31.2 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

Portofolio Investasi Merah karena Corona, Harus Gimana?

Bagi para investor saham, dalam kondisi pandemi Corona ini, portofolio investasi merah menjadi hal yang menakutkan dan sangat dihindari. Pasalnya, selama pandemi ini, banyak investor saham yang mempertimbangkan cut loss demi menyelamatkan portofolio investasi saham mereka yang tengah dilanda kebakaran. 

Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan akibat insiden panic selling. Hal ini karena para investor melakukan penjualan saham secara massif hingga membuat saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) anjlok.

Menurut para investor ini, untuk sekarang ini uang tunai adalah segalanya. Daripada menyaksikan modal investasi yang makin lama makin tergerus, mereka pikir akan lebih baik diselamatkan sejak dini. 

4 Hal yang Harus Diketahui saat Portofolio Investasi Merah 

  1. Saham yang Membuat Kebakaran

Pertanyaan mendasar dalam hal ini adalah “Penyebab investasi portofolio saat ini kebakaran berasal dari saham apa: saham industri perbankan, komoditas, manufaktur, consumer goods, atau saham lainnya?”

Terkait hal itu, Anda perlu melakukan peninjauan ulang terhadap emiten saham yang Anda pegang secara fundamental. Dalam hal ini, cobalah untuk mengingat baik-baik apa alasan Anda membeli saham ini sebelum peristiwa itu terjadi. 

Saat saham yang Anda pegang adalah gorengan, apa yang dapat Anda harapkan dari saham ini? Maka dari itu, tidak perlu kaget dan khawatir jika pada akhirnya harga saham itu turun demikian jauh dan membuat portofolio investasi Anda kebakaran.

Pasalnya, yang perlu Anda lakukan adalah membuang saham itu karena sudah tidak akan ada lagi harapan saham tersebut akan bergerak, kecuali memang sedang digoreng oleh bandar. 

Akan tetapi, jika seandainya saham itu merupakan saham-saham dari perusahaan yang baik dan sehat dari segi fundamental, itu berarti “harganya memang sedang didiskon”. Dalam hal ini, cobalah untuk berpikir matang-matang apabila terbersit keinginan melakukan cut loss”: apakah Anda memang butuh aliran dana segar dalam waktu dekat ini hingga harus cut loss terlebih dahulu atau tidak sama sekali.

  1. Jangan Cut Loss, Lakukan Average Down

Sebagaimana diterangkan pada poin di atas, sewaktu saham ini merupakan saham dari perusahaan dengan fundamental baik dan harganya tengah terdiskon tinggi, akan menjadi sebuah kesalahan besar apabila Anda akhirnya melakukan cut loss. Hal ini pun menjadi sesuatu yang wajib Anda ketahui apabila portofolio investasi merah sedang menimpa Anda.

Ibarat kata, Anda sedang membuang barang bagus yang sangat berguna untuk masa depan.   Karena itu, selagi sedang murah murah, lakukanlah average down. Setiap bulan, Anda rutin sisihkan uang untuk investasi dan uang itu bisa dimanfaatkan untuk mengatasinya. 

Adapun nilai rata-rata pembelian saham (average) sebelumnya akan ikut turun, mengikuti harga saham di pasaran saat ini sehingga pada saat situasi kembali normal, keuntungan Anda dapat bertambah lebih banyak.

Meski demikian, jangan sembarangan dalam melakukan averaging down. Hal itu karena jika  semakin besar Anda menggunakan dana saat melakukan hal tersebut maka akan semakin signifikan pula penurunan nilai rata-rata pembelian saham Anda. 

Akan tetapi, apa jadinya kalau pekan depan atau bahkan dua atau tiga bulan ke depan harganya akan terus turun? Terkait hal itu, boleh jadi modal Anda telah habis karena Anda menggunakan terlalu banyak uang untuk average down.

  1. Ketika Cut Loss, Cari Cuan yang Lebih Tinggi dari Kerugian

Pada saat cut loss menjadi pilihan yang Anda pilih maka sudah jelas Anda akan kehilangan uang. Ketika itu, kekayaan bersih Anda pun secara otomatis akan berkurang.

Adapun cara untuk mengatasi hal itu apabla Anda tidak mau uang Anda atau tidak mau kekayaan bersih Anda juga ikut menyusut adalah dengan jalan berinvestasi kembali dan menghasilkan keuntungan yang jauh lebih besar dari kerugian sebelumnya itu.

Sebagai contoh, Anda akan melakukan cut loss sewaktu kerugian Anda berada di angka 10 persen. Terkait hal ini, langkah bijak yang Anda pilih adalah Anda harus kembali berinvestasi sampai memperoleh untung 20 persen.

Hal itu dilakukan sebab cut loss 10 persen itu bukan hanya rugi 10 persen, melainkan juga ada biaya transaksi juga dari sekuritas atas penjualan saham yang Anda lakukan, yang besarannya nol koma sekian persen. Meskipun terdengar sepele, tetap saja itu merupakan biaya yang akhirnya menggerus modal investasi Anda. 

Karena itu, anggaplah Anda sukses mengembalikan 11 persen dengan berinvestasi di tempat lain maka itu baru dikatakan “impas”, belum untung. Jika Anda ingin untung, tentu saja: silahan tunggu hingga 20 persen. 

  1. Ubah Tujuan Investasi

Hal yang penting diketahui berikutnya adalah Anda harus bersabarl saat melihat portofolio investasi Anda yang selalu membuat waswas. Bagi para investor yang masih lajang, utamanya, tidak masalah untuk mengubah tujuan investasi Anda untuk sementara waktu.

Dalam hal ini, fokuskan saja saham ini sebagai investasi jangka panjang, misalnya untuk kebutuhan dana pensiun. Lantas, batalkan saja tujuan awal Anda yang ingin melakukan profit taking dalam jangka waktu pendek dengan menjual saham tersebut.

Dengan mengubah sikap tersebu, Anda tentunya akan menjadi lebih fleksibel dan lebih tenang dalam menyikapi kondisi pasar yang terlihat kejam saat ini.

Demikianlah empat hal yang dapat Anda pertimbangkan saat melihat portofolio investasi merah dan tidak kunjung menghijau. Cut loss sendiri pada dasarnya memang umum dilakukan oleh para investor untuk menyelamatkan aset lancar mereka. Namun, jangan pernah terburu-buru untuk melakukan hal tersebut. Pasalnya, selagi masih ada cara lain untuk menyelamatkan portofolio ini maka hindarilah untuk melakukan cut loss.

 

Penulis: Kontributor

Editor: Anju Mahendra

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU