JAKARTA, duniafintech.com โ Pada Rabu (29/12), saham Bukalapak terus berada di zona merah usai pengunduran diri Direktur Utama perusahaan, Rachmat Kaimuddin. Bahkan, harga saham emiten dengan kode BUKA ini bahkan sempat menyentuh titik terendah Rp422 per lembar sebelum pengumuman.
Adapun informasi pengunduran diri Rachmat ini diterbitkan di laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) pukul 11.03 WIB. Dalam waktu yang sama, saham BUKA berfluktuasi di rentang Rp424โRp 426 per lembar. Sampai akhir perdagangan sesi pertama, saham BUKA turun empat poin atau melemah 0,93% ke level Rp426 per lembar.
Angka itu lebih rendah ketimbang pembukaan perdagangan Rp432 per lembar. Harga sahamnya sempat menyentuh level Rp438 per lembat pada 60 menit pertama perdagangan. Harga saham Bukalapak ini bahkan sempat turun sampai 57% pada sesi perdagangan Rabu ini.
โBerdasarkan informasi surat pengunduran diri, Rachmat berencana melakukan pengabdian negara dengan bekerja untuk pemerintah,โ ucap VP of Corporate Secretary Bukalapak, Perdana A Saputro, dilangsir dari Katadata.co.id.
Dua penyebab saham turun
Sebelumnya, pada 7 Desember 2021 lalu, saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) juga anjlok 21,8 persen selama sepekan terakhir pada saat itu. Adapun emiten berkode BUKA itu mendarat di level 426 atau nyaris 50 persen dari harga penawaran perdana ke publik (IPO), yaitu Rp850.
Untuk diketahui, sejak melantai pada Agustus silam, harga BUKA sempat melesat hingga di atas Rp1.000. Akan tetapi, kenaikan tak bertahan lama dan mulai terjadi koreksi. Menurut Founder ARA Hunter, Hendra Martono, ada dua alasan utama penurunan harga saham Bukalapak.
Pertama, harga yang ditawarkan terlalu tinggi (overvalued) saat IPO. Padahal, perusahaan masih merugi. Prospektus perusahaan mengungkap kerugian terjadi selama tiga tahun belakangan, yaitu sebesar Rp2,24 triliun pada 2018, Rp2,79 triliun pada 2019, dan Rp1,35 triliun pada tahun lalu.
Kedua, imbuhnya, Bukalapak sebagai marketplace kalah saing dengan kompetitor, misalnya Tokopedia dan Shopee. Secara teknikal, dirinya melihat sinyal jual terpantau tinggi sejak Oktober lalu.
Di samping itu, ia juga tidak melihat penurunan harga yang terjadi kala itu sebagai kesempatan untuk membeli di harga murah. Karena itu, ia tidak menyarankan untuk membeli BUKA saat itu.
โBelum ada kesempatan, tunggu saat mulai bottom reversal,โ ucapnya, dilangsir dari CNNIndonesia.com.
Harga terendah Bitcoin
Sebagai perbandingan dengan Bukalapak, harga Bitcoin diketahui merosot ke level terendah pada Juli lalu, yakni di bawah US$30.000 atau tepatnya US$29.300 (Rp426 jutaan/asumsi kurs 14.560 per dolar AS).
Penurunan 5 persen ini adalah yang terendah sejak 22 Juni. Terakhir, Bitcoin turun 3,6 persen dengan nilai US$29.720 atau sekitar Rp432 juta. Laporan dari laman Reuters kala itu menyebut bahwa penurunan Bitcoin terjadi lantaran regulator terus menyerukan pemeriksaan yang lebih ketat terkait cryptocurrency.
Adapun cryptocurrency yang lebih kecil, misalnya ether dan XRP, yang cenderung bergerak beriringan dengan Bitcoin, nilainya juga menurun sekitar 5 persen. Dalam beberapa pekan terakhir, kala itu, Bitcoin โterjebakโ dalam kisaran perdagangan yang relatif ketat usai investor melakukan penjualan besar-besaran pada Mei dan Juni 2021, menyusul pelarangan China terhadap penambangan dan perdagangan cryptocurrency.
Kala itu, pengawas keuangan dan gubernur bank sentral juga menyerukan regulasi yang lebih ketat. Sebagai informasi, harga bitcoin turun lebih dari 50 persen sejak posisi tertinggi kedua dengan angka hampir USD65.000 pada pertengahan April 2021 silam.
Rekor tertinggi Bitcoin
Rekor harga tertinggi sepanjang sejarah yang sempat dicapainya April lalu, kembali dipecahkan oleh Bitcoin pada 21 Oktober 2021. Mengacu pada data Coinmarketcap.com, nilai Bitcoin yang merupakan aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia kala itu mencapai US$66.613 (sekitar Rp940 juta dengan asumsi kurs Rp14 ribu per dolar).
Naiknya harga bitcoin terjadi sehari usai ETF (exchange traded fund) Bitcoin berjangka pertama AS mulai diperdagangkan. Nilai Bitcoin ini pun menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah.
Pada April 2021 lalu, nilai Bitcoin sempat menembus US$64.000โ65.000. Nilai tersebut saat itu bahkan berhasil menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah. Rekor lain juga ditorehkan oleh cryptocurrency yang menjadi salah satu acuan pasar aset kripto global itu karena, pada hari yang sama, kapitalisasi pasar Bitcoin berhasil menembus US$42 miliarโtertinggi sepanjang sejarah.
Adapun kapitalisasi pasar Bitcoin ini naik lebih dari 300 persen dari tahun lalu dan 95 persen dari 2019 usai sempat merosot 73 persen 2018.
Penulis: Kontributor
Editor: Anju Mahendra