JAKARTA, duniafintech.com – Bulan lalu, peneliti Invezz.com menerbitkan sebuah studi yang melihat trader Bitcoin paling menguntungkan menurut negara dengan memanfaatkan statistik dari beberapa kumpulan data.
Penulis studi, Dan Ashmore menjelaskan satu set data yang berasal dari Chainalysis, menunjukkan 25 negara teratas di dunia berdasarkan perolehan Bitcoin (BTC) yang terealisasi pada 2020.
Ini menjadi latar belakang penelitian, karena tim peneliti invezz.com juga menggunakan statistik dari Worldometers dan Triple A.
Sementara data menunjukkan Swiss saat ini memiliki trader Bitcoin paling menguntungkan di seluruh dunia, Prancis adalah negara teratas dalam hal “trader Bitcoin terbaik”.
Baca juga: Kripto Ambruk: Sandiaga Uno Ingatkan Soal Alokasi Investasi, Ini Penjelasannya
“Prancis Mengklaim Gelar Trader Bitcoin Terbaik, Swiss Memiliki Trader Paling Menguntungkan dengan Keuntungan USD 1.268 (setara Rp 18,2 juta) per Investor,” isi studi tersebut, dikutip dari Bitcoin.com, Senin (30/5/2022).
Mengikuti Prancis dalam daftar negara, Republik Ceko dan Belgia berada di urutan kedua dan ketiga dalam hal negara perdagangan Bitcoin terbaik. Lalu ada Kanada, Belanda, Swiss, Jerman, Australia, Inggris, Amerika Serikat, Spanyol, Jepang, Ukraina, Korea Selatan, dan Italia.
Negara-negara terkenal lainnya termasuk Argentina, Vietnam, Polandia, Rusia, Thailand, Brasil, Turki, dan India. Dari semua negara yang terdaftar, trader Bitcoin Swiss yang berkuasa menyangkut keuntungan BTC.
“Swiss memiliki pedagang paling menguntungkan dengan keuntungan USD 1.268 per investor, namun dengan hanya 1,8 persen dari populasi negara yang berinvestasi dalam kripto, mereka terlempar ke urutan keenam. Republik Ceko juga serupa,” jelas studi tersebut.
Melansir Liputan6.com, sebelumnya, Cryptocurrency terbesar, bitcoin naik sedikit tetapi masih diperdagangkan di bawah USD 30.000 atau sekitar Rp 439 juta selama hampir dua minggu sejak jatuhnya stablecoin UST.
Kripto utama lainnya juga reli terlambat untuk mencapai zona hijau, meskipun tidak banyak yang berhasil. Pada akhirnya mayoritas kripto teratas masih terjebak di zona merah, karena investor mencengkeram erat tren bearish untuk penghindaran risiko.
Baca juga: Kripto, Metaverse dan NFT Diyakini Akan Ubah Dunia, Sandiaga Uno Ajak Masyarakat Ambil Peluang
Analis Pasar Senior Oanda The Americas, Edward Moya mengatakan bitcoin berada di zona bahaya karena sentimen untuk aset berisiko telah jatuh.
Meskipun begitu, ada sedikit berita positif untuk kripto yaitu Indeks Ketakutan & Keserakahan bitcoin, yang telah terjebak di zona “ketakutan” selama sebulan terakhir dan mencapai tingkat ketakutan terendah kedua yang tercatat dalam sejarah indeks minggu lalu, telah sedikit meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Hal ini menunjukkan sentimen bearish bisa berkurang, terutama jika bitcoin melewati USD 30.000. Tetapi Moya mengatakan penurunan imbal hasil Treasury, yang membuat kripto menarik telah gagal menggerakkan investor.
“Saat ini, tidak ada yang mau membeli penurunan ini. Bitcoin tidak dapat stabil sampai Wall Street terlihat tenang dan itu mungkin tidak akan terjadi untuk beberapa saat lagi,” kata Moya.
Di sisi lain, saham Nasdaq yang berfokus pada teknologi, anjlok 2,3 persen. Sedangkan untuk S&P 500 juga turun, meskipun lebih moderat.
Baca juga: Viral Ajakan UAS untuk Boikot, Pengaruhi Sektor Pariwisata Singapura?
Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada