duniafintech.com – Sleekr bersama Estubizi dan Usaha Sosial menggelar SME Talks di Estubizi Business Center, Jakarta, Kamis (3/8/2017). Acara yang berlangsung hangat ini mengupas peran pentingnya tertib administrasi dan akuntansi keuangan dalam menjalankan suatu bisnis. Menarik minat duniafintech.com untuk meliput dan membagi pengetahuan kepada masyarakat agar melek financial dan memperkaya ilmu tentang financial literacy di era serba digital ini.
SME Talks kali ini menghadirkan dua pembicara. Keduanya adalah Head of Finance Modalku Henry Indrajaya dan VP Finance & People Operations Kitabisa Rahelyna Mairing. Secara garis besar, kedua pembicara tersebut menekankan agar suatu perusahaan atau organisasi–baik yang bertujuan profit oriented atau berupa social enterprise–menerapkan tata kelola administrasi keuangannya secara tertib dan tepat.
Dalam paparannya, Henry menyampaikan, banyak pelaku UKM di Indonesia yang catatan keuangannya masih amburadul. Tidak sedikit dari mereka yang tidak mencatat transaksi keuangan tertentu atau keliru dalam menerapkan prinsip-prinsip akuntansi.
Umumnya, mereka mencatat cash basis, bukan accrual basis,” ujar Henry.
Pada cash basis, transaksi yang terjadi dicatat berdasarkan jumlah nominal yang diterima. Sementara itu, pada accrual basis, setiap transaksi yang terjadi dicatat berdasarkan konsep pengakuan yang sesungguhnya. Sebagai ilustrasi, jurnal pada accrual basis memperlihatkan pembayaran yang dilakukan terhadap sewa gedung dengan nominal Rp 10.000.000 tidak dikategorikan sebagai beban yang terjadi. Pengeluaran itu dianggap masih bagian dari harta perusahaan.
Dalam penjelasannya, Henry juga mengingatkan mengenai sensitivitas harga suatu produk atau layanan. Suatu perusahaan harus memastikan apakah tipe bisnis atau usahanya termasuk sensitive price. Misalnya, suatu perusahaan memiliki pemasukan yang lancar. Namun, ia ingin menaikkan harga produk atau layanannya. Jangan sampai, Henry menyampaikan, tujuan perusahaan menaikkan harga produknya untuk mendapat profit lebih tinggi lagi justru menurunkan profit perusahaan tersebut karena banyak pelanggannya yang pergi.
Ia menambahkan, eksistensi suatu perusahaan tidak sebatas dilihat dari kondisi saat ini saja. Misalnya, ada suatu perusahaan yang terus-menerus merugi. Namun, di sisi lain, perusahaan tersebut juga menunjukkan growth yang tinggi. Maka, belum tentu perusahaan tersebut langsung ‘gulung tikar’.
Jadi, yang dilihat adalah pendapatan future,” ujarnya.
Dengan kata lain, ketika suatu perusahaan telah ‘menancapkan kukunya’ dengan kuat pada pasar yang dibidiknya, maka pasar tersebut akan menjadi potensi pendapatannya di masa depan. Dalam konteks ini, Henry mencontohkan apa yang dialami oleh penyedia layanan transportasi on-demand Gojek.
Sementara itu, Rahelyna memaparkan, Standard Operating Procedure (SOP) dalam suatu perusahaan tak bisa diremehkan begitu saja. Beberapa startup, lanjutnya, yang digawangi anak-anak muda menilai SOP atau sejenisnya justru menghambat kreativitasnya. Padahal, SOP justru bisa menjadi koridor bagi individu-individu dalam suatu perusahaan apakah caranya bekerja telah sesuai dengan standar perusahaannya.
Selain itu, tools yang digunakan untuk merekam dan menyimpan data juga berperan penting di era digitalisasi seperti saat ini.
Saya dulu terbiasa mengerjakan transaksi keuangan di Excel. Lalu, diminta migrasi ke sebuah software akuntansi. Awalnya memang tidak terbiasa. Tapi, keuntungannya adalah data yang belum disimpan saat masih dalam format Excel dapat diatasi dengan software tersebut karena kita tidak bisa memprediksi kapan terjadinya human error,” ungkapnya.
Setelah pemaparan dari kedua pembicara tersebut, SME Talks dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab. Para peserta cukup antusias bertanya kepada kedua pembicara, terutama dari segi pengelolaan modal, business plan, pendanaan dan sebagainya.
Written by: Sebastian Atmodjo
