DuniaFintech.com – Penyelenggara fintech di Indonesia memiliki segenap persoalan yang perlu diseesaikan, mulai dari literasi, inklusi hingga dukungan infrastruktur. Namun, hal tersebut tidak hanya terjadi di Tanah Air, di negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia juga dihadapkan pada persoalan yang sama.
Reynold Wijaya, CEO dan Co-Founder Modalku menjelaskan berbagai kesamaan permasalahan yang terjadi oleh penyelenggara fintech dalam negeri dengan negeri tetangga.
Dari sisi target pasar, Reynold menerangkan kesamaan antara fintech Indonesia dengan negara tetangga terletak pada pendanaan sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Ia mengklaim, para pelaku UMKM baik di Malaysia mau pun Singapura belum tersentuh pendanaan dari berbagai jasa keuangan.
“Saat ini, edukasi masih menjadi tantangan utama di ketiga negara ini. Edukasi mengenai manfaat P2P lending harus selalu dijalankan,”
Meski demikian, Indonesia terbilang cukup tertinggal pada masalah literasi keuangan, dengan maraknya penipuan hingga fintech pinjaman ilegal.
“Menjadi tugas bersama untuk menjaga agar industri ini tetap memiliki ekosistem yang baik dan masyarakat tetap percaya untuk menggunakan platform ini, tentunya dengan edukasi cara memilih P2P lending yang benar yaitu yang sudah terdaftar atau berizin di otoritas,”Â
Baca juga:
- Mandiri Capital Telah Danai 14 Startup Fintech Indonesia
- Industri Fintech Indonesia Pegang Posisi Strategis di Asia Tenggara
- Fintech Ini Jadi yang Pertama Tawarkan Jual Beli Saham Bisnis Lokal
Permasalahan Fintech di Indonesia
Meski demikian, literasi masyarakat Malaysia dan Singapura telah meningkat jauh soal keuangan, jika dibandingkan dengan Indonesia. Namun, inisiatif kolaborasi dan kemauan dari pemangku kepentingan untuk mendorong industri dinilai masih sangat minim.
“Di Singapura, terdapat asumsi bahwa UMKM yang tidak bisa mendapatkan pendanaan ke institusi keuangan tradisional adalah UMKM yang tidak layak kredit,”
Pernyataan tersebut tentunya bertentangan dengan visi dan misi fintech pinjaman yang memperluas pendanaan kepada berbagai kalangan. Hal ini yang membuat Reynold mengatakan perlunya pengenalan lebih luas lagi soal fintech pinjaman.
“Di Malaysia, edukasi terkait manfaat P2P lending untuk perkembangan bisnis UMKM masih terus dijalankan, karena segmen ini masih baru mengetahui tentang pendanaan digital yang bisa mendukung mereka lebih cepat dengan pendekatan produk yang disesuaikan dengan kebutuhan,”
DuniaFintech/Fauzan