32.3 C
Jakarta
Minggu, 26 Mei, 2024

Platform Pembayaran Raup Pendanaan Paling Tinggi di 2021, Capai US$1,9 Miliar

UOB Bank, PwC Singapore, dan Singapore FinTech Association (SFA) meluncurkan laporan bertajuk “Fintech in ASEAN 2021”. Laporan tersebut membahas tentang jumlah pendanaan industri fintech di ASEAN.

Dalam laporan tersebut digambarkan bahwa perusahaan pembayaran atau payment menjadi sektor yang paling tinggi meraup pendanaan di sepanjang 2021, jauh lebih tinggi dibandingkan 2020.

Tercatat, platform pembayaran memperoleh pendanaan sebesar US$1,9 miliar dan terus menjadi mayoritas perusahaan fintech di sebagian besar negara, kecuali Singapura (cryptocurrency) dan Thailand (alternative lending).

FinTech Leader, PwC Singapura, Wanyi Wong menyatakan perusahaan yang telah merangkul fintech tengah mengocok ulang pasar. Karena pembayaran digital kini sudah menjadi norma, dan bidang-bidang seperti teknologi kekayaan dan aset kripto dengan cepat menjadi populer.

“Temuan dari penelitian kami menunjukkan bahwa konsumen di ASEAN telah merangkul berbagai solusi fintech bersama dengan pengalaman digital, dan mereka siap menghadapi masa depan dengan dunia digitalnya,” katanya dalam keterangannya, Senin (15/11).

Menurutnya, pendanaan ke perusahaan-perusahaan ini akan mempercepat penggunaan e-wallet, kartu debit dan kredit dan aplikasi mobile banking yang sudah menjadi metode pembayaran paling populer di kalangan konsumen ASEAN setelah uang tunai.

Teknologi Investasi Raih Pendanaan Terbesar Kedua

Teknologi investasi atau platform penyedia investasi dan aset kripto menjadi berada pada urutan kedua dan ketiga sebagai pemenang dalam pertumbuhan investasi finansial teknologi (fintech) paling tinggi sepanjang 2021.

Presiden SFA Mr Shadab Taiyabi mengungkapkan, dana yang disuntikkan untuk perusahaan teknologi investasi dan cryptocurrency di ASEAN mengalami pertumbuhan yang paling signifikan tahun ini. 

Hal ini, sambungnya, menjadi pertama kalinya dalam enam tahun terakhir pinjaman online keluar dari tiga tempat teratas dalam hal pendanaan seiring dengan meningkatnya minat dalam investasi digital dan mata uang digital di kalangan nasabah.  

“Dibandingkan dengan tahun 2020, tahun ini pendanaan untuk perusahaan teknologi investasi tumbuh enam kali lipat menjadi US$457 juta,” ujarnya.

Menurutnya, hal itu sejalan dengan meningkatnya minat konsumen terhadap penggunaan alat perdagangan digital dan manajemen kekayaan atau wealth management. 

Menurut sebuah survei yang dilakukan UOB, PwC dan SFA, enam dari 10 konsumen ASEAN telah menggunakan alat digital seperti robo-advisors dan platform broker online untuk kebutuhan investasi mereka. 

Kripto Sabet Pendanaan Terbesar Ketiga

Adapun, pendanaan untuk perusahaan cryptocurrency berada di urutan ketiga dengan total US$356 juta. Dengan begitu, perusahaan-perusahaan tersebut menarik lima kali lipat dari pendanaan yang diterima pada tahun 2020. 

Peningkatan ini, jelas Shadab terjadi karena sembilan dari 10 konsumen ASEAN telah memulai atau berencana untuk menggunakan cryptocurrency dan mata uang digital bank sentral.

“Pangsa perusahaan cryptocurrency di kawasan ini diperkirakan akan tumbuh seiring para pemain yang memanfaatkan meningkatnya minat konsumen,” ujarnya.

ASEAN Alami Pertumbuhan Pendanaan Tertinggi di 2021

Adapun, berdasarkan laporan yang sama terlihat bahwa aliran uang yang masuk ke sektor teknologi keuangan (fintech) di ASEAN mengalami kenaikan signifikan di 2021. Hingga September 2021, pendanaan di sektor ini telah mencapai US$3,5 miliar atau setara dengan Rp49,6 triliun (kurs Rp14.189 per US$).

Menurut laporan itu, rebound dalam pendanaan fintech didorong oleh 167 kesepakatan termasuk 13 putaran besar, yang menyumbang US$2 miliar dari total pendanaan.  

Head of Group Channels and Digitalisation, UOB, Janet Young mengatakan,  sebagian besar investor menunjukkan minat yang kuat terhadap perusahaan fintech tahap akhir dan berkomitmen mendukung 10 dari 13 mega rounds atau putaran besar tahun ini. 

Tren ini menandakan adanya pergeseran strategi investor di beberapa negara di ASEAN karena mereka mengambil pendekatan yang lebih berhati-hati dan menghindari risiko dalam mendukung perusahaan yang sudah mapan dan dipandang memiliki peluang lebih besar untuk bangkit dan menjadi lebih kuat usai pandemi. 

 

Penulis: Nanda Aria

Editor: Anju Mahendra

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU