26.9 C
Jakarta
Sabtu, 27 April, 2024

Kenali Risiko Investasi Kalau Tidak Ingin Rugi

Risiko investasi pasti ada dalam setiap instrumen investasi maupun hal lainnya, tetapi semua itu bisa dihindari dengan beberapa metode atau cara. Berikut akan dijabarkan lebih jauh tentang dampak apa saja yang terdapat dalam setiap instrumen investasi.

Apa itu Risiko Investasi?

Risiko investasi adalah tingkat potensi kerugian yang muncul karena adanya perolehan hasil dalam investasi dan tidak sesuai harapan. Perlu disadari dari seorang investor adalah selain menjanjikan profit (keuntungan) investasi juga menyimpan kemungkinan risiko atau kerugian.

Risiko dalam artiannya sebagai kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Dalam instrumen investasi pasti memiliki risiko, termasuk juga ketika para investor memilih bunga deposito sebagai investasi. Walaupun para investor lainnya mengetahui bahwa ada istilah dalam investasi, yaitu istilah high risk high return atau semakin tinggi risiko, maka semakin tinggi juga pendapatan dari keuntungan tersebut.

Namun, perlu dipahami sebelumnya adalah adanya risiko dalam berinvestasi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu perlu diketahui terlebih dahulu mengenai risiko dalam berinvestasi.

Risiko Investasi yang Perlu Diketahui

Berikut ini adalah risiko investasi dan contohnya untuk meminimalisir kerugian dalam melakukan investasi.

  1. Risiko Inflasi

Risiko inflasi atau bisa disebut sebagai risiko daya beli. Risiko inflasi adalah peluang bahwa arus kas dari investasi tidak akan bernilai sebanyak nilai yang terjadi di masa depan karena adanya perubahan inflasi. Risiko ini memiliki potensi merugikan daya beli masyarakat terhadap instrumen investasi dikarenakan adanya kenaikan rata-rata dari harga konsumsi.

Risiko inflasi merupakan risiko yang diambil oleh para investor pada saat memegang uang tunai atau bisa disebut sebagai berinvestasi dalam aset yang tidak terkait inflasi. Risikonya adalah ketika nilai tunai berkurang oleh inflasi, sebagai contohnya ketika seorang investor memegang 40% dari sebuah portofolio tunai sebesar Rp10 juta dan inflasi berjalan senilai 5%, maka nilai tunai portofolio akan terjadi kehilangan sebesar Rp2 juta per tahun karena adanya inflasi atau daya beli.

  1. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko akibat kesulitan dalam menyediakan uang tunai dalam jangka waktu tertentu. Misalnya, suatu pihak tidak dapat membayar kewajibannya saat telah jatuh tempo secara tunai meskipun pihak tersebut memiliki aset yang terbilang cukup memiliki nilai untuk melunasi kewajibannya, namun aset tersebut tidak dapat dikonversikan segera menjadi uang tunai. Karena itulah aset tersebut dapat dikatakan tidak likuid, hal ini terjadi ketika pihak penghutang tidak dapat menjual hartanya karena tidak adanya pihak lain yang ingin membelinya di pasarnya.

Namun, hal ini berbeda dengan penurunan drastis dari harga aktiva mengenai kasus penurunan harga, maka pasar akan berpendapat bahwa aktiva tersebut tidak bernilai. Jika pihak lain tidak ada minat dari pihak lain untuk menukar (membeli) aktiva tersebut kemungkinan disebabkan oleh kesulitan untuk mempertemukan kedua belah pihak. Karena itulah risiko likuiditas memiliki kemungkinan lebih besar terjadi pada pasar baru atau memiliki volume kecil. Risiko jenis ini merupakan jenis percepatan dari sekuritas yang diterbitkan oleh pihak perusahaan.

  1. Risiko Suku Bunga

Risiko suku bunga adalah risiko dari nilai relatif aktiva berbunga yang mirip-mirip dengan pinjaman atau obligasi saat akan memburuk karena peningkatan suku bunga. Risiko ini bisa diartikan sebagai risiko yang akan mempengaruhi pendapatan investasi dan diakibatkan oleh adanya perubahan suku bunga ketika terjadi di pasaran.

Pada umumnya, jika suku bunga meningkat akan memiliki dampak terhadap harga obligasi berbunga tetap menjadi turun, begitu juga sebaliknya. Risiko suku bunga umumnya disesuaikan dengan jangka waktu obligasi dan merupakan teknik paling lama yang digunakan untuk mengelola risiko suku bunga. Sebagai contoh, suku bunga obligasi tehitung sebesar 8 hingga 10 persen pada umumnya, namun pemerintah mengeluarkan sukuk bunga ritel dengan suku bunga tinggi hingga 12%, sebab itu sekarang ini begitu banyak para investor menyukai sukuk ritel karena bunganya terbilang tinggi.

  1. Risiko Pasar

Risiko pasar adalah risiko fluktuasi atau dikenal sebagai naik turunnya nilai aktiva bersih dan disebabkan oleh perubahan sentimen pasar keuangan, seperti saham dan obligasi serta sering disebut sebagai risiko sistematik. Artinya, risiko ini tidak bisa dihindari dan pasti akan dialami oleh setiap investor.

Hal ini juga bisa menyebabkan investor mendapati capital loss, karena perubahan ini bisa terjadi dikarenakan beberapa hal lain, seperti adanya resesi ekonomi, isu, kerusuhan, spekulasi, dan perubahan politik. Sebagai contoh, isu kesehatan seorang presiden yang kemudian memberikan fluktuasi nilai rupiah terhadap dollar mengalami kenaikan. 

  1. Risiko Valuta Asing

Risiko valuta asing (valas) atau nilai tukar mata uang adalah risiko yang disebabkan karena adanya perubahan kurs valas di pasaran yang tidak sesuai harapan, terutama pada saat ingin dikonversikan ke mata uang domestik. 

Risiko jenis ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang lain atau risiko jenis ini bisa juga disebut sebagai currency risk atau exchange rate risk. Sebagai contoh, ketika investor ingin memulai investasi dan mengharuskannya untuk memulai menggunakan mata uang dollar dan pada saat yang sama kurs rupiah terhadap dollar sedang melemah, sehingga membuat investor tersebut harus mengeluarkan rupiah dalam jumlah yang banyak dari biasanya ketika nilai rupiah menguat.

  1. Risiko Reinvestment

Risiko investment merupakan risiko yang terjadi pada penghasilan dari suatu aset keuangan dan mengharuskan perusahaan melakukan aktivitas re-invest (investasi ulang). Jadi, pada saat ingin melakukan re-invest, maka perusahaan harus benar-benar memahami apa itu re-invest dan bagaimana caranya untuk bisa mengatur atau mengelola risiko investasi ini.

Kesimpulan

Saat ini mungkin dari banyaknya investor untuk memulai berinvestasi pada setiap instrumen investasi, pastinya sudah paham mengenai dampak dari investasi yang dapat mempengaruhi keuntungan maupun kerugian.

Beberapa contoh kasus risiko investasi perlu diperhatikan dengan baik termasuk ketika berhubungan dengan bunga deposito atau jenis investasi lainnya. Karena setiap investasi pasti memiliki risiko, baik besar maupun kecil.

Ketika terjadi risiko kecil dalam investasi saat dijalankan, maka bisa saja investor tersebut membiarkannya. Namun, ketika risiko tersebut berimplikasi besar terhadap nilai investasi, maka sebaiknya melakukan berbagai tips terkait dengan bagaimana mengelola risiko investasi sesuai dengan jenis instrumen investasi, seperti investasi saham, investasi properti, investasi logam mulia, dan lain sebagainya.

 

Penulis: Kontributor

Editor: Anju Mahendra

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE