34.8 C
Jakarta
Minggu, 5 Mei, 2024

Mengenal Saham Gorengan dan Ciri-cirinya

Saham gorengan barangkali sering didengar atau bahkan dijumpai oleh mereka yang terjun ke dalam investasi saham. Adapun saham yang juga banyak diincar oleh trader ini diketahui dijauhi investor. Pasalnya, harga saham gorengan ini sangat fluktuatif alias berubah-ubah dan nyaris sulit diprediksi.

Sebelum mengenali ciri-cirinya, ada baiknya mengetahui terlebih dahulu pengertian saham gorengan ini.

Apa Itu Saham Gorengan?

Pengertian saham gorengan, yaitu saham yang dikelola oleh beberapa oknum agar harganya melambung naik. Oknum tersebut merupakan orang-orang kaya yang biasanya ingin mencari keuntungan besar dari ritel. Para oknum ini sengaja membeli saham suatu perusahaan dalam jumlah besar untuk menaikkan harganya.

Saham gorengan adalah BUMI atau  PT Bumi Resources Tbk yang pada awal tahun 2017 lalu berhasil mencapai harga Rp 500-an per lembarnya. Akan tetapi, harga saham itu kini turun drastis di bawah Rp100.

Hal itu tentu sangat miris sebab mereka yang dulu membeli saham ini ketika harganya tinggi, kini otomatis mengalami kerugian. Pasalnya, ketimbang tingkat kerugiannya kian tinggi, mau tidak mau akhirnya saham itu dijual dan mereka pun beralih ke saham lain yang memiliki potensi lebih bagus, dengan harapan dapat memperoleh untung demi meng-cover kerugian yang terjadi selama ini.

Ciri-ciri Saham Gorengan

Sebelum terjun ke dunia investasi saham, ada baiknya kenali dulu ciri-ciri saham gorengan di bawah ini.

Kenaikan harganya cukup signifikan

Adapun ciri-ciri pertama dari harga saham gorengan adalah kenaikan harganya cukup signifikan. Meski harga saham naik merupakan hal yang sangat wajar, tetapi dengan kenaikan nilai yang tidak dapat dimaklumi, tentu saham tersebut dipastikan sebagai saham gorengan.

Contoh saham yang baik adalah dengan harga pembukaan Rp500, lalu penutupan Rp550. Adapun peningkatan Rp50 per hari ini tentu masih sangat wajar. Akan tetapi, jika peningkatan harga saham lebih dari 10% per hari, terlebih lagi untuk saham yang harganya murah, saham itu terindikasi digoreng oleh bandar alias saham gorengan.

Sejatinya, harga yang murah tidak semenarik itu di mata para investor. Karena itu, penting untuk berhati-hati sebelum membeli saham. Di sisi lain, perlu juga untuk mengamati pergerakan harganya dalam kurun waktu tertentu agar mengetahui saham itu layak dibeli atau sebaliknya.

  1. Volume perdagangan yang tidak wajar

Saham gorengan selalu menorehkan perdagangan terbesar ketimbang saham lain dari emiten yang sudah cukup dikenal, jika dilihat dari segi volume perdagangan. Namun, hal itu terjadi bukan lantaran banyaknya peminat, melainkan karena volume dagangnya dimainkan oleh bandar.

Dalam hal ini, bandar secara sengaja membeli dalam jumlah besar agar harga saham tersebut naik drastis. Mereka pun bahkan rela melakukan penawaran di atas harga pasar sehingga hal itu jelas tidak masuk akal.

Padahal, semua orang yang terjun ke dunia saham tentu saja ingin mendapatkan harga murah untuk memaksimalkan nilai investasi. Karena itu, ketika saham dijual, investor berhasil mendapatkan keuntungan besar.

  1. Antrean jual yang sedikit

Apabila dibandingkan dengan bid atau permintaan, jumlah offer atau penjualan saham gorengan ini akan jauh lebih sedikit sehingga harganya naik signifikan. Seperti hukum dagang, jika permintaan tinggi dan penawaran rendah, harga barangnya kian mahal. Pada kasus ini, biasanya bandar bakal melakukan wait and see. 

Dengan kenaikan harga yang signifikan, tingkat ketertarikan ritel untuk membeli sahamnya barangkali juga semakin besar. Padahal, secara logika, investor atau trader pun pasti akan menjual harga saham kalau harganya naik dan keuntungannya sudah mencapai target awal. Pasalnya, peningkatan harga ini biasanya belum tentu terjadi pada esok hari.

Oleh sebab itu, ketimbang justru menderita kerugian, sebaiknya menjual dan menikmati keuntungannya meski cuma sedikit.

  1. Harga saham tinggi meskipun perusahaan rugi

Harga saham gorengan senantiasa berada di atas awan meskipun kondisi keuangan perusahaan tidak baik, bahkan rugi. Padahal, secara logika, hal itu tidak mungkin terjadi lantaran tidak ada investor atau trader yang mau berinvestasi pada emiten yang kinerjanya kurang baik.

Pada umumnya, harga yang tinggi ini terjadi lantaran perusahaan didukung oleh modal para bandar yang membuat harga sahamnya senantiasa naik. Karena itu, penting untuk mengamati kondisi keuangan perusahaan sebelum membeli suatu saham. Dalam hal ini, lihat besar pendapatan kotor, pengeluaran, keuntungan, dan kerugian yang diperoleh dari tahun ke tahun.

Adapun laporan keuangan perusahaan ini dapat disimak di website resminya atau keterbukaan informasi di situs BEI. Dalam hal ini, perhatikan secara teliti agar tidak terjebak ke dalam permainan para bandar. 

  1. Dikuasai oleh emiten baru

Sangat disarankan untuk tetap waspada terhadap kemunculan emiten-emiten baru meski harganya cenderung terjangkau. Pasalnya, emiten baru inilah yang biasanya sering terindikasi menjual saham gorengan lantaran harganya masih cukup terjangkau. Masuknya emiten itu memang telah melalui persetujuan OJK, tetapi kinerja emiten yang sebenarnya banyak yang belum tahu.

Kareka itu, ketimbang nilai portofolio berujung hancur, akan lebih baik untuk menginvestasikan uang dalam jumlah sedikit di awal. Lantas, setelah beberapa bulan atau tahun kemudian, tariklah kesimpulan, apakah emiten itu layak atau sebaliknya.

Pantau Harga Saham secara Rutin

Dalam hal ini, penting untuk meluangkan waktu untuk mengamati pergerakan harga saham yang ada di bursa sebelum membelinya. Kemudian, hindari pula pergerakan harga saham yang tidak masuk akal lantaran indikasi gorengannya sangat besar. Karena itu, lebih baik menjatuhkan pilihan pada saham yang harganya naik secara perlahan sebab potensi return yang diperoleh dalam jangka panjang menjadi lebih besar.

 

Penulis: Boy Riza Utama

Editor: Anju Mahendra

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE