JAKARTA, duniafintech.com – Rusia sedang mempertimbangkan untuk menjual minyak dan gas dengan menerima Bitcoin sebagai alat transaksi pembayaran. Hal itu, terkait dengan sanksi barat yang semakin meningkat.
Ketua Komite Energi Duma Rusia, Pavel Zavalny, mengatakan akan lebih fleksibel dalam opsi pembayaran untuk negara-negara bersahabat yang membeli minyak dan gas Rusia, seperti China dan Turki.
“Kami menerima mata uang nasional negara pengimpor (minyak dan gas Rusia), serta mempertimbangkan untuk menerima Bitcoin sebagai alternatif pembayaran,” kata Pavel Zalvany, dalam rekaman video yang dikutip CNBC, Sabtu (26/3/2022).
Dia menjelaskan, langkah itu ditempuh karena Rusia dihadapkan dengan sanksi Barat yang semakin ketat dan meningkat, sebagai balasan atas invasi yang dilakukan ke Ukraina.
Sementara itu media lokal Rusia RBC melaporkan bahwa Ketua Komite Duma Negara untuk Energi Zavalny menyampaikan pernyataan tersebut dalam konferensi pers pada 24 Maret kemarin.
Dia memaparkan bahwa pihaknya dan perwakilan dari China dan Turki sudah membahas perubahan mata uang sebagai opsi penyelesaian untuk ekspor energi.
โKami telah lama mengusulkan ke China untuk beralih ke penyelesaian dalam mata uang nasional rubel dan yuan. Dengan Turki, itu akan menjadi lira dan rubel. Kumpulan mata uang bisa berbeda, dan ini adalah praktik normal. Jika ada Bitcoin, kami akan memperdagangkan Bitcoin.โ
Itu artinya pembelian energi dan gas bisa dilakukan dengan menggunakan opsi pembayaran lain selain mata uang fiat, yakni dengan BTC. Lebih lanjut, Zavalny menyatakan bahwa โnegara-negara yang tidak bersahabatโ bisa membayar minyak dalam Rubel atau emas.
Kendati demikian, belum diketahui apakah Rusia akan mengubah ketentuan bagi negara-negara Eropa dan AS yang membayar dalam Euro dan dolar AS.
Keputusan ini menyusul setelah sejumlah negara Eropa dan AS menjatuhkan sanksi keuangan terhadap Rusia yang dinilai menginvasi Ukraina.
Di sisi lain, Ukraina telah membuka donasi kripto bagi masyarakat global yang ingin membantu persediaan peralatan militer, medis, dan sebagainya.
Donasi bisa dilakukan dengan menggunakan sejumlah mata uang kripto termasuk Bitcoin, Ethereum, USDT, Solana, Poladot, dan Dogecoin. Donasi kripto tersebut dilaporkan tembus Rp1,5 triliun pada awal Maret 2022.
Bitcoin naik hampir 4 persen selama 24 jam terakhir menjadi sekitar 44.000 dolar Amerika Serikar (AS). Harga cryptocurrency melonjak sekitar waktu laporan berita tentang pernyataan Zavalny pertama kali melintas.
Pengumuman Putin mengirim harga gas Eropa melonjak karena kekhawatiran langkah itu mungkin memperburuk pasar energi yang sudah di bawah tekanan.
Meskipun AS telah melarang impor minyak Rusia sebagai bagian dari tanggapannya terhadap perang Rusia-Ukraina, tidak mungkin Uni Eropa akan mengikutinya. Pasalnya, sebagian besar negara-negara anggota Uni Eropa bergantung pada minyak dan gas dari Rusia.
Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada