duniafintech.com – Pasar Asia memang selalu menjadi surga bagi para investor, tak terkecuali dengan perkembangan teknologi seperti Blockchain. Dimana di kawasan Asia, teknologi Blockchain mendapatkan sambutan hangat dan positif baik dari pemerintah, investor, maupun masyarakatnya.
Tumbuhnya rasa kepercayaan terhadap Blockchain menjadi bukti nyata, yang mana kekuatan Blockchain dunia saat ini terpusat pada kawasan Asia seperti informasi berikut ini yang dikutip dari Cryptovest.com:
Korea Selatan Memimpin Ruang Blockchain dan Mata Uang Digital
Negara maju Asia seperti Korea Selatan menjadi negara penyumbang terbesar dalam volume perdagangan cryptocurrency secara global yakni hampir 20% sedangkan negara tetangganya Tiongkok diklaim sebagai negara terdepan dalam inovasi teknologi Blockchain.
Bukan hanya itu saja, beberapa negara Asia Tenggara juga sudah memberikan respon positif terkait pemanfaatan dan penggunaan Blockchain di negara mereka seperti Thailand, Filipina, Singapura, Malaysia, dan Indonesia.
Sementara itu, Malaysia dan Indonesia meluncurkan Pundi X dengan $35 juta hard cap yaitu jumlah dana maksimal yang ingin dicapai pada suatu project dalam tahap ICO.
Korea Selatan sebagai negara dengan volume perdagangan cryptocurrency terbesar secara global memang sudah tidak diragukan lagi. Hal ini lantaran lebih dari 30% pekerja di Korea telah berinvestasi pada mata uang digital menurut sebuah penelitian terbaru.
Jadi, jika ada pergerakan volume perdagangan di negara Korea Selatan, hal tersebut akan otomatis berimbas kepada pasar secara global. Seperti pergerakan pada mata uang virtual yang dilaporkan kehilangan 70% Altcoin (sekitar $40 juta) dan mata uang virtual Bitcoin turun menyentuh angka $6.700 pada hari Minggu (10/6/2018) dan naik kembali ke $6.901 pada pukul 03.00 pada hari Selasa (12/6/2018).
Perkembangan Blockchain di Kawasan Asia Tenggara
Perkembangan Blockchain di kawasan Asia Tenggara juga tidak kalah menarik, yang mana kabar terbaru pemerintah Singapura mendorong adopsi Blockchain melalui hibah. Salah satu startup tersebut adalah Fluffar yang diberikan kesempatan untuk mengembangkan Blockchain melalui program hibah.
“Melakukan Bisnis di negara-negara tidak hanya akan mendorong inovasi pada inovasi Blockchain saja, serta meningkatkan kemampuan kami tetapi dapat membawa dampak positif yakni keunggulan kompetitif,” Ujar Da Phakousonh, Founder Partner Fluffar.
“Kami sudah terlibat dalam Blockchain dan cryptocurrency dalam waktu yang lama dan memahami implikasi Blockchain secara luas. Namun tetap saja ada beberapa negara yang menerima dan menentang keberadaan Blockchain. Terlepas dari polemink diterima atau tidaknya Blockchain pada beberapa negara, Pada dasarnya kami mendukung bisnis yang didukung oleh teknologi Blockchain yang kami kembangkan,” Pungkas Ounie, Founder Partnet Fluffar yang lain.
Demikianlah informasi yang bisa kami berikan terkait perkembangan terbaru mengenai teknologi Blockchain, ikuti terus informasi dan berita-berita terbaru lainnya terkait Blockchain, startup fintech, dan juga mata uang virtual di sini.