JAKARTA, duniafintech.com โ Kalangan masyarakat dan UMKM yang saat ini terjebak pinjaman online (pinjol) menjadi nasabah incaran dari bank digital yang dimiliki oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI ke depannya. Hal ini diungkap oleh Direktur Utama BNI, Royek Tumilaar, Senin (22/11/2021).
โKami memiliki visi agar bank digital ini juga bisa fokus untuk UMKM, terutama yang tradisional UMKM, yang saat ini banyak mungkin terjebak dengan pinjol, pinjaman-pinjaman online yang seperti itu,โ ucapnya pada acara Economic Outlook 2022 dengan tema โArah Pergerakan Suku Bunga 2022โ, seperti dilangsir dari CNN Indonesia.
Meski begitu, ia sendiri belum membeberkan proyeksi terkait berapa banyak jumlah nasabah yang dapat digaet oleh pihaknya dari kalangan tersebut. Demikian halnya dengan pasar pinjol yang dimaksud, apakah pinjol legal atau ilegal.
โTapi ini akan kami coba bantu sehingga membantu UMKM yang punya potensi untuk tumbuh ke depan karena engine (mesin) pertumbuhan masih dari segmen UMKM,โ terangnya.
Bank digital BNI ke depannya, kata dia lagi, bisa menggarap segmen nasabah ini sebab diharapkan layanan pembayaran dan fasilitas kredit yang diberikan dapat lebih murah ketimbang bank konvensional. Adapun harapan itu mencuat sebab bank digital memakai teknologi yang dapat memungkinkan hadirnya efisiensi.
โKami ingin memiliki bank digital yang teknologi tinggi sehingga cost bisa relatif rendah, suku bunga juga relatif bisa kami tekan. Ini akan menjangkau banyak target market yang belum kami tap selama ini,โ urainya.
Ia pun berharap agar penambahan nasabah lewat bank digital BNI ini nantinya dapat membuat tingkat inklusi keuangan di tanah air bisa naik serta dapat menumbuhkan perekonomian nasional.
โJadi, bisa bawa masyarakat lebih banyak ke layanan bank, yang kalau dari sisi konvensional banking mungkin ini tidak mudah,โ tuturnya.
BNI sendiri sejauh ini masih memproses pembentukan bank digital mereka. Bank tersebut bakal dibentuk dari hasil akuisisi bank kecil. Menurut informasi yang santer terdengar, bank yang juga masuk dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) ini bakal mengakuisisi Bank Mayora. Akan tetapi, bank pelat merah ini masih belum angkat bicara terkait isu itu.
Di sisi lain, menurut Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara, transformasi bisnis bank menjadi bank digital dapat mengefisienkan bisnis perusahaan, utamanya dalam rangka menekan biaya operasional, dari yang sebelumnya harus โturun ke lapanganโ menjadi serba mudah dan cepat dengan digitalisasi.
“Dengan bank digital ini bisa menurunkan biaya operasional hingga menutup kantor cabang yang sudah tidak efisien,” tutur Bhima.
Namun, dalam pandangannya, yang terjadi malah sebaliknya sebab sekarang ini sejumlah bank digital justru fokus pada peningkatan jumlah nasabah saja, bukan malah pada penurunan biaya operasional. Padahal, kata dia lagi, digitalisasi mestinya betul-betul bertujuan untuk efisiensi, bukan menambah nasabah bank semata.
โDi Indonesia, beberapa bank digital menawarkan simpanan dengan bunga yang tinggi. Jadi, ini agak kontradiksi dengan upaya efisiensi perbankan dan perlu diingatkan oleh OJK bahwa digitalisasi untuk efisiensi bukan untuk menggaet nasabah agar simpanan lebih besar dan justru jadi tidak efisien,โ jelasnya.
Penulis: Kontributor
Editor: Anju Mahendra