28.8 C
Jakarta
Kamis, 25 April, 2024

Ini Alasan Amartha Gaet Ibu-Ibu di Pedesaan

JAKARTA, duniafintech.com – PT Amartha Microfinance Marketplace memiliki kesan berbeda bagi para pelaku usaha keuangan digital lainnya. Secara segmentasi, Amartha menargetkan pelaku usaha dari kalangan wanita atau bahasa kekiniannya adalah emak-emak di pedesaan. Tentunya hal ini menjadi tanda tanya, mengapa Amartha menargetkan pelaku usaha dari kalangan wanita di pedesaan?

Kali ini, duniafintech.com diberikan kesempatan untuk berkunjung ke markas Amartha di bilangan Jakarta Selatan. Dalam kesempatan tersebut, duniafintech.com bertemu dengan AVP Marketing & Public Relations Amartha, Rezki Warni. Dalam paparannya, wanita muda berparas cantik yang sering disapa Tya menjelaskan Wanita merupakan sosok yang kuat dan penopang bagi Pria untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dikala Pria mengalami kesulitan untuk mencari nafkah, disitulah hadir sosok wanita untuk membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Baca juga: Resmi Gabung IBCSD, Amartha Dukung Pembangunan Berkelanjutan

Namun, dia menambahkan terdapat beberapa kendala bagi wanita untuk memenuhi kebutuhan dapurnya khususnya untuk membuka usaha. Pertama, wanita tidak memiliki akses untuk membuka rekening dengan perbankan. Kedua, wanita di pedesaan hampir rata-rata tidak memiliki akses komunikasi melalui telpon genggam (handphone). Ketiga, minimnya literasi keuangan.

“Apalagi kita diidentikan dengan pinjol. Nah ini yang mesti dirubah pemikirannya khusus wanita yang ingin membuka usaha ultra mikro,” kata Tya kepada duniafintech.com.

Dia menjelaskan untuk menggandeng wanita-wanita di pedesaan dengan membuka usaha ultra mikro, perusahaan ini selalu melakukan pendekatan secara persuasif dengan melakukan survey jenis usaha yang layak untuk dilakukan. Kemudian, diberikan pelatihan usaha ultra mikro dengan melakukan pembinaan dan pemberian bekal dalam pengambilan keputusan dalam menjalankan usahanya.

Baca juga: Amartha Tunjuk Element Bantu Permudah Akses Pinjaman bagi UKM Wanita

amartha

Dia menuturkan hingga saat ini, Amartha memiliki 500 cabang yang tersebar di Pulau Jawa, Sulawesi dan Sumatera. Kemudian sebanyak 35.000 desa sebagai tempat pendampingan Amartha.

“Jadi kami memiliki rekan 4000 business partner untuk melakukan survey dan pembinaan kepada wanita-wanita di pedesaan,” kata Tya.

Dia menjelaskan apabila dalam proses perjalanan, wanita-wanita di pedesaan kesulitan dalam membayar. Amartha memastikan tidak menggunakan pihak ketiga atau Debt Collector untuk melakukan penagihan. Tya memastikan Amartha akan melakukan pendekatan humanis dan persuasif kepada peminjam yaitu wanita-wanita di pedesaan.

Apalagi, Tya menambahkan pola kerja yang diterapkan adalah dengan sistem tanggung renteng. Dia menjelaskan tanggung renteng yang dimaksud adalah sistem kerja perkelompok ibu-ibu di pedesaan, apabila salah satu anggotanya mengalami kesulitan anggota lainnya mencoba untuk membantu.

“Jadi sistemnya gotong royong. Jadi salah satu anggotanya belum bisa membayar, anggota lainnya membantu untuk menutupi kekurangannya,” kata Tya.

Baca juga: Ada Perkembangan, Kemenkop UKM Masuk Top 51 Instansi Dalam Kompetisi P4 2022

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE