duniafintech.com – Kota Bogor yang telah melakukan upaya mewujudkan smart city, juga tampak mendukung perkembangan fintech yang kian marak diperbincangkan. Salah satu contohnya dilakukan oleh STEI Tazkia.
Sebagai lembaga pelopor pendidikan ekonomi Islam di Indonesia, STEI Tazkia tidak mau ketinggalan untuk mengkaji lebih dalam tentang perkembangan fintech di Indonesia.
STEI Tazkia telah meresmikan dan memperkenalkan pusat studi atau kajian mengenai fintech syariah pertama di Indonesia di tahun 2017 lalu. Pusat Kajian Fintech Syariah di Kota Bogor ini ditujukan untuk mengkaji secara mendalam dan menyeluruh mengenai perkembangan fintech di Indonesia, peluang yang bisa dioptimalkan, dan tantangan yang akan dihadapi.
Baca juga :Â Dua Remittance ini Rilis Pembayaran Ripple Blockchain
Bersamaan dengan peresmian Pusat Kajian Fintech Syariah di Kota Bogor ini, STEI Tazkia juga mengadakan acara seminar bertajuk Islamic Fintech Seminar Series, Arah dan Tantangan Fintech Syariah di Indonesia. Seminar tersebut menÂdatangkan para ahli dengan latar belakang berbeda yang membahas fintech syariah dari berbagai sisi dan sudut pandang yang berbeda.
Mereka di antaranya dari lembaga pemerintahan diwakili Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK Hendrikus Passagi dan Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif Indonesia Hari Santosa Sungkari. Lalu, dari pelaku sektor fintech diwakili Founder of Paytren KH Yusuf Mansur.
Dari dunia perbankan diwakili Kepala Divisi Dana dan Transaksi BNI Syariah Rima Dwi Permatasari, yang membahas peluang dan kerja sama dalam rangka meningkatkan kinerja pelayanan untuk kenyamanan para nasabah.
Selain itu, dari akademisi hadir Wakil Ketua STEI Tazkia Murniati Mukhlisin. Research Fellow of International Institute of Advanced Islamic Studies dan Dosen Pascasarjana STEI Tazkia Mahbubi Ali juga hadir membahas dari sisi pencatatatan keuangan fintech dan kesesuaian dengan nilai-nilai syariah.
Tidak hanya fintech syariah, salah satu startup fintech Julo pun telah melebarkan sayapnya di kota Hujan ini. Di kota Bogor pun cakupan fintech semakin luas. Bukan hanya jasa pembayaran dan pemberi pinjaman, bisnis startup tersebut semakin luas hingga ke ranah penyedia solusi.
Indonesia mempunyai potensi market yang luas untuk industri fintech. Di antaranya, generasi milenial usia 25–35 tahun yang jumlahnya sekitar 40 persen dari total populasi. Mereka adalah generasi technology savvy yang empuk bagi perkembangan pasar industri fintech. Mereka yang unbankable pun sangat menarik untuk ditawari pinjaman uang dari perusahaan fintech.