetapi, juga ada sebagian yang meningkat. Salah satunya sektor digitalisasi atau internet.

Ini juga mengajarkan orang-orang Indonesia untuk melek teknologi secara tidak langsung. Namun, sejatinya, bukan hanya soal solusi atas pandemi, tapi efisiensi.

Digitalisasi hadir untuk membuat sebuah sistem menjadi efisien. Artinya, digitalisasi tidak sebatas pandemi saja. Bayangkan saja, jika suatu saat nanti, bukan tidak mungkin tidak ada lagi penggunaan uang kertas.

Orang-orang juga tidak perlu lagi ke bank untuk membuka rekening. Karena bisa dilakukan secara digital dan transaksinya juga digital.

Tentunya, kita semua berharap agar digitalisasi bisa bersaing secara sehat dan pemerintah dapat menciptakan iklim usaha yang kondusif. Jadi, meskipun pandemi berakhir, digitalisasi tetap meningkat dan orang-orang semakin melek teknologi.

Penulis : Kontributor

Editor : Gemal A.N. Panggabean

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU