30.5 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

Sinyal Penurunan Suku Bunga Mencuat, Ekonomi RI Bakal Menguat?  

JAKARTA – Dampak penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) terhadap perekonomian Indonesia mulai dikaji.

Suku bunga bank sentral Amerika Serikat telah lama dijadikan sebagai acuan suku bunga global, tak terkecuali di Indonesia.

Diketahui, Bank Central AS ini akan menurunkan suku bunga acuannya pada bulan September ini.

Penurunan Suku Bunga Diikuti Kredit Meningkat

Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae, penurunan suku bunga biasanya diikuti penyaluran kredit yang meningkat.

Hal itu kata Dian karena diakibatkan cost of funds [biaya dana] yang menurun.

“Sehingga berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” katanya dalam jawaban tertulis kepada wartawan.

Dian menjelaskan, penurunan Fed fund rate berdampak pada hak serupa di dalam negeri.

Penurunannya sambung Dian, kemudian dapat mendorong meningkatnya pertumbuhan kredit perbankan Indonesia.

“Arus masuk modal asing juga akan mengalami pergerakan,” paparnya.

Memperkuat Nilai Tukar Rupiah

Dian mengemukakan, penurunan suku bunga juga disebut dapat memperkuat nilai tukar dan meningkatkan ketersediaan likuiditas perbankan.

OJK kata Dian sudah melakukan survey Orientasi Bisnis Perbankan (SBPO) Triwulan II-2024.

Hasilnya kata Dian, ditemukan bahwa bank meyakini penurunan suku bunga The Fed dapat berdampak positif dan menstimulus pertumbuhan ekonomi global.

Turunkan Biaya Dana

Kebijakan The Fed dinilai mampu mendorong penurunan BI rate yang akan diikuti dengan penurunan suku bunga simpanan oleh perbankan RI untuk menurunkan biaya dana.

Dengan demikian, diharapkan tersebut dampak membawa perubahan besar bagi perkembangan ekonomi secara global.

Namun demikian, OJK tetap mengingatkan kebijakan suku bunga masing-masing bank berbeda dan sangat bergantung pada model bisnis, kondisi likuiditas.

“hingga toleransi risiko masing-masing,” jelasnya.

Pergerakan Kredit Cenderung Flat

OJK mencatat, pergerakan rerata suku bunga kredit cenderung flat, bahkan menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

Cenderung menurun kata Dian, disebabkan prioritas bank untuk tetap menjaga kualitas kreditnya.

Pertumbuhan kredit saat ini sambung Dian, sedang mengalami pertumbuhan.

“Terdapat kecenderungan kondisi likuiditas perbankan mengalami sedikit penurunan,” jelasnya.

Kondisi likuiditas perbankan saat ini tambah Dian, masih tetap stabil dan terjaga.

“Cukup memadai dengan rasio AL/NCD sebesar 113,49% dan rasio AL/DPK sebesar 25,56%,” sambungnya.

Pandangan Pengamat

Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Situmorang turut memberikan pandangan terkait dampak kebijakan penurunan suku bunga ke Indonesia.

Menurutnya Indonesia berpotensi tetap mampu menahan BI Rate.

Hal itu disampaikan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) selanjutnya yang juga bersamaan dengan FOMC.

Ia menilai ruang BI dalam menurunkan suku bunga pada November atau Desember 2024 mendatang juga berdasarkan pertimbangan adanya transisi kepemimpinan.

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede turut memberikan pandangan.

Menurutnya, saat ini meskipun kondisi rupiah cenderung mengalami penguatan terhadap dolar AS tapi penguatan mata uang Asia tetap sejalan.

“Mata uang rupiah masih undervalued,” paparnya.

Josua memberikan penegasan bahwa BI berpotensi menurunkan BI Rate yang akan tetap mengacu pada kuartal IV/2024.

Ia menilai BI akan tetap menunggu keputusan dari The Fed.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU