duniafintech.com – Pada tahun 2013 lalu ide mendirikan Green Books muncul dari seorang pria asal Republik Ceko bernama Petr Hindrich berselancar di Sumba, sebuah pulau terpencil di Indonesia.
Selama tinggal dengan masyarakat setempat, Petr menyadari bahwa masalah lingkungan berakar pada pendidikan anak-anak. Ia menyadari sebagian besar anak-anak tumbuh dewasa tanpa akses buku dan pengetahuan tentang alam. Sebagai konsekuensinya, mereka takut pada satwa liar setempat dan yang tidak dikenal.
Termotivasi oleh reaksi positif anak-anak dan masyarakat, Petr menemukan model pendidikan โeko-literasiโ dan mengembangkan cara di mana dia dapat mempromosikan pendidikan lingkungan ke lebih banyak komunitas di seluruh Indonesia. Bersama dengan beberapa teman yang berpikiran sama, dia mendirikan sebuah organisasi nirlaba pada bulan Januari 2014 di negara asalnya Republik Ceko.
Green Books bertujuan untuk membuat anak-anak Indonesia memahami sistem alam yang membuat kehidupan di bumi memungkinkan dan mengilhami mereka untuk hidup lebih lestari. Menurut data mereka, sebanyak 85 juta anak Indonesia sangat ingin tahu lebih banyak tentang lingkungan mereka. Akses terhadap buku dan kegiatan yang relevan memberi mereka kesempatan untuk menjawab rasa keingintahuan tersebut.
Dalam lingkup lebih luas, Green Books menaruh perhatian terhadap fakta bahwa Indonesia adalah negara yang mengalami deforestasi dengan laju tercepat di dunia, polusi yang meracuni rantai makanan, perusakan ekosistem laut, eksploitasi spesies yang terancam punah, dan pendidikan yang tertinggal.
Maka, Green Books ingin meningkatkan kesadaran tentang alam dan praktik berkelanjutan di masyarakat menggunakan pendidikan dan buku anak-anak sebagai titik awal. Secara konkret, tujuan tersebut diimplementasikan melalui eco-literasi, yakni kemampuan untuk memahami sistem alami yang memungkinkan kehidupan di bumi. Lebih rinci lagi, Green Books mempromosikan pengetahuan ini melalui tiga program, yaitu eco-libraries, eco-activities, dan eco-communities.
Program eco-libraries adalah program pengumpulan buku anak-anak dan membagikannya. Sementara itu, eco-activities dan eco-communities dapat diwujudkan melalui berbagai kegiatan kreatif (membuat kerajinan, puisi, menulis lagu dan lain-lain), tindakan (pembersihan, penanaman pohon, memasak dan sebagainya), dan proyek (pengomposan, menanam sayuran, mengubah barang bekas menjadi barang lain yang berguna dan lain-lain).
Green Books juga membuka diri bagi yang ingin terlibat dalam berbagai program kegiatan di atas. Green Books mengajak masyarakat luas untuk membantu anak-anak memaknai keindahan alam dan mengilhami mereka untuk melindunginya dengan menggunakan buku dan aktivitas terkait lingkungan. Menurut Green Books, pendidikan lingkungan adalah kunci untuk menjaga planet kita tetap sehat.
Selain donasi, masyarakat bisa menjadi relawan pada berbagai kegiatan Green Books. Selain itu, masyarakat juga bisa menggelar penggalangan dana untuk program-program Green Books. Dalam konteks ini, masyarakat dapat berkontribusi dari hal-hal โkecilโ, seperti menyelenggarakan pesta ulang tahun dan bertukar hadiah untuk donasi, melakukan penjualan barang-barang lama, menjadi tuan rumah BBQ penggalangan dana dan sebagainya.
Masyarakat juga bisa mengajukan diri untuk mengelola eco-library di lingkungannya masing-masing. Ini adalah komitmen jangka panjang untuk mendidik anak-anak hidup secara lestari dan berkelanjutan. Cara lainnya untuk berkontribusi adalah cukup menyebarluaskan program-program Green Books ke seluruh dunia.
Source: green-books.org
Written by: Sebastian Atmodjo