27.1 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

Jojonomic platform Expense Management System

duniafintech.com – Berbicara mengenai jenis startup fintech, duniafintech.com kali ini tertarik pada startup yang menyediakan platform Expense Management System. Startup ini merupakan pertama dan satu-satunya di Indonesia yangmenelurkan ide-ide kreatifnya untuk membantu berjalannya usaha lebih praktis dan efisien.

Bisnis perusahaan rintisan (startup) fintech semakin beragam. Mulai dari startup yang bergerak dalam bidang penggalangan dana melalui platform crowdfunding, P2P lending, startup yang menyediakan layanan asuransi secara online, startup remittance, startup yang mengadakan fasilitas berinvestasi reksadana secara online, ada pula startup yang memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam bertransaksi melalui e-commerce, yaitu startup payment gateway, hingga merambah ke bidang reimbursement atau platform Expense Management System.

Adalah Jojonomics, yang membuat Duniafintech terpukau sejak baru saja masuk ke dalam kantornya yang berkonsep homey. Ruangan luas terpampang dengan sofa di sisi kiri dan kanan, tempat duduk para karyawan, dilengkapi dengan televisi besar di bagian tengah sekaligus sofa bulat, membuat ruangan itu seperti halnya ruang keluarga. Dan yang lebih menakjubkan lagi, tersedia kolam renang di halaman belakang. Wah, bikin iri!

duniafintech.com memiliki kesempatan untuk berbincang-bincang sersan alias serius santai dengan Indrasto Budisantoso selaku CEO Jojonomic, Chandra Hartanto selaku VP of Channel Acquisition, dan Rezha Radhitya selaku Business Development Manager.

Pada perbincangan awal, Chandra Hartanto menjelaskan bahwa secara sederhana e-commerce dengan fintech itu saling bersinergi satu sama lain, di mana e-commerce sebagai platform jual belinya, sementara kehadiran fintech adalah untuk membantu proses dari jual beli tersebut agar dapat bisa diterima oleh masyarakat luas. Dengan adanya fintech, misalnya, cara pembayaran bisa menjadi lebih mudah karena fintech terus berupaya melakukan terobosan-terobosan baru guna melayani perusahaan pada umumnya, dan para individu, khususnya.

Sejarah berdirinya Jojonomic ini bermula dari pengalaman pribadi Indrasto sendiri, yang pada saat itu bekerja di sebuah perusahaan besar. Di mana saat itu ia harus menandatangani sekian banyak dokumen, dan menghabiskan waktu satu hari hanya untuk menangani persetujuan pergantian biaya. Dan pada perusahaan sebelumnya, Indrasto juga harus menghabiskan waktu sekian jam untuk membuat rekapan pergantian biaya secara manual. Keadaan itu akhirnya menimbulkan ide kreatif untuk membangun Jojonomic dan melakukan launching di saat yang tepat, ketika teknologi semakin digilai masyarakat pada akhir Desember 2015. Hebatnya, dari hanya terdiri dari tiga orang saja saat didirikan, kini Jojonomic telah memiliki 50 karyawan dalam menjalankan usahanya. Hal ini merupakan tanda bahwa startup ini mampu memperluas jaringan usahanya dalam waktu sekitar hampir 2 tahun.

Fokus dari Jojonomic itu sendiri adalah pada awalnya ingin membuat literasi keuangan masyarakat Indonesia lebih melek finansial. Dalam pelaksanaannya, Jojonomic menyediakan produk awal, yaitu Personal Finance, namun dalam perkembangannya, dalam rangka meningkatkan manifestasi di masyarakat, maka Jojonomic mulai melakukan terobosan baru, yaitu merambah ke B2B (Business to Business). Di mana Jojonomic memfasilitasi bagaimana proses reimbursement dan manajemen expenses dari sebuah perusahaan bisa lebih terkontrol dan termonitor.

“Jadi Jojonomic berupaya untuk bagaimana membuat antara karyawan dengan perusahaan menjadi lebih mudah komunikasinya dengan media aplikasi,” ujar Chandra.

Lebih lanjut Rezha Radhitya menjabarkan bahwa proses reimbursement secara konvensional yang selama ini berjalan tentu memerlukan waktu lebih banyak dan bukti dokumen fisik, sehingga bisa saja merugikan karyawan apabila bukti dokumen tersebut hilang. Dengan demikian, adanya sistem aplikasi reimbursement di Jojonomic ini merupakan solusi agar tidak terjadi kerugian tersebut, karena semua transaksi terekam diserver, sekaligus menjadikan perusahaan lebih paperless.

“Pada intinya aplikasi ini (reimbursement) mempercepat proses secara manual, dan melakukan support engineer yang sudah ada,” kata Rezha.

Ketika ditanya apa tantangan terbesar dalam menjalankan Jojonomic, Rezha menyatakan bahwa hal yang perlu ditaklukkan adalah bagaimana mengubah paradigma seseorang agar mau melek digital di era yang serba teknologi ini, dan menyadarkan bahwa cara konvensional dengan berbagai kekurangannya dewasa ini tidak bisa terus diterapkan.

Pada perkembangannya, Rezha juga mengatakan bahwa layanan dari Jojonomic ini tidak hanya berbatas pada reimbursement atau manajemen expenses saja. Jojonomic berupaya untuk menyediakan apa yang dibutuhkan oleh customer dan memberikan solusinya. Pelanggan dari Jojonomic tidak hanya perusahaan umum, seperti Pertamina, Jurnal, dan lain-lain tapi juga yang bergerak dalam bidang perbankan, yaitu Bank Bukopin.

Dalam program jangka panjangnya, Jojonomic berencana ingin setiap aktivitas karyawan bisa terkontrol melalui Jojonomic, seperti data masuk karyawan, jadwal tugas karyawan di luar kantor, dan lebih jauh lagi, Jojonomic ingin bisa berinovasi dengan menyediakan layanan booking ruang meeting, booking trip atau tiket perjalanan ke luar kota maupun ke luar negeri juga akan memungkinkan disiapkan melalui Jojonomic.

Terakhir, Chandra memberikan tips kepada masyarakat yang mungkin ingin membuka startup, bahwa masalah permodalan bukanlah satu-satunya faktor utama untuk membuka usaha, tapi yang paling penting justru adalah bagaimana mengeksekusi ide-ide yang bermunculan.

Sebagai penutup Indrasto mengemukakan bahwa visi dan misi dari Jojonomic adalah bercita-cita bahwa aplikasi ini bisa ikut mengharumkan nama bangsa dan membanggakan Indonesia.

“Kebanyakan selama ini kita mungkin pakai aplikasi dari produk luar. Oleh karena itu aplikasi bisnis seperti Jojonomic ini diharapkan bisa membuat masyarakat menyadari bahwa Indonesia juga punya aplikasi bisnis yang layak untuk dipakai di luar. Dan sejauh ini pelanggan Jojonomic tidak hanya dari Indonesia, tapi juga sudah dipergunakan di Singapura, Malaysia, Thailand, dan mudah-mudahan akan terus berkembang ke negara lainnya. Pada beberapa bulan lalu Jojonomic juga sempat ikut pameran IT di Jerman.”

Written by : Sintha Rosse

2 KOMENTAR

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU