26.9 C
Jakarta
Jumat, 26 April, 2024

Memahami Perbedaan P2P Lending Produktif dan Konsumtif

Mengenal perbedaan P2P lending produktif dan konsumtif menjadi penting sebelum memutuskan untuk terjun sebagai lender ataupun borrowers di dunia financial technology (fintech).

Peer to Peer (P2P) Lending sendiri adalah salah satu pilihan layanan online melalui financial technology (fintech) dalam hal pengajuan pinjaman, terutama di era digital yang berkembang sangat pesat ini. 

Pada dasarnya, P2P Lending adalah layanan jasa keuangan yang mempertemukan pemberi pinjaman (lender) dengan penerima pinjaman (borrower) melalui sistem elektronik secara online.

Ada dua pendekatan menuju konsep P2P Lending, yaitu sebagai peminjam atau sebagai pendana. Layanan P2P Lending sendiri berbasis teknologi informasi sehingga peminjam dan pemberi pinjaman melakukan segala proses transaksinya berbasis teknologi informasi.

Adapun skema pendanaan gotong royong seperti P2P Lending ini memungkinkan para peminjam yang pengajuan pinjamannya ditolak oleh bank atau institusi formal lainnya untuk mendapatkan modal alternatif dari lender yang sudah  terdaftar.

Dalam P2P Lending, investor bakal memperoleh bunga, sedangkan peminjam akan dibebankan bunga. Namun , P2P Lending yang legal akan menerapkan bunga berdasarkan aturan dari regulator sehingga tidak membebankan borrowers.

Perbedaan P2P Lending Produktif dan Konsumtif

Jenis layanan P2P Lending dalam perkembangannya terbagi lagi menjadi dua, yaitu P2P Lending Produktif dan P2P Lending Konsumtif. Masing-masing punya manfaat untuk memenuhi kebutuhan dana bagi masyarakat dan keduanya pun punya beberapa perbedaan seperti diuraikan di bawah ini.

  1. Tujuan Penggunaan Pinjaman

Perbedaan P2P lending produktif dan konsumtif yang paling mendasar dapat ditinjau dari dari tujuan penggunaan pinjamannya. Sebagaimana jenisnya, produktif digunakan untuk pengembangan usaha, khususnya bagi bisnis yang baru dijalankan.

Adapun lender atau pemberi dana dapat membantu pengembangan UMKM di Indonesia melalui bantuan modal sehingga hasil yang diperoleh jauh lebih pasti sebab memberikan keuntungan secara nyata lantaran sifatnya produktif.

Di sisi lain, jenis konsumtif sudah pasti digunakan untuk kebutuhan peminjam dana, tetapi bukan dipakai pengembangan usaha. Hal itulah yang membuat banyak perbedaan perlakuan antara P2P lending produktif dan konsumtif.

Penggunaan pinjaman konsumtif, misalnya untuk tambahan membeli handphone, sepatu, jam tangan, dan lainnya. Tujuan seperti ini memang diperbolehkan sebab memang disediakan untuk berbagai kebutuhan yang bersifat konsumtif.

  1. Sistem dan Tingkat Bunga

Ditilik dari sistem dan tingkat bunga yang berlaku, jelas keduanya memiliki perbedaan. Dalam hal ini, penting bagi calon lender maupun borrowers untuk memperhatikan tingkat bunga dalam menilai keuntungan ataupun risikonya.

Adapun Peer-to-Peer lending konsumtif menawarkan suku bunga harian sebab sebagai pinjaman jangka pendek, dengan bunga yang ditawarkan sekitar 0,8% per harinya dan tidak boleh melebihi ketentuan mencapai 100% per tahunnya.

Di sisi lain, peer-to-peer lending produktif tidak menerapkan sistem bunga harian, tetapi memakai sistem bulanan, dengan bunga yang ditawarkan lebih rendah, yakni antara 5%—31% per tahunnya sehingga dapat terjangkau.

Sejatinya, tingkat bunga P2P lending produktif dan konsumtif berbeda karena tujuannya. Apabila tujuannya untuk pengembangan usaha, akan diberikan bunga ringan dengan sistem lebih mudah.

Dengan demikian, UMKM tidak merasa berat untuk memperoleh modal dan melakukan pengembalian dananya. Sementara itu, apabila sifatnya hanya untuk memenuhi kebutuhan, bunganya akan jauh lebih tinggi.

