JAKARTA, 4 Desember 2024 – Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali memicu perang dagang dengan menerapkan tarif impor tinggi pada sejumlah negara mitra dagang. Kebijakan ini mencakup pajak 10-25 persen untuk barang impor dari China, Meksiko, dan Kanada, yang direncanakan mulai berlaku tahun depan.
Di platform media sosialnya, Trump menegaskan langkah ini akan diberlakukan pada hari pertama masa jabatannya. Ia menyebut tarif 10 persen untuk barang impor dari China, sementara Meksiko dan Kanada akan dikenakan pajak 25 persen.
โKebijakan ini juga bertujuan menekan arus imigran ilegal dan menghalau narkotika seperti Fentanyl masuk ke AS,โ tulis Trump di laman Truth Social.
Dampak Global dan Antisipasi Indonesia
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P. Sasmita, menyatakan kebijakan Trump bukan hal baru. Karena itu, Indonesia diharapkan mengambil langkah antisipasi lebih matang dibanding sebelumnya.
Ronny mengingatkan, ada empat potensi dampak negatif bagi Indonesia:
-
Arus Modal Keluar (Capital Outflow)
Ketidakpastian global akibat perang dagang berpotensi mendorong investor meninggalkan pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, menuju ekonomi yang lebih stabil seperti AS.
-
Balasan dari Negara Lain
Jika China membalas kebijakan Trump, ekspor Indonesia ke Beijing dapat terganggu. Sebagai mitra dagang utama Indonesia, respons China berpotensi memengaruhi ekspor nasional secara signifikan.
-
Banjir Produk China
Dengan tarif tinggi di AS, produk China kemungkinan besar akan dialihkan ke pasar lain, termasuk Indonesia. Hal ini dapat melemahkan industri manufaktur domestik dan berdampak buruk pada kelas menengah.
-
Potensi Dicabutnya Preferensi Tarif
Trump juga dapat menghentikan fasilitas tarif rendah seperti Generalized System of Preferences (GSP) untuk Indonesia, yang membuat produk Indonesia lebih kompetitif di pasar AS.
Pelajaran dari Perang Dagang Sebelumnya
Teuku Riefky, ekonom dari LPEM FEB UI, mencatat bahwa dampak perang dagang jilid pertama terhadap Indonesia cenderung negatif. Relokasi investasi dan perdagangan dari AS atau China ke Indonesia sangat minim, dengan sebagian besar mengalir ke negara seperti Vietnam dan Meksiko.
Menurut Riefky, sektor tekstil menjadi salah satu yang paling rentan terdampak. Ia menekankan perlunya pemerintah meningkatkan iklim investasi dan standar produk lokal agar dapat bersaing di pasar global.
โIndonesia harus membuka diri terhadap perdagangan dan investasi agar bisa mendapatkan manfaat dari perang dagang AS-China,โ ujarnya.
Dengan situasi ini, pemerintah perlu segera memperkuat ekonomi domestik dan mengadopsi strategi untuk memitigasi dampak dari kebijakan proteksionis Trump.