Bitcoin (BTC) menembus level harga tertinggi sepanjang masa setelah peluncuran dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) Strategi Bitcoin ProShares, BITO, pada Selasa (20/10/2021) kemarin.
Namun, seperti dikutip dari Cointelegraph.com, ahli strategi JPMorgan Chase yakin bahwa pendorong utama di balik lonjakan harga adalah kekhawatiran investor atas inflasi .
Adapun peluncuran BITO, yang melihat volume alami hari pertama tertinggi untuk ETF, menurut ahli JP Morgan dalam sebuah catatan, “tidak mungkin memicu fase baru dari modal yang lebih segar secara signifikan memasuki Bitcoin”.
Sebaliknya, JPMorgan pun percaya bahwa lantaran emas gagal menanggapi kekhawatiran atas meningkatnya tekanan biaya dalam beberapa pekan belakangan, peran baru Bitcoin sebagai lindung nilai yang lebih baik terhadap inflasi di mata investor menjadi alasan utama kenaikan harga saat ini.
Tim pun menyoroti bahwa peralihan dari ETF emas ke dana Bitcoin sudah mengakumulasikan kecepatan sejak September dan “mendukung prospek bullish untuk Bitcoin hingga akhir tahun.”
Dicontohkan oleh ahli strategi JPMorgan, berkurangnya minat setelah minggu pertama setelah peluncuran Purpose Bitcoin ETF (BTCC) di Kanada mengklaim bahwa hype awal seputar BITO juga dapat memudar setelah sepekan.
Menjadi ETF Bitcoin Futures-linked pertama di Amerika Serikat, ETF Strategi Bitcoin ProShares mulai diperdagangkan di New York Stock Exchange pada Selasa kemarin dengan harga pembukaan US$40 per saham.
Hal itu pun memungkinkan investor untuk memiliki eksposur langsung ke cryptocurrency berjangka di pasar yang diatur. Komentar JPMorgan sendiri menggemakan orang lain dalam keuangan tradisional.
Investor miliarder, Carl Icahn, diketahui memuji Bitcoin sebagai lindung nilai yang hebat terhadap inflasi sebab krisis pasar berikutnya sudah di depan mata.
CEO bank asal Inggris, Standard Chartered, Bill Winters, baru-baru ini juga mencatat berlalunya periode inflasi rendah yang panjang, menambahkan bahwa “sangat masuk akal bagi orang untuk menginginkan alternatif mata uang fiat.”
Penulis: Kontributor
Editor: Anju Mahendra