  1. Tenor atau Jangka Waktu Pinjaman

Perbedaan lainnya juga sangat terlihat dari jangka waktu pinjamannya. Pasalnya, Peer-to-peer lending konsumtif termasuk ke pinjaman jangka pendek atau payday loan sehingga waktu pengembalian lebih cepat.

Pinjaman ini biasanya hanya diberikan waktu pelunasan hanya antara 7 hari sampai dengan 30 hari. Kalau tidak mampu membayar atau gagal bayar sesuai jatuh tempo, akan dikenakan biaya keterlambatan.

Sementara itu, pada jenis produktif, tenornya lebih panjang sebab bisa termasuk pinjaman jangka pendek dan jangka panjang. Waktu pengembalian pinjaman bisa mulai dari 1 bulan— 12 bulan, bahkan lebih, sesuai kesepakatan.

Juga ada perlakukan khusus jika pinjaman untuk usaha, yakni borrowers diberikan pilihan untuk membayar bunga plus pokok setiap bulan atau memilih sekalian di akhir tenor. Soal tenor produktif, perlakuannya lebih fleksibel sebab bisa disepakati perjanjian antara kedua belah pihak di awal sehingga UMKM dapat lebih leluasa mengatur pinjaman sesuai dengan kemampuan bayarnya.

  1. Cara Penilaian Risiko

Cara penilaian risiko antara P2P lending produktif dan konsumtif pun sangat berbeda karena tujuan awalnya. Jenis produktif biasanya akan diberlakukan peraturan lebih ketat, mengingat jumlah pinjamannya pun lebih besar.

Untuk menekan angka gagal bayar dan meminimalkan risiko kerugian lender sebagai pemberi dana maka ketika pencairan pinjaman, dipertimbangkan kondisi finansial dari peminjam itu sendiri.

Ada juga analisis kredit yang lebih rinci untuk mengetahui risiko secara keseluruhan dari peminjam. Sejumlah informasi dikumpulkan dan tidak sekadar memenuhi syarat dari perusahaan fintech tersebut.

Di dashboard biasanya disediakan informasi proses pendanaan yang sedang berjalan, baik untuk lender maupun borrowers.

Di sisi lain, pada jenis konsumtif, tidak ada pertimbangan kondisi dari peminjam dana tersebut. Pasalnya, peminjam dana cukup mengajukan pinjaman, memenuhi semua syarat terutama KTP, lalu dana akan dicairkan.

Perbedaan P2P lending produktif dan konsumtif seperti ini membuat risiko gagal bayar di antara keduanya juga sangat berbeda.

  1. Keuntungan yang Ditawarkan

Keuntungan yang ditawarkan oleh masing-masing jenis P2P Lending ini juga sangat berbeda, baik untuk lender maupun borrowers. Bagi lender, kalau memilih untuk pengembangan usaha maka jelas modal mereka digunakan untuk apa. Demikian halnya dengan peluang pengembalian yang jauh lebih besar dan risiko pun lebih kecil sebab adanya sistem ketat. 

Keuntungan yang diperoleh bisa pasti per bulannya sehingga tidak perlu khawatir dana hilang. Sementara itu, perbedaan keuntungan P2P lending produktif dan konsumtif untuk lender bunga harian besar sehingga untungnya banyak.

Jangka waktu pengembaliannya pun cepat sehingga dana dapat segera digunakan untuk kebutuhan lainnya. Sementara itu, bagi borrowers, kalau dana dipakai untuk usaha, akan memperoleh bunga dan sistem lebih mudah. Di sisi lain, jika untuk memenuhi kebutuhan, akan memperoleh dana cepat dan proses sangat mudah.

  1. Kekurangan yang Perlu Diketahui

Adapun peer-to-peer konsumtif punya kekurangan bagi lender, yakni melewatkan kesempatan untuk membantu UMKM. Di samping itu, risiko gagal bayarnya pun lebih tinggi sebab proses penilaian kemampuan bayar tidak terlalu ketat.

Sementara itu, kekurangan peer-to-peer produktif ada pada likuiditas berjalan yang lebih lambat sebab harus menunggu peluang. Adakalanya juga dana yang dibutuhkan cukup besar, tetapi Anda tidak dapat memenuhi semua sehingga harus menunggu yang lainnya.

 

Penulis: Kontributor

Editor: Anju Mahendra

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE