duniafintech.com – Finney, telepon pintar pertama dengan teknologi blockchain akan segera rilis di pasar Bangladesh. Dikutip dari Cointelegraph, sebuah koran lokal, The Daily Star, melaporkan bahwa Komisi Regulasi Telekomunikasi Bangladesh telah menyetujui impor telepon selular ini di bulan Agustus dan akan tersedia untuk warga Bangladesh sekitar bulan Oktober.
Baca juga:Â Cari Pembiayaan, Industri Work Over Well Service (WOWS) Disarankan Masuk Pasar Modal
Mobile Phone di Bangladesh
Peluncuran smartphone Finney ini berada di tengah tren perkembangan kepemilikan telepon pintar di Bangladesh. Berdasarkan catatan GSMA Intelligence, perusahaan peneliti global, diperkirakan kepemilikan telepon pintar di tahun 2025 adalah 75% dari populasi (138 juta), sementara 41% (73 juta) lainnya merupakan para pelanggan internet mobile.
Menurut GSMA, populasi urban yang meningkat diiringi peningkatan pembelian smartphone karena dianggap sebagai perangkat yang lebih murah, dan dalam hal ini harga Finney, dapat dibandingkan dengan ponsel kelas atas yang tersedia di Bangladesh.
Finney diluncurkan tahun lalu dengan biaya $999, sementara Samsung Galaxy S10 tersedia di pasar telepon lokal MobileDokan seharga 74,900 taka atau sekitar $894.
Baca juga:Â Gopay Raih Penghargaan BAZNAS Kategori Mitra Fintech
Fitur Dompet dan Integrasi Blockchain
Sirin Labs yang berbasis di Swiss mengembangkan telepon ini mengikuti salah satu dari lima penawaran koin awal terbesar di tahun 2017 ($ 157,8 juta). Ponsel ini memiliki cold storage wallet terintegrasi, komunikasi aman dan ekosistem aplikasi terdesentralisasi.
Co-founder dan co-CEO Sirin Labs, Moshe Hogeg mengatakan bahwa Finney, yang diproduksi oleh raksasa elektronik Foxconn Technology Group, membawa berbagai aspek blockchain dan kripto ke dalam satu perangkat.
“Sebelum Finney, dibutuhkan ledger (buku besar), komputer dan perangkat lunak dompet untuk ditukarkan, baru kemudian bisa dikonversi. Tetapi dengan Finney, semua ini dilakukan dalam satu telepon,” ungkap Hogeg.
Blockchain di Bangladesh
Bulan lalu, pemerintah Bangladesh memutuskan untuk menggunakan dana proyek IT sebesar $208 juta untuk mengirim sejumlah lulusan ke pelatihan blockchain di Jepang dan India.
Baca juga:Â Kereta Api Logistik Siap Terjun ke Bisnis E-Commerce
Pemerintah berencana untuk mengirim 100 lulusan IT baru ke luar negeri untuk meningkatkan keahlian di bidang Distributed Ledger Technology (DLT) atau sistem ledger yang terdistribusi, Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan, pembelajaran mesin dan keamanan siber.
-Karin Hidayat-