JAKARTA, duniafintech.com – Penerbitan surat utang atau obligasi sebagai sumber pendanaan operasional sepanjang tahun 2022 pada industri pembiayaan atau multifinance diprediksi bakal kembali semarak.
Seperti diketahui, tujuan dari penerbitan obligasi ini adalah dalam rangka memperoleh biaya dana alias cost of funds yang lebih kompetitif. Menurut Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno, pemain yang sudah dapat menerbitkan surat utang tentunya bakal mencoba strategi ini sebagai langkah diversifikasi sumber pendanaan.
Hal itu karena gelontoran modal dari perbankan biasanya sudah normal sejalan dengan kondisi perekonomian tanah air.
“Perusahaan multifinance independen dan kecil sudah mulai ada pergerakan, walaupun belum besar. Kalau (pemain) yang menengah ke atas, dimiliki bank atau dealer kendaraan, pendanaannya sudah lancar sekali buat operasional, bahkan punya kas untuk membayar surat utang jatuh tempo tanpa refinancing,” katanya, seperti dikutip dari Bisnis.com, Sabtu (5/2/2022).
Karena itu, tidak mengherankan jika golongan multifinance menengah ke atas itu mulai melirik pendanaan dari obligasi dan sukuk lagi untuk berekspansi guna memperbesar nilai pembiayaan sekaligus mempertahankan pangsa pasarnya.
Menurut statistik OJK per Desember 2021, total pendanaan yang diterima 161 pemain industri multifinance mencapai Rp215,95 triliun tercatat masih turun 6,91 persen (year-on-year/yoy).
Akan tetapi, di antara komponen pembentuk total pendanaan itu, pendanaan dari bank dalam negeri senilai Rp138,18 triliun telah positif 3,6 persen (yoy), membuat total sumber pendanaan dari dalam negeri ikut bertumbuh.
Total pendanaan dari luar negeri Rp72,55 triliun masih minus 20,9 persen (yoy) sebab kontraksi dari sumber pendanaan bank luar negeri (Rp52,99 triliun). Meski demikian, pendanaan dari lembaga jasa keuangan bukan bank (Rp14,3 triliun) dan entitas luar negeri lainnya (Rp5,24 triliun) sama-sama tercatat naik.
Di sisi lain, nilai surat berharga yang diterbitkan senilai Rp48,43 triliun masih terkontraksi 12 persen (yoy). Akan tetapi, tren kenaikan mulai tampak sejak kuartal IV/2021 sebab sejumlah multifinance yang menerbitkan surat utang baru berani merealisasikan rencananya menunggu pandemi Covid-19 Jilid II pada pertengahan tahun lalu mereda terlebih dahulu.
Sejumlah multifinance bakal terbitkan obligasi
Mengutip catatan Bisnis.com, di antara multifinance yang mengaku bakal mulai memperbesar porsi pendanaan dari surat utang pada 2022 ini adalah PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk. (WOMF). Menurut Financial Planning and Investor Relation Head WOMF, Erik Tanudjaja, pada tahun ini, pihaknya akan mulai mengejar capaian seperti periode normal sebelum pandemi, dengan proyeksi menembus Rp5,5 triliun.
Target itu tercatat tumbuh lebih dari 30 persen (yoy) dan terbilang hampir menyamai kinerja pembiayaan baru WOMF di 2019 yang mencapai Rp5,79 triliun.
“Kami masih akan fokus pada pembiayaan multiguna beragunan kendaraan buat masyarakat akar rumput dan UMKM. Separuh dari target tersebut, sumber pendanaannya kami upayakan dari penerbitan obligasi,” jelasnya, belum lama ini.
Rencananya, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) juga kembali akan menerbitkan surat utang dua sampai tiga kali lagi seperti era sebelum pandemi. Disampaikan Direktur Keuangan ADMF, I Dewa Made Susila, strategi itu dibidik lantaran cost of funds dari pasar modal jauh lebih kompetitif, mengingat ADMF telah dikenal oleh kalangan investor surat utang dan terbukti sanggup mempertahankan rating idAAA meskipun di tengah pandemi.
Hal itu karena pada tahun lalu anak usaha PT Bank Danamon Tbk (BDMN) tersebut mengandalkan pinjaman dari entitas terafiliasi induk dan hanya sekali menggelar putaran penerbitan surat utang pada kisaran awal semester II/2021, yakni Obligasi Berkelanjutan V Tahap II Tahun 2021 senilai Rp1,3 triliun dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan IV Tahap II Tahun 2021 senilai Rp200 miliar.
Di sisi lain, PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) pun bakal mengandalkan penerbitan surat utang untuk merealisasikan target pembiayaan baru menembus Rp6,8 triliun pada tahun ini atau tumbuh di kisaran 35 persen (yoy) dari tahun lalu.
“Komposisi sumber pendanaan kami setiap tahunnya, 60 persen dari surat utang dan 40 persen pinjaman bank. Pada 2021 lalu bahkan menyentuh 62 persen, karena kami coba diversifikasi perdana ke sukuk buat mengakomodasi permintaan pembiayaan berbasis syariah. Tahun ini harapannya akan serupa,” ulas Christel Lasmana, Direktur Bisnis MFIN.
Penulis: Kontributor / Boy Riza Utama
Editor: Anju Mahendra