27.1 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

Mengenal Martua Sitorus, Sang “Raja Minyak Goreng Indonesia” dengan Kekayaan Rp41 T

JAKARTA, duniafintech.com – Dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi Majalah Forbes, kembali tertera nama pendiri Grup Wilmar, Martua Sitorus. Menurut Forbes, Martua mengantongi kekayaan bersih US$2,85 miliar atau sekitar Rp40,75 triliun (asumsi kurs Rp14.300 per US$).

Atas kekayaan bersih itu, Martua Sitorus pun berhak menyandang gelar orang terkaya ke-14 di Indonesia. Nama sang “Raja Minyak Goreng Indonesia” ini berada tepat di belakang konglomerat pendiri Grup Emtek, Eddy Kusnadi Sariaatmadja, yang punya kekayaan bersih mencapai US$2,9 miliar.

Di samping itu, pundi-pundi harta milik Martua pun diketahui lebih tinggi ketimbang konglomerat pendiri Grup Triputra, Theodore Rachmat, dengan kekayaan bersih US$2,84 miliar. Ia juga mengungguli pendiri Grup Mayapada, Tahir, yang punya kekayaan mencapai US$2,8 miliar.

Lantas, seperti apa profil Martua Sitorus? Berikut ulasannya seperti dirangkum dari berbagai sumber.

Profil Martua Sitorus

Pria dengan nama asli Thio Seeng Haap ini lahir pada 6 Februari 1960 dan menamatkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Budi Mulia Pematangsiantar. Lantas, ia pun kuliah di Universitas HKBP Nommensen, Medan, Sumatera Utara.

Martua dikenal sebagai pendiri dari Wilmar International yang bergerak di bisnis perkebunan dan pengolah minyak sawit mentah (CPO) dan produsen gula. Wilmar International, perusahaan yang didirikan Martua sejak tahun 1991, merupakan grup perusahaan agribisnis Singapura yang masuk dalam perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek di “Negeri Singa”—julukan Singapura.

Adapun aktivitas Wilmar mencakup berbagai bidang, yakni perkebunan kelapa sawit, penyulingan minyak masakan, penggilingan biji minyak, pemrosesan dan pengepakan minyak masakan konsumsi, lemak, oleokimia, biodiesel, serta pemrosesan dan pengepakan gandum.

Hingga saat ini, Wilmar punya lebih dari 450 pabrik dan jaringan distribusi di seluruh China, India, Indonesia, dan 50 negara lainnya. Diketahui, grup perusahaan ini juga punya kurang lebih 92.000 karyawan dari berbagai negara.

Menurut laporan keuangan yang dipublikasikan Wilmar International, hingga akhir tahun 2020 silam, perseroan ini berhasil membukukan pendapatan sebesar US$50,52 miliar dengan laba bersih sebesar US$1,53 miliar. Sementara itu, total asetnya hingga tahun 2020 lalu mencapai US$51,02 miliar.

Awal karier

Martua tidak meraih kesuksesannya ini secara instan. Adapun sejak belia, ia telah mulai membantu perekonomian keluarganya. Hal itu dilakukan Martua dengan berjualan udang dan menjadi loper koran.

Rangkaian pekerjaan kasar itu dilakukannya dengan tujuan utama agar dapat bersekolah hingga tingkat tinggi. Ketika lulus kuliah, Martua lantas memulai kariernya sebagai pedagang kecil.

Nasibnya sendiri mulai berubah ketika dirinya bertemu dan bergabung dengan Kuok Khoon Hong alias William. Dari situ, mereka pun memulai usaha dengan olahan sawit dan perkebunan kelapa sawit. Keduanya kemudian membangun perusahaan kelapa sawit dengan nama yang diambil dari “William” dan “Martua”, yang kemudian menjadi “Wilmar International”.

Perusahaan ini dibangun pada tahun 1991 dengan modal 7.100 hektare kebun sawit di Sumatera Utara. Berkat keterampilan dan pengelolaan yang baik, dari yang tadinya hanya fokus berbisnis hasil perkebunan kelapa sawit, tetapi seiring berjalannya waktu, Martua pun berhasil membangun pabrik sendiri untuk memproduksi minyak kelapa sawit.

Pada tahun 1997, kala Indonesia harus berhadapan dengan krisis moneter, bisnis Martua sama sekali tidak terpengaruh. Bahkan, Martua malah memberikan sebanyak 2,5 persen tunjangan krisis kepada karyawan ketika perusahaan lain justru memotong gaji para karyawannya.

Lantas, setahun berselang, nama Wilmar pun semakin terkenal di bisnis Indonesia hingga sukses menanamkan modal di Singapura, yang meliputi 48 perusahaan berbeda, di antaranya PT Multimas Nabati Asahan, yang memproduksi minyak goreng dengan merek Sania.

Kini, setelah resmi turun dari direksi Wilmar, Martua masih mengembangkan kerajaan bisnisnya dengan fokus menggarap usaha properti melalui perusahaan Gama Corporation yang dibangun sejak 2011 bersama saudaranya.

Gama Corp pun sanggup mengejutkan banyak pihak lantaran mampu membangun Gama Tower dengan 64 lantai. Bangunan itu menjadi bangunan tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 288,6 meter.

 

 

 

Penulis: Kontributor/Boy Riza Utama

Admin: Panji A Syuhada

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU