33.6 C
Jakarta
Jumat, 22 November, 2024

Kinerja Stabil Likuiditas Perbankan, DPK Tumbuh 7,72%

JAKARTA – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat bahwa likuiditas perbankan masih memadai meskipun terdapat kesenjangan antara pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK). Hal ini didorong oleh proyeksi pertumbuhan kredit yang positif serta tingginya permintaan kredit korporasi dan aktivitas ekonomi yang kuat.

Berdasarkan laporan Perkembangan Pasar Keuangan dari LPS, kinerja industri perbankan tetap stabil berkat dukungan permodalan yang kuat dan likuiditas yang mencukupi.

Likuiditas Perbankan Aman, Dorongan dari Penyaluran Kredit

Fungsi intermediasi terus meningkat, tercermin dari penyaluran kredit yang tumbuh dobel digit sebesar 12,4%, sementara DPK mencatat pertumbuhan positif 7,72% pada Juli 2024. Pertumbuhan kredit ini didorong oleh kinerja korporasi dan konsumsi rumah tangga.

Likuiditas perbankan juga tetap cukup untuk mendukung penyaluran kredit dengan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) di level 85,61%. Rasio AL/NCD dan AL/DPK tetap konsisten di atas ambang batas, masing-masing sebesar 113,49% dan 25,56%. Ketahanan perbankan semakin kuat dengan permodalan yang masih tinggi di level 26,18% pada Juni 2024, yang berfungsi sebagai penyangga risiko.

“Pertumbuhan DPK diproyeksikan akan kembali normal meski dengan laju yang lebih stabil,” tulis LPS kemarin.

Dalam pengelolaan kredit, perbankan tetap berupaya menjaga kualitas pertumbuhan kredit dengan penyaluran yang selektif dan pengelolaan likuiditas internal yang optimal untuk jangka panjang. Strategi pengumpulan DPK juga dipengaruhi oleh persaingan dengan produk dan instrumen investasi non-bank yang tumbuh pesat.

Bank Mega dan Bank BNI Siap Menyongsong Semester II

Direktur Utama PT Bank Mega Tbk. (MEGA), Kostaman Thayib, menyatakan bahwa likuiditas Bank Mega masih dalam kondisi yang baik. Menurutnya, jika The Fed memutuskan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat, hal ini diharapkan dapat mendorong penurunan suku bunga acuan BI, yang pada akhirnya akan mengurangi biaya dana (cost of fund) di tengah persaingan suku bunga saat ini.

Bank Mega saat ini fokus pada peningkatan dana ritel, khususnya CASA, untuk menekan CoF, dengan upaya memperkuat jaringan cabang dan menjalankan program loyalitas seperti Program Undian Meriah Bareng Mega.

“Kami juga mengikuti aktivitas kredit sindikasi karena pembiayaan besar dapat dilakukan bersama bank-bank lain,” tambah Kostaman.

Dia memperkirakan kredit dapat tumbuh 5% hingga akhir tahun, sejalan dengan target DPK. Kostaman juga menyebut fluktuasi pertumbuhan DPK dipengaruhi oleh beragam produk di pasar, termasuk instrumen seperti SBN dan SRBI yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi dibanding deposito.

Sementara itu, Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Novita Widya Anggraini, mengungkapkan bahwa meski BNI sempat mengalami tekanan dari sisi CoF pada semester I/2024, kondisi likuiditas membaik sejak Juni atau Juli 2024, diiringi fokus pada DPK transaksi. CoF BNI tercatat mencapai 2,8% per Juni 2024, naik 79 bps dari 2% pada Juni 2023.

BNI juga telah merevisi target pertumbuhan kredit tahun ini dari 9%—11% menjadi 10%—12% setelah realisasi pertumbuhan kredit sebesar 11,7% pada semester I/2024. Novita juga optimis bahwa pertumbuhan kredit akan diikuti dengan perbaikan margin bunga bersih (NIM) pada semester II/2024.

“Kami memproyeksikan NIM pada semester II/2024 akan lebih baik dibandingkan semester sebelumnya, berkat pertumbuhan kredit yang baik dan CoF yang lebih terkendali,” ujarnya.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU