Salah satu instrumen investasi yang cocok untuk dijajal saat ini adalah saham atau pasar modal. Investasi ini dapat memberikan keuntungan yang menarik jika dikelola dengan pemahaman serta analisis fundamental dan teknikal yang baik. Pengertian saham adalah bukti kepemilikan nilai sebuah perusahaan atau bukti penyertaan modal. Dalam hal ini, pemilik saham memiliki hak untuk mendapat dividen sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki. Contohnya, berapa lembar saham yang dimiliki.
Namun, barangkali masih banyak yang belum tahu soal lembar saham dan mengapa saham dibagi per lembar.
Lembar Saham Adalah
Adapun pengertian lembar saham adalah satuan kepemilikan saham berdasarkan nilai modal dan porsi kepemilikan terhadap keseluruhan modal awal. Untuk memahami dengan ringkas, simak contoh berikut ini.
Contoh, seseorang dan dua rekannya hendak membuat sebuah usaha patungan dalam bentuk perseroan terbatas (PT). Adapun modal awal yang diperlukan untuk membangun PT senilai Rp5 miliar. Dari angka itu, ia menyetorkan modal awal Rp3 miliar, sementara dua rekannya menyetorkan masing-masing Rp1 miliar dan Rp1 miliar. Dapat disimpulkan, porsi kepemilikan saham perusahaan masing-masing adalah sebagai berikut:
Ia memiliki porsi 60 persen dari Rp3 miliar/Rp5 miliar. Dua rekannya masing-masing memiliki porsi 20 persen dari Rp1 miliar/Rp 5 miliar. Nilai kapitalisasi dari perusahaan itu sebesar Rp5 miliar. Terkait nominal per lembar sahamnya, hal itu bergantung pada kesepakatan seluruh pemilik modal.
Misalnya, dari kasus tadi, seluruh pemilik modal sepakat bahwa harga per lembar saham adalah Rp5.000 per lembar. Dengan demikian, jumlah lembar saham yang dimiliki masing-masing pemodal, yakni ia dengan porsi kepemilikan 60 persen memiliki, 600.000 lembar saham (Rp3 miliar/Rp 5.000) dan kedua rekannya dengan porsi kepemilikan 20 persen memiliki 200.000 lembar saham (Rp1 miliar/Rp 5.000)
Di samping perhitungan di atas, juga dapat simpulkan bahwa banyak sedikitnya lembar saham bakal memengaruhi harga saham. Banyak atau sedikitnya di pasaran ini diistilahkan dengan “outstanding shares”.
Cara Menghitung Harga Saham
Dalam menentukan keputusan investasi, perlu untuk menghitung harga wajar sebuah saham. Selama pandemi, diketahui banyak investor yang baru masuk pasar modal dan membeli saham tertentu hanya karena tren. Pasalnya, mereka ini tidak memahami analisis fundamental dan teknikal sehingga membeli ketika harga saham sudah terlampau tinggi. Hasilnya, dapat ditebak bahwa saat harga saham turun kembali, mereka justru merugi.
Prinsip dalam menentukan saham yang layak dibeli, menurut investor saham senior, Lo Kheng Hong, yakni dengan menemukan saham yang “salah harga”. Maksudnya, saham yang memiliki harga pasar di bawah nilai fundamentalnya. Dalam hal ini, harga saham tersebut terlampau murah ketimbang nilai sebenarnya.
Untuk menilai harga ideal sebuah saham, di antara cara paling umum, yakni dengan mengukur price earning ratio (PER) atau rasio harga saham terhadap laba bersih. Kian tinggi nilai PER, harga saham sebuah emiten akan semakin terlampau mahal. Di sisi lain, kian rendah nilai PER, harga saham sebuah emiten terlampau murah. Harga saham yang terlalu murah itulah yang berpeluang untuk memberikan keuntungan di masa mendatang, yakni ketika harganya bergerak ke nilai ideal. Sebaliknya, harga saham yang kemahalan memiliki kecenderungan untuk turun ke nilai fundamentalnya.
Adapun PER tersebut dihitung dengan membagi harga saham di pasaran dengan earning per share (EPS) atau laba per saham. Untuk laba per saham diperoleh dari laba bersih perusahaan dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Namun, cara tersebut tidak sepenuhnya benar sebab beberapa pengamat investasi memandang bahwa nilai PER yang tinggi justru menunjukkan harapan investor terhadap harga saham sebuah emiten yang ideal. Karena itu, kembali lagi kepada kepercayaan setiap investor.
Untuk metode lain dalam menentukan harga ideal sebuah saham, yakni dengan menghitung price to book value atau rasio saham terhadap nilai buku. Caranya, dengan membagi harga saham per lembar dengan nilai buku per lembarnya.
Cara Menghitung Laba per Lembar Saham
Earning per share alias EPS adalah sebutan untuk laba per lembar saham. EPS sendiri merupakan laba bersih perusahaan dalam satu periode per jumlah saham yang beredar di pasaran. EPS pun menjadi tolok ukur profitabilitas dari sebuah perusahaan.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
Laba per saham dasar = (Laba bersih setelah pajak – dividen) : jumlah saham yang beredar
Kendati demikian, rumus tersebut masih perlu memperhatikan beberapa parameter yang dapat mengubah rata-rata tertimbang dari saham, antara lain:
- Pembagian dividen, baik itu saham bonus maupun saham biasa.
- Adanya penerbitan rights issue atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) untuk investor lama.
- Stock splits atau pemecahan saham.
- Dilakukannya penggabungan saham.
Penulis: Kontributor
Editor: Anju Mahendra