JAKARTA, duniafintech.com – Konflik antara Rusia dengan Ukraina yang belum tahu kapan akan berakhir telah membuat banyak sektor perekonomian terdampak. Bahkan, jika perang ini terjadi dalam waktu panjang, perekonomian Indonesia juga berisiko terganggu.
Di samping itu, peperangan yang berlarut-larut juga bakal menekan industri perbankan, termasuk dalam penyaluran kredit. Menurut Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah, kalau konflik Rusia dengan Ukraina tidak meluas dan cepat reda, dampaknya terhadap perekonomian akan minimal sehingga penyaluran kredit perbankan tetap bisa berjalan normal.
“Tetapi kalau konflik terus melebar, bahkan memicu Perang Dunia ke-3, perekonomian global akan terganggu dan pada gilirannya berdampak negatif terhadap perekonomian domestik. Penyaluran kredit perbankan akan tertahan walaupun saya perkirakan masih akan tumbuh positif,” ucapnya, dikutip dari Bisnis.com, Selasa (1/3/2022).
Secara sektoral, imbuhnya, sektor pariwisata dan transportasi menjadi lini yang masih kurang aman untuk disalurkan kredit, bahkan sebelum peperangan terjadi. Di sisi lain, untuk sektor yang masih prospek, yaitu sektor makanan dan minuman, teknologi informasi, perdagangan, manufaktur, dan farmasi.
Dikatakan Wakil Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, layanan kredit yang terkait langsung dengan perdagangan Indonesia-Rusia atau Indonesia-Ukraina bakal terdampak langsung. Rusia sendiri terkena sanksi keuangan.
Ia memandang, kalau pembayaran dari Rusia tidak lancar, imbasnya dapat menyasar eksportir Indonesia. Demikian halnya perdagangan dengan Ukraina. Kalau pembayaran tidak lancar karena konflik perang, akan ada risiko kredit.
“Berikutnya, barang/komoditas tersebut jika menjadi bahan baku industri maka harus segera dicari alternatif dari negara yang aman agar tidak mengganggu produksi sehingga tidak mengancam kelancaran pembayaran kredit dari Industri ke perbankan,” jelasnya.
Di samping itu, ia pun sependapat dengan Piter bahwa perang berlarut-larut tentu bakal berimbas terhadap penyaluran kredit. Perang menciptakan ketidakpastian ekonomi. Sejumlah kredit sektoral yang berkaitan langsung dengan komoditas perdagangan Indonesia-Rusia dan Indonesia-Ukraina, dengan industri-industri di Indonesia kemungkinan bakal ditinjau oleh perbankan untuk dikalkulasi ulang target penyaluran kreditnya.
“Terutama jika situasi perang tidak segera mereda dalam sebulan,” tutupnya.
Penulis: Kontributor / Boy Riza Utama
Editor: Anju Mahendra