27.8 C
Jakarta
Jumat, 22 November, 2024

FINTECH CROWDFUNDING LOKAL TERUS BERTUMBUH

duniafintech.com – Bagi para pelaku bisnis, terutama yang baru saja memulai usahanya, mendapatkan modal adalah sesuatu yang susah-susah gampang. Jika memang sudah memiliki dana sendiri (berupa tabungan atau hasil penjualan aset dll) tentu saja tidak perlu bingung. Pengusaha yang memiliki akses bank juga bisa mengajukan pinjaman sebagai modal usaha. Sayangnya masih banyak pengusaha pemula yang tidak memiliki keduanya.

Saat industri fintech mulai berkembang di Indonesia, masalah permodalan pun satu per satu mulai mendapatkan pencerahan. Banyak startup peer-to-peer lending mulai bermunculan dan memberikan kemudahan kepada siapapun yang tidak memiliki akses perbankan konvensional. Cara kedua adalah dengan crowdfunding alias pendanaan massa.

Mengenal Crowdfunding

Berbeda dengan peer-to-peer lending yang berupa pinjaman yang harus dikembalikan suatu saat, crowdfunding banyak dipilih oleh para pengusaha dengan alasan mengumpulkan dana tidak harus selalu bergantung pada profitabilitas dan cash flow perusahaan.

Crowdfunding biasanya dilakukan lewat kampanye kepada sekelompok orang yang memiliki ketertarikan dan kepercayaan kepada ide yang ditawarkan oleh si pencari modal. Lewat metode ini, semua pengusaha termasuk perusahaan rintisan bisa mendapatkan kesempatan memperoleh pendanaan tanpa melalui proses track history (pembedahan atau pemeriksaan tentang usaha yang dijalankan).

Jadi pada dasarnya, crowdfunding adalah lebih tentang story telling ketimbang data-data berupa angka. Lantas apa yang didapatkan oleh pemberi dana dari keikutsertaannya dalam crowdfunding?

Crowdfunding sendiri ada beberapa macam. Yang pertama adalah Equity Crowfunding dimana pemeri dana akan diberikan saham di perusahaan yang mendapatkan dana darinya. Kedua, Donation Crowdfunding yang sifatnya seperti donasi. Alih-alih sesuatu yang berupa materi, si pemberi dana akan mendapatkan rasa bangga dari proyek yang ia danai. Terakhir ada Debt Crowdfunding yakni pendanaan berbasis utang. Jadi si pemberi dana berhak menerima bunga atau keuntungan dari si penerima dana. Beberapa perusahaan yang menggunakan sistem Debt Crowdfunding antara laun Cruch Base dan Lending Club.

Crowdfunding di Indonesia

Kickstarter, Crowdfunder dan Rockethub mungkin adalah nama situs crowdfunding yang sudah tak asing di dunia. Di Indonesia sendiri sebenarnya crowdfunding belum sepopuler peer-to-peer lending. Namun tak bisa dimungkiri bahwa dalam beberapa tahun ke belakang, startup fintech berbasis crowdfunding mulai bertumbuh pesat.

Salah satu yang terbesar saat ini adalah KitaBisa.com. KitaBisa.com merupakan situs crowdfunding pertama di Indonesia yang didirikan tahun 2013 dan sudah melakukan banyak sekali penggalangan dana. KitaBisa.com mengizinkan siapapun memasukkan proyek di bidang teknologi, kreativitas, bisnis UKM hingga kegiatan sosial.

Di awal tahun 2017, KitaBisa.com kembali mencatat prestasi dengan menyalurkan dana publik senilai Rp.61 miliar. Angka ini jauh lebih tinggi ketimbang tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp.7,2 miliar.

Selain KitaBisa.com, situs crowdfunding lokal yang tak kalah populer adalah Akseleran (menyediakan layanan permodalan bagi UKM) dan GandengTangan (Wadah kolaborasi untuk melakukan investasi jangka pendek pada UMKM di Indonesia).

Dengan iklim fintech yang semakin maju, tidak menutup kemungkinan jumlah perusahaan pendanaan massa ini akan tumbuh semakin pesat di tahun 2018.

Written by: Dita Safitri

 

1 KOMENTAR

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU