JAKARTA, duniafintech.com – Otoritas Jasa Keuangan atau OJK rutin melakukan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK). Survei ini dilakukan tiap tiga tahun sekali. Survei dimaksudkan untuk mengukur tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat.
Pada 2019, SNLIK mengeluarkan hasil survei di mana tingkat inklusi keuangan masyarakat berada di level 76,19% dan tingkat literasi keuangan berada di level 38,03%.ย
Hasil ini lebih tinggi dari SNLIK 2016 yang sebesar 29,7% untuk indeks literasi keuangan dan 67,8% untuk indeks inklusi keuangan.
Baca juga: Literasi Keuangan Jeblok, Ketua Banggar DPR: Padahal Anggarannya Ada di OJK
Adapun, pada tahun 2022 ini OJK juga akan mengeluarkan hasil survei SNLIK yang terbaru. Pada tahun ini, indeks literasi dan inklusi keuangan masyarakat pun ditargetkan meningkat dibandingkan survei sebelumnya.
Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kristrianti Puji Rahayu mengatakan, pada tahun ini OJK menargetkan indeks inklusi keuangan masyarakat dapat mencapai 84% dengan indeks literasi sebesar 44%.
“Dalam survei terbaru ini kota targetkan literasi keuangan sebesar 44% dan inklusi keuangan 84%,” katanya kepada Duniafintech.com dikutip, Kamis (28/4).
Baca juga: OJK Ingatkan Panduan Berinvestasi: Harus Logis dan Legalย
Dia pun menjelaskan, berbagai upaya terus dilakukan oleh OJK dan regulator, serta institusi lainnya untuk terus menggenjot tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat. Terlebih di saat maraknya kasus investasi bodong seperti saat ini.
Namun demikian, Kristrianti mengatakan terdapat berbagai kendala yang dihadapi oleh regulator dalam upaya menggerek tingkat literasi keuangan masyarakat agar dapat tumbuh beriringan dengan penetrasi digital.
“Upaya meningkatkan literasi keuangan di Indonesia memiliki beberapa tantangan yang bisa dibilang unik dibanding negara-negara lain,” ujarnya.
Pertama adalah terkait dengan geografis. Indonesia dikenal dengan negara kepulauan, dan bahkan beberapa wilayah sulit dijangkau karena terkendala akses. Hal ini menjadi penyebab dari edukasi ke masyarakat tidak merata.
Baca juga: Awas Penipuan! Ini Daftar 105 Pinjaman Online Ilegal yang Baru Saja Diblokir OJK
Kedua, kendala demografi. Selain wilayah geografis yang berpulau-pulau, Indonesia juga dihuni oleh berbagai suku, budaya, dan bahasa, sehingga upaya edukasi kepada masyarakat membutuhkan pendekatan yang berbeda-beda di setiap daerah.
Ketiga, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat besar, dengan total penduduk mencapai 270 juta jiwa dan merupakan populasi keempat terbesar di dunia. Keempat, lebih dari 50% populasi adalah generasi milenial yang baru melek terhadap teknologi keuangan.
“Seiring dengan tantangan tersebut diperlukan bauran strategi yang mampu memitigasi kondisi tersebut,” ujarnya.
Penulis: Nanda Aria
Admin: Panji A Syuhada