29.2 C
Jakarta
Minggu, 22 Desember, 2024

Soal Startup PHK Karyawan: Bukan Hanya Soal Kerugian, Investor Juga Menilai Citra Perusahaan

JAKARTA, duniafintech.com — Fenomena startup memberhentikan atau melakukan PHK ratusan karyawan yang terjadi belakangan ini, tampaknya mulai mengkhawatirkan. Ini karena investor tidak mau lagi mendanai beberapa startup dan membuat mereka terpaksa PHK karyawan.

Ini terjadi di Zenius, JD.id dan beberapa startup lain melakukan PHK massal. Sekitar 15.000 karyawan startup di PHK selama satu bulan terakhir.

Pengamat dan Praktisi Publikasi dan Perhumasan Gemal A.N. Panggabean mengatakan, investor tidak melulu menilai tentang ‘untung rugi’ saja. Tetapi, investor juga memiliki tolak ukur dari sisi citra perusahaan dan bagaimana startup melakukan edukasi dan publikasi. Startup sering kali mengabaikan citra perusahaan mereka di publik. Seharusnya, saat startup masih punya uang tidak mengabaikan edukasi dan publikasi.

Baca jugaUnilever Melakukan PHK Sepihak 161 Karyawan, Buruh Langsung Demo

“Saya kira, ini bukan semata-mata soal uang. Investor juga menilai bagaimana citra perusahaan di mata publik, pemerintah dan stakeholder. Citra startup yang PHK karyawan itu tidak berkembang, artinya tidak banyak dikenal orang. Bagaimana mereka bisa meyakinkan investornya dengan nama yang tidak begitu dikenal?” kata Gemal Panggabean.

Dia membeberkan, salah satu penyebabnya karena edukasi dan publikasi seperti pemberitaan positif di media, iklan, medsos dan media sosial yang tidak efektif dan tidak tepat sasaran.

Dia menjelaskan, umumnya, startup yang tidak berkembang dan juga startup baru sulit untuk merebut perhatian publik dan stakeholder sehingga sulit memajukan citra positif perusahaan. Bahkan, lebih parahnya, mereka seakan-akan tidak perduli dan tidak invin mengerti sama sekali dengan edukasi dan publikasi.

Baca jugaPesaing Ruangguru, Zenius PHK 25 Persen Karyawannya, Total Lebih dari 200 Orang

“Saya melakukan riset dan hampir setiap hari bertemu dengan pelaku startup. Mulai dari CEO, PR, Marketing dan lain-lain. Mereka sulit menguasai media berita, media sosial dan lain-lain. Bahkan, di antara mereka ada yang memang tidak mau menguasainya,” katanya yang juga Head of Research dari Duniafintech.com, sebuah situs riset dan berita tentang financial technology.

Gemal Panggabean menyambung, masalah mereka di pencitraan juga terkendala anggaran yang mereka nilai besar. Padahal, mungkin saja mereka tidak memiliki sumber daya yang mumpuni dalam menaklukkan dunia publikasi dan komunikasi.

Namun, dia tidak bisa membantah soal anggaran publikasi dan edukasi yang mahal. Banyak pelaku startup yang tidak setuju dengan hal ini. Padahal, jika dilakukan dengan tepat sasaran, maka edukasi dan publikasi akan berjalan efektif.

“Publikasi dan edukasi memang mahal dan membutuhkan effort yang luar biasa. Tapi, kalau ini tidak dikejar, citra perusahaan ‘gitu-gitu’ saja. Startup membutuhkan tim dan konsultan yang mumpuni untuk komunikasi dan publikasi yang efektif. Tidak apa-apa mahal dan memerlukan ekstra effort, karena hasilnya efektif,” katanya.

Ini bisa dilakukan dengan menunjuk tim Public Relation dan Digital Marketing yang handal. Pelaku startup juga bisa berkolaborasi dengan konsultan yang memahami bagaimana dampak publikasi dan edukasi dan juga mumpuni dalam menyusun perencanaannya.

Di sisi lain, ini bukan waktunya bagi pelaku startup untuk pesimis. Gemal Panggabean meyakini bahwa masih banyak investor yang ingin mendanai startup. “Di kasus ini, investor itu tidak yakin dan bahkan merasa percuma. Tetapi, jika investor melihat startup yang memiliki citra yang baik dan dari sisi keuangan yang ramping dan sehat, investor pasti berkata ‘why not?’. Ya, mereka pasti mau,” katanya.

Gemal Panggabean juga menilai kurang tepat adanya pernyataan tentang era startup di Indonesia sudah berakhir. Masih banyak orang yang membutuhkan jasa e-commerce, fintech, dan lain-lain. Dia menyarankan, bagaimana perusahaan startup yang sehat perlu lebih fokus untuk meyakinkan dan mempertahankan investornya. Baik dari sisi citra perusahaan dalam melakukan edukasi dan publikasi serta juga hal penting lainnya.

“Karena kasus PHK massal ini, jangan sampai semua orang memukul rata tentang startup. Masih banyak startup yang sehat dan memiliki citra yang baik. Masih banyak juga investor yang mau mendanai. Ini juga tantangan bagi startup yang sehat dan yang baru muncul untuk lebih meyakinkan investornya, supaya investornya juga terus percaya. Karena hadirnya mereka masih dibutuhkan masyarakat Indonesia,” kata Gemal.(*)

Baca jugaMengenal Apa Itu Zenius, Startup Teknologi Edukasi yang PHK 200 Karyawannya

 

 

 

 

Admin: Panji A Syuhada

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU