25.6 C
Jakarta
Kamis, 25 April, 2024

Investor Ramaikan Aset Kripto, Pasar Saham Sepi Peminat? 

JAKARTA, duniafintech.com – Meningkatnya peminat masyarakat untuk berinvestasi alias investor di aset kripto ketimbang berinvestasi di sektor saham. Hal itu dimungkinkan para investor akan beralih minat dari investasi di saham ke aset kripto.

Terbukti berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan untuk jumlah nasabah aset kripto sudah mencapai 14,6 juta di bulan Juni 2022. Jumlah tersebut sudah lebih banyak dari nasabah saham sebanyak 9,11 juta.

Menanggapi hal itu, Praktisi Keuangan David Cornelis menilai berpindahnya minat masyarakat untuk memilih berinvestasi di aset kripto ketimbang sektor saham dikarenakan aset kripto memiliki kecepatan dalam bertransaksi dan dapat bertransaksi kapan saja dan lebih mudah dicairkan. Kemudian aset kripto lebih mengalami fluktuasi, sebab menjanjikan dari sisi potensi keuntungan. Meskipun, masyarakat juga harus memperdalam literasi mengenai kripto agar menyadari risiko penurunannya.

“Iya betul (peralihan minat dari saham ke kripto) saat ini begitu bahwa jumlah investor kripto sudah lebih banyak dari pasar saham dan pasar lainnya (reksadana dan obligasi) karena market dan target market yang berbeda, disertai kemudahan dan tren di dunia sosial media,” kata David kepada duniafintech.com. Jakarta, Selasa (19/7).

David menjelaskan saat ini kripto merupakan kesukaan bagi kalangan generasi Zilenial. Apalagi disertai dengan iklan dan influence dari sosial muda, yang memicu anak muda saat ini takut ketinggalan tren (FOMO). Menurutnya dengan kondisi tersebut, tentunya tren masyarakat minat untuk berinvestasi di aset kripto sangat terbuka lebar. Sehingga, akan ada potensi kenaikan yang cukup besar. Apalagi, perlahan-lahan brand, perusahaan dan negara-negara mulai beradaptasi dengan dunia kripto.

Dia menambahkan peningkatan pengguna kripto juga didukung dengan adanya utilisasi yang dapat dipergunakan untuk keperluan konsumsi. Sehingga ekosistem kripto menjadi semakin kuat dan semakin menarik buat investor.

“Plus adanya fitur-fitur tambahan (robo, auto installment) serta ditambah lagi dengan produk-produk kripto lainnya yang saling embedded dan related hingga ke NFT dan Metaverse,” kata David.

Kendati demikian, Dia menuturkan meskipun dari sisi kapitalisasi dan juga basket size sektor saham lebih kecil jumlah investor retailnya. Namun secara market, basket size dan juga investor institusi, sektor saham masih tergolong lebih besar dari pada aset kripto.

Dia mengungkapkan dengan adanya peningkatan nasabah di sektor aset kripto tentunya akan membentuk lieterasi keuangan bagi masyarakat secara umum. Kemudian, terbentuknya pola pikir bagi investor, lalu terbentuknya pasar kripto menjadi lebih stabil.

“Ini akan menjadi pilihan untuk investor memilih dan membagi serta melakukan diversifikasi investasi ke kelas aset baru yaitu pasar kripto,” kata David.

Sebagaimana diketahui, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengungkapkan pertumbuhan nilai transaksi dan jumlah pelanggan aset kripto mencapai Rp859,4 triliun pada tahun 2021. Transaksi tersebut mengalami peningkatan sebesar 1.224 persen atau sebesar Rp64,9 trilin di tahun 2020. Untuk pembelinya tercatat 14,6 juta pembeli.

Dia menilai transaksi aset kripto mengalami kontraksi sejalan dengan tekanan ekonomi global yang terimbas konflik Rusia dengan Ukraina. Meski demikian, baik pelaku aset kripto maupun pemerintah Indonesia sangat optimis mengenai masa depan aset kripto.

Baca juga: Bank Indonesia Terbitkan Uang Digital, Uang Tunai Tetap Beredar

Secara spesifik, Jerry mengungkapkan untuk demografi nasabah aset kripto menunjukkan bentangan yang cukup menarik. Untuk nasabah, pria lebih mendominasi yaitu 79 persen, sedangkan wanita 21 persen. Untuk kelompok usia, didominasi rentang umur 18 sampai 24 tahun sebesar 32 persen, disusul kelompok umur 23 sampai 30 tahun sebesar 30 persen dan umur 31 sampai 35 tahun sebesar 16 persen.

Baca jugaPemerintah Belum Atur Suku Bunga Pinjaman Fintech, OJK: Diserahkan Mekanisme Pasar

Adapun nasabah didominasi 69 persen yang berdomisili di Pulau Jawa, disusul Sumatera 17 persen dan Kalimantan sebesar 6 persen.

“Pekerjaan nasabah aset kripto didominasi karyawan swasta 28 persen, disusul wirausahawan 23 persen dan pelajar 18 persen,” ujar Jerry.

Dia menjelaskan sulit untuk membandingkan perdagangan saham dengan perdagangan aset kripto karena saham lebih mapan daripada kripto yang baru dimulai dalam tiga tahun terakhir. Menurutnya nilai transaksinya terpaut cukup jauh. Namun, untuk jumlah nasabah aset kripto sudah mencapai 14,6 juta di bulan Juni 2022. Jumlah tersebut sudah lebih banyak dari nasabah saham 9,11 juta.

“Kemungkinan ini menunjukkan perdagangan aset kripto akan mampu bersaing dengan perdagangan saham,” kata Jerry.

Baca jugaPinjaman Online Resmi OJK 2022, Cek di Sini

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com.

 

Penulis: Heronimus Ronito

Editor: Rahmat Fitranto

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE