JAKARTA, duniafintech.com โ Startup teknologi finansial (fintech), termasuk sub-bidang pembayaran, kini marak dengan kehadiran para konglomerat. Terkait hal itu, Grup Sinar Mas diketahui juga sudah mengumumkan akuisisi DANA senilai US$200 juta atau sekitar Rp2,8 triliun pada pekan ini.
Adapun aksi korporasi ini dilakukan lewat anak usaha PT Dian Swastatika Sentosa Tbk, yaitu PT DSST Dana Gemilang. Perusahaan tersebut menandatangani perjanjian bersyarat untuk berinvestasi di PT Elang Andalan Nusantara (EAN) yang mengoperasikan DANA. Penandatanganan perjanjian investasi dilakukan pada 28 Februari, dengan nilai investasi Rp2,8 triliun.
Diketahui, PT Dian Swastatika Sentosa adalah unit usaha Grup Sinar Mas yang beroperasi di sektor pembangkit listrik, batu bara, emas, bahan kimia, hingga internet. Sementara itu, PT DSST Dana Gemilang diketahui fokus pada layanan jasa konsultasi manajemen.
Menurut Sekretaris Perusahaan PT Dian Swastatika Sentosa, Susan Chandra, penyelesaian atas rencana investasi bakal bergantung pada pemenuhan syarat-syarat pendahuluan. Hal itu diatur dalam perjanjian penyertaan modal, termasuk persetujuan-persetujuan dari otoritas berwenang.
Disampaikannya, rencana investasi kepada DANA adalah bagian dari kolaborasi pengembangan bisnis digital.
โIni diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pengembangan ekosistem digital yang dimiliki oleh perseroan dan berbagai pemangku kepentingan,โ ucapnya, dikutip dari keterbukaan informasi BEI via Katadata, Sabtu (5/3/2022).
Dikatakan Peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef, Nailul Huda, transaksi fintech pembayaran salah satu yang melonjak ketika pandemi Corona melanda. Hal itu pun menjadi peluang bagi konglomerat seperti Astra Group, Emtek, Grup Salim, hingga Djarum.
โPerusahaan-perusahaan besar itu juga melihat ada potensi keuntungan yang relatif jumbo di industri fintech pembayaran,โ ucapnya pada akhir tahun kemarin.
Menurut catatan Bank Indonesia (BI), nilai transaksi uang elektronik tumbuh 66,65% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp34,6 triliun pada Januari, sementara digital banking naik 62,82% menjadi Rp4.314,3 triliun.ย
Di sisi lain, hadirnya para konglomerat ke bisnis fintech pembayaran juga menjadi cara untuk membidik konsumen milenial dan gen Z. Mengacu pada riset IPSOS Indonesia, milenial mendominasi penggunaan dompet digital dan juga menjadi konsumen loyal.
Di samping itu, milenial juga akan tetap menggunakan dompet digital kendati tanpa iming-iming promosi. Alasan lainnya bagi para konglomerat untuk masuk ke dunia fintech pembayaran adalah untuk memudahkan integrasi dengan layanan lain.
โJadi, baik perbankan atau multifinance, akan masuk ke teknologi sistem keuangan atau fintech,โ sebutnya.
โMereka harus bisa beradaptasi dengan zaman digitalisasi. Ini supaya mereka tidak terdisrupsi dengan teknologi yang ada,โ jelasnya.
Disampaikan Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo), Edward Ismawan Chamdani, platform fintech pembayaran memberikan manfaat bagi konglomerat.ย
โAkan memberikan kemudahan bagi pelanggan. Selain itu, sebagai kontrol dan kecepatan settlement,โ jelasnya.
Lantas, siapa saja konglomerat yang berinvestasi di DANA, OVO, GoPay, dan ShopeePay? Simak daftarnya di bawah ini.
- DANA
Melalui PT Dian Swastatika Sentosa Tbk, Grup Sinar Mas resmi mengakuisisi DANA. Adapun DSST Dana Gemilang bakal menjadi pemegang saham terbesar di fintech pembayaran ini. Namun, skema kepemilikan di DANA belum dijelaskan secara rinci.
DANA juga mendapat suntikan modal dari Elang Mahkota Teknologi (Emtek) meski belum diketahui porsi kepemilikannya usai Grup Sinar Mas masuk.
- OVO
Bukan hanya di DANA, Emtek pun diketahui berinvestasi di OVO. Konglomerat yang satu ini tidak langsung berinvestasi ke fintech pembayaran OVO melalui Grab. Emtek diketahui membeli 3,2% saham Grab Teknologi Indonesia senilai Rp3,08 triliun. Emtek juga mengantongi sebanyak 2,68% saham di decacorn asal Singapura tersebut.
Di samping itu, juga ada Grup Lippo yang berinvestasi di OVO. Meski demikian, Lippo menyatakan bahwa mereka sudah menjual sebanyak dua per tiga saham di fintech bernuansa ungu itu pada akhir 2019 silam.
Di sisi lain, Sinar Mas pun masuk ekosistem Grab lewat penawaran investasi swasta pada ekuitas publik atau private investment in public equity (PIPE) IPO decacorn Singapura itu dan Altimeter Growth.
Grab resmi mencatatkan saham perdana alias IPO di bursa saham Amerika Serikat (AS), Nasdaq pada tahun lalu. Grup Djarum pun kabarnya terlibat dalam penawaran investasi swasta pada ekuitas publik IPO Grab.
Demikian halnya dengan Grup Salim yang berkolaborasi dengan GrabMart lewat Indomaret. Melalui kerja sama itu, pelanggan dapat berbelanja di Indomaret via aplikasi GrabMart.
- GoPay
Secara tidak langsung, Astra diketahui berinvestasi ke fintech pembayaran lainnya, yakni GoPay, melalui Gojek. Konglomerat yang satu ini berinvestasi di decacorn Indonesia tersebut sejak tahun 2018 silam.
Kala itu, valuasi Gojek masih sekitar US$3โUS$5 miliar. Kemudian, juga ada Djarum yang berinvestasi secara tidak langsung terhadap platform fintech pembayaran GoPay melalui Gojek.
Dalam hal ini, perusahaan modal ventura milik Grup Djarum, yaitu Global Digital Prima (GDP) Ventures, diketahui menjadi investor Gojek sejak tahun 2018 silam.
Di samping itu, Grup Lippo melibatkan perusahaan propertinya, PT Lippo Karawaci Tbk, guna memperkuat ekosistem digital Gojek. Adapun kerja sama Lippo Karawaci dengan decacorn Indonesia yang satu ini terkait penggunaan layanan pembayaran Gopay Plus hingga payroll karyawan.
Sementara itu, Gojek sebelumnya telah membeli 4,76% saham PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) dari entitas induk Grup Lippo PT Multipolar Tbk. Pembelian tidak dilakukan secara langsung, melainkan melalui PT Pradipa Darpa Bangsa.
Perusahaan yang bergerak di bidang jasa aktivitas profesional, ilmiah dan teknis itu 99,99% sahamnya dimiliki oleh Gojek Indonesia, sedangkan sisanya milik PT Dompet Karya Anak Bangsa alias GoPay.
Telkomsel pun telah berinvestasi di Gojek dan gencar mengintegrasikan layanan dengan decacorn Nusantara itu, salah satunya menyasar UMKM.
- ShopeePay
Sea Group adalah pemilik ShopeePay. Perusahaan asal Singapura itu punya bisnis e-commerce Shopee, game online Garena, dan keuangan SeaMoney. Sea Group pun merambah bank digital di Singapura dan Indonesia.
Di Indonesia, induk Shopee tersebut mengoperasikan SeaBank. Raksasa teknologi Singapura ini menjadi pemegang saham pengendali Bank Kesejahteraan Ekonomi atau BKE yang sekarang bernama Seabank Indonesia.
Di samping itu, Pendiri Sea Group Forrest Li juga menjadi bagian dari Committee on the Future Economy yang beranggotakan 30 orang, yang dipimpin bersama oleh Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan dan Industri (Industri) Singapura, periode Januari 2016โFebruari 2017.
Penulis: Kontributor/Boy Riza Utama
Admin: Panji A Syuhada