33.6 C
Jakarta
Minggu, 6 Oktober, 2024

Saham BRI dan Mandiri Kompak ‘Hot Bareng’, Tembus Rp800 Triliun

JAKARTA – Kebijakan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve atau The Fed dan Bank Indonesia yang kompak memangkas suku bunga acuannya membawa dampak besar bagi bank plat merah di tanah air, saham BRI dan Mandiri.

Dampak penurunan suku bunga acuan Fed Fund Rate sebesar 50 basis points (bps) dan BI Rate 25 bps menjadi vitamin tersendiri bank.

Diantara dampaknya, bank plat merah tengah menikmati kapitalisasi pasar yang tinggi seusai suku bunga acuan diturunkan.

Hal itu diungkapkan, Wakil Menteri BUMN Kartiko Wirjoatmodjo saat menghadiri salah satu acara kongres di Solo kemarin.

Saham BRI dan Mandiri Kompak Hot Bareng

Menurut Kartiko, sejumlah saham kompak ‘hot bareng’.

“Market cap nya BRI di Rp 800 triliun, Mandiri di Rp 700 triliun,” katanya.

Tak hanya BRI dan Mandiri, BSI sebagai bank syariah turut mengalami kenaikan signifikan year to date 80% kenaikan saham.

“Sekarang market capnya Rp 150 triliun BSI,” kata Kartiko.

Saham BRI Naik Hingga Akhir Tahun

Kartiko mengungkapkan, dalam riset terbaru menunjukkan, saham BBRI hingga akhir tahun 2024 bisa mencapai harga Rp 6.000 per lembar.

Dengan demikian, jika mengacu pada penutupan perdagangan sesi I, kemarin di harga Rp 5.500 per lembar, maka masih ada potensi kenaikan sekitar 9,09%.

Diketahui, kapitalisasi pasar (market cap) saham BBRI telah mencapai Rp 838,57 triliun.

Kartiko menjelaskan, price to earning ratio (PER) saham BBRI berada di angka 14,03.

“Dengan price to book value (PBV) di 2,73,” jelasnya.

Berdampak Luas

Kebijakan The Fed berdampak luas pada sejumlah sektor terutama di pasar global.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menilai, penurunan suku bunga acuan telah memberikan pengaruh besar bagi ekonomi secara global.

Penurunan ini kata Dian, akan berdampak pada pertumbuhan kredit hingga profitabilitas perbankan.

Dengan demikian sambung Dian, penurunan FFR juga dapat berdampak pada menurunnya suku bunga di dalam negeri.

“Ini tentu juga mendorong meningkatnya pertumbuhan kredit perbankan Indonesia,” paparnya.

Positif Bagi Emerging Market

Emerging market turut menjadi bagian yang terdampak dari penurunan suku bunga acuan tersebut.

Bagi emerging market utamanya dapat meningkatkan capital inflow ke pasar negara berkembang.

Dian menilai, meningkatnya capital inflow akan memperkuat nilai tukar.

“Ini tentu akan meningkatkan ketersediaan likuiditas perbankan sehingga dapat mendukung pertumbuhan kredit,” terangnya.

Penurunan Suku Bunga Jadi Cerminan

Menurut Dian, penurunan suku bunga merupakan cerminan menurunnya biaya dana (cost of funds) bagi bank.

Bahkan, turut berpengaruh pada debitur sekaligus menurunkan risiko kredit perbankan.

Kebijakan The Fed Jadi Stimulus Positif

Sebagian besar bank di tanah air menilai, penurunan suku bunga The Fed, stimulus positif bagi pertumbuhan ekonomi global.

Hal itu terungkap dari hasil Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK Triwulan II-2024.

Penurunan tersebut dinilai akan mengurangi biaya dana bagi bank.

Dengan demikian akan berpotensi meningkatkan profitabilitas dan menurunkan risiko kredit perbankan di dalam negeri.

Dian melihat, kebijakan suku bunga setiap bank berbeda, kondisi likuiditas dan toleransi risiko (risk tolerance) masing-masing bank,” tandasnya.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU