Loss aversion adalah sebuah istilah psikologi yang dapat mempengaruhi perilaku investor dan bisa memberikan dampak negatif pada keputusan jika tidak ditangani secara tepat. Lalu, bagaimana cara menghindari loss aversion? Simak ulasan selengkapnya terkait loss aversion dalam artikel berikut ini!
Menurut Haag dan List (2005), loss aversion adalah kondisi psikologis seseorang yang cenderung lebih sensitif terhadap kerugian dibandingkan keuntungan.
Pengambilan keputusan dalam hal berinvestasi didasari pada sikap psikologi dan sikap rasional seseorang, sehingga keengganan untuk rugi akan sangat berpengaruh terhadap keputusan investor dalam berinvestasi.
Berdasarkan penelitian dari Wisudanto dan Baihaqi pada tahun 2016, menyatakan bahwa manusia cenderung lebih suka untuk menghindari masalah dibandingkan untuk memperoleh keuntungan. Sehingga, apabila mereka sudah merasa bahwa investasi yang mereka miliki sudah tidak aman lagi, maka mereka akan lebih memilih untuk menjualnya. Semakin tinggi tingkat keengganan untuk rugi investor, maka investor akan semakin berhati-hati dalam mengambil keputusan.
Contoh
Loss aversion adalah sebuah kondisi psikologi trading crypto yang dapat mempengaruhi kegiatan investasi seseorang. Berikut ini adalah beberapa contoh yang dilakukan para investor, antara lain:
- Investor cenderung akan berinvestasi pada instrumen dengan return rendah dan terjamin daripada berinvestasi pada investasi dengan pengembalian yang lebih menjanjikan dengan risiko lebih tinggi.
- Investor tidak akan menjual aset yang dimilikinya, meskipun hasil analisis rasional menunjukkan bahwa aset tersebut tidak layak untuk dipertahankan.
- Investor akan menjual aset yang harganya baru naik walaupun hanya sedikit untuk mendapatkan keuntungan, padahal hasil analisis mengisyaratkan bahwa investor bisa saja mendapatkan profit atau keuntungan yang lebih banyak jika mempertahankan aset tersebut sedikit lebih lama.
Cara Menghindari Loss Aversion
Karena istilah psikologi tersebut adalah suatu kondisi yang bisa menghalangi investor untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak. Maka berikut ini adalah cara menghindarinya, antara lain:
- Jangan Terjebak FOMO dan FUD
Dengan perkembangan media sosial yang semakin pesat sekarang ini, dengan begitu akan semakin banyak juga informasi yang didapatkan. Meskipun di satu sisi perkembangan ini merupakan hal yang baik, namun di sisi lain juga semakin banyak informasi kurang tepat yang akan diterima.
Sebelum kamu mengambil keputusan investasi atas informasi yang sudah diperoleh, maka ada baiknya untuk pastikan lebih dulu untuk mengkonfirmasi informasi tersebut dari sumber dan pakar terpercaya.
- Terapkan Mindset Bersyukur
Cara terbaik untuk menghindarinya yaitu dengan bersyukur. Ketika investor dapat bersyukur dan menerima apapun yang dimilikinya, maka investor juga bisa menghilangkan rasa takut untuk kehilangan semua itu.
- Memperbanyak Pengalaman
Pengalaman bisa didapatkan melalui praktik langsung maupun belajar dari pengalaman orang lain. Maka itu cobalah untuk bergabung dengan forum-forum investasi atau berkenalan langsung dengan investor yang telah sukses. Karena pada umumnya setiap investor yang sukses telah mengalami jatuh bangun untuk membangun portofolio yang gemilang.
- Berpikir Jangka Panjang
Ada banyak orang yang pasti akan berpikir investasi hanya untuk jangka pendek saja. Padahal dalam berinvestasi, sebaiknya investor juga harus memprioritaskan keuntungan jangka panjang mereka. Maka itu, janganlah terburu-buru dalam mengambil keputusan untuk menghindari kerugian yang akan mencegah potensi investor memperoleh keuntungan lebih besar.
Beda Loss Aversion dan Risk Aversion
Terdapat istilah psikologi lain yang bisa mempengaruhi kegiatan investor dalam berinvestasi, yaitu risk aversion. Keduanya pun sebenarnya cukup berbeda.
Investor dengan perilaku risk aversion biasanya mereka akan menghindari aset yang lebih berisiko ketika dihadapkan pada beberapa pilihan instrumen investasi dengan tingkat pengembaliannya tidak jauh berbeda.
Sementara itu, mereka dengan perilaku sebaliknya dari Risk Aversion akan merasakan tingkat kebahagiaan yang lebih kecil ketika berhasil memperoleh keuntungan dibandingkan kebahagiaan yang diperoleh ketika menghindari kerugian dalam berinvestasi.
Dalam hal ini, yakni risk aversion hanya akan mempengaruhi sikap investor ketika membeli aset, sementara perilaku loss aversion bisa mempengaruhi berbagai keputusan yang akan diambil oleh investor ketika memanajemen aset yang mereka miliki.
Hal ini cukup berbahaya dan bisa mengakibatkan performa buruk investor pada portofolio investasi. Hal ini dikarenakan terlepas dari segala bukti dan hasil analisis rasional yang menyatakan bahwa seorang investor harus menjual aset yang dimilikinya, namun investor tetap tidak akan melakukannya karena khawatir akan mengalami kerugian. Alih-alih melindungi asetnya, malah justru sebaliknya yakni investor berpotensi untuk mengalami kerugian karena keputusannya tidak diambil berdasarkan analisis rasional.