Kasus gagal bayar (galbay) mencuat sepanjang 2025, dengan pemberitaan yang menyoroti komunitas pengguna yang sengaja menghindari tagihan pinjaman online (pinjol)[1]. Namun, menurut temuan Jakpat, lonjakan kasus ini tidak disebabkan oleh pengguna baru, melainkan berasal dari pengguna lama yang mulai kesulitan mengelola kewajiban finansialnya di tengah tekanan ekonomi.
Jakpat mengadakan survei untuk mengetahui perilaku dan kebiasaan pengguna fintech di Indonesia pada paruh pertama 2025 dengan melibatkan 2.041 responden yang terdiri dari Generasi Z (39%), Milenial (42%), dan Generasi X (19%). Riset ini fokus pada jenis pembayaran digital, yakni e-wallet, platform banking (mobile/internet dan digital), serta Buy Now Pay Later (BNPL) atau biasa dikenal sebagai paylater. Bahasan lainnya adalah jenis-jenis fintech, yaitu e-wallet, paylater, pinjaman online (pinjol), urun dana (crowdfunding), dan peer-to-peer (P2P) lending.
Mayoritas responden menggunakan aplikasi e-wallet (95%), diikuti oleh layanan paylater (29%) dan pinjol berbentuk uang tunai (9%). Sementara itu, 45% responden tercatat menggunakan layanan perbankan, dengan rincian 89% di antaranya memakai mobile/internet banking dan 45% memanfaatkan digital banking.
Pertumbuhan Stagnan pada Fintech BNPL
Spesifik pada kategori paylater, Jakpat mencatat adanya penurunan kecil pada aplikasi paylater dibanding tahun lalu, yaitu dari 31% di paruh pertama 2024 ke 29% di tahun ini. Sementara, pengguna paylater di e-wallet meningkat tipis dari 12% ke 14% di semester pertama 2025.
Hampir 60% orang menggunakan paylater karena pengajuannya mudah. Lalu, enam dari 10 pengguna memakainya untuk kebutuhan mendesak, selain untuk membayar utang (32%) dan memenuhi kebutuhan sehari-hari (30%). Pria lebih cenderung menggunakan paylater untuk kebutuhan sehari-hari dan modal usaha. Gen Z menunjukkan penggunaan tertinggi untuk kebutuhan hiburan dibandingkan dengan generasi lainnya.
Untuk kategori pinjol, pertumbuhan cenderung stagnan dengan 8% ke 9% dalam setahun. Sama seperti paylater, 3 dari 4 responden menggunakan pinjol karena proses aplikasinya yang cepat. Tiga kebutuhan yang paling banyak dilunasi dengan pinjol adalah kebutuhan mendesak (60%), utang (39%), dan kebutuhan sehari-hari (38%).
Head of Research Jakpat, Aska Primardi menyatakan bahwa data di paruh awal 2025 ini menunjukkan bahwa penggunaan berbagai jenis fintechplatform masih tetap sama banyaknya dengan data tahun sebelumnya. Memang ada dinamika kenaikan dan penurunan jumlah penggunanya, tetapi selisihnya sangat sedikit, sehingga bisa disimpulkan bahwa jumlah pengguna fintech tetap stabil jumlahnya dibandingkan periode sebelumnya.
โFakta menarik lainnya adalah, walaupun jumlah pengguna tidak naik, namun ada kemungkinan mereka menggunakan layanan fintech dengan frekuensi yang lebih sering atau dengan jumlah pinjaman yang lebih besar. Hal ini nampak dari kenaikan persentase user BNPL pada platform e-wallet,โ terang dia.
Tren Gagal Bayar
Aska juga menanggapi kasus gagal bayar (galbay) yang meningkat di awal tahun 2025. Menurutnya, ini adalah efek domino dari kondisi ekonomi negara. Di satu sisi, galbay telah berkembang dari sekadar masalah individu menjadi fenomena kolektif yang berdampak luas.
โDi sisi lain, data dari OJK pada paruh pertama 2025 menunjukkan adanya fenomena kenaikan kasus gagal bayar, yang bisa disebabkan karena kondisi ekonomi saat ini di mana harga kebutuhan pokok meningkat, tetapi tidak diikuti dengan kenaikan pendapatan. Fenomena ini diikuti dengan tren di media sosial tentang adanya grup segmen gagal bayar ini yang saling berbagi info tentang tips menghindari kejaran tagihan,โ tutur dia.
Bila dikaitkan dengan laporan Jakpat yang menunjukkan pertumbuhan stagnan, kemungkinan pelaku gagal bayar ini bukanlah pengguna aplikasi fintech baru.
โDengan demikian, bisa disimpulkan bahwa masalah gagal bayar bukan berasal dari pertumbuhan user baru, melainkan dari perilaku pengguna lama yang mulai kewalahan mengelola kewajiban finansial digitalnya. Solusi yang bisa dipertimbangkan adalah sosialisasi tentang pengajuan restrukturisasi utang jika tidak sanggup bayar,โ saran Aska.