JAKARTA, duniafintech.com โ Seiring dengan kemajuan teknologi dan tingkat penetrasi/akselerasi digital yang tinggi, ada beberapa pekerjaan/profesi yang diperkirakan bakal kian terancam punah dalam beberapa saat ke depan, termasuk teller bank.
Mengutip penelusuran CNBC Indonesia, Minggu (27/3/2022), adapun hal ini juga dipercepat oleh pandemi Covid-19 sebab masyarakat pun mulai mendidik dirinya untuk menjadi lebih adaptif. Bahkan, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani juga memberikan tanggapan atas masalah itu.
Ia menilai, disrupsi dan transformasi digital memang menjadi tantangan global alias tidak eksklusif terjadi di tanah air. Kendati disrupsi digital ini bakal menghilangkan sejumlah pekerjaan, imbuhnya, tetapi nantinya ini juga akan memunculkan ekonomi-ekonomi baru.
โTransformasi digital itu memunculkan ekonomi-ekonomi baru. (Teller dan back office bank) Mungkin akan hilang, katakanlah, tetapi pasti akan memunculkan services baru yang dibutuhkan masyarakat,โ jelasnya.
Mantan direktur Bank Dunia ini pun sebelumnya sempat menyebut bahwa pada tahun 2045 nanti, kemungkinan sudah tidak ada lagi profesi teller bank sebab masyarakat telah terbiasa dengan penggunaan teknologi digital.
Bahkan, fenomena itu telah berlangsung di Eropa. Dalam hal ini, diketahui bahwa beberapa beberapa bank di โbenua biruโ telah beroperasi tanpa memberikan layanan secara personal dan digantikan oleh teknologi.
Di lain sisi, para bos bank besar di Indonesia pun mengamini pernyataan Sri Mulyani tadi. Mereka pun menyebut bahwa saat ini pihaknya juga ikut menyiapkan sejumlah strategi terkait hal dimaksud.
Misalnya saja Direktur Treasury & International Banking PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), Panji Irawan, yang menyatakan bahwa strategi perusahaan untuk mengatasi permasalahan ini, yaitu dengan memberikan pendidikan dan melakukan pemetaan (mapping) talent yang dimiliki oleh para teller.
Kemudian, ada juga Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), Royke Tumilaar, yang pada akhir tahun lalu sempat berujar bahwa tren berkurangnya peran teller bank memang telah dimulai.
Ia mengatakan, banyak nasabah BNI saat ini yang menggunakan mobile banking sehingga volume transaksi yang ada di teller dan customer service mulai banyak berkurang.
Berkurangnya jumlah karyawan
Sejatinya, fenomena di atas memang bukanlah hal baru. Pasalnya, hal ini pun sebelumnya memang banyak diramalkan oleh para pengamat dan ekonom. Mereka pun memperkirakan bahwa teller akan dapat digantikan oleh mesin dan kecerdasan buatan.
Pada tahun 2017 lalu, misalnya, mantan Executive Officer Citigroup Inc era 2007โ2012, Vikram Pandit, mengatakan bahwa teknologi artificial intelligence (AI) dan robot bakal menghapus pekerjaan bank dalam 30 tahun ke depan.
Adapun pada akhirnya, hal itu akan turun menekan jumlah karyawan yang dipekerjakan oleh perusahaan yang bergerak di industri perbankan, yang kini pergerakannya sudah mulai tampak. Dari laporan keuangan emiten perbankan utama, pengurangan jumlah karyawan dari tahun ke tahun sedang menjadi pola nyata.
Diketahui, dalam lima tahun terakhir, emiten perbankan sudah mengurangi jumlah karyawannya secara perlahan. Bahkan, juga ada bank yang memangkas hingga ribuan pekerjaan dalam periode itu.
Kemudian, dari delapan emiten perbankan utama, diketahui hanya bank BUMN terbesar yang mampu meningkatkan jumlah karyawannya dalam lima tahun belakangan. Adapun dua emiten bank BUMN lain, yaitu Mandiri dan BNI, juga relatif mampu menjaga stabilitas jumlah pekerja, dengan jumlah karyawan turun kurang dari 2,5%
Namun, memang tidak disebutkan dengan pasti pekerja pada bagian mana yang jumlahnya berkurang drastis dalam laporan keuangan emiten perbankan itu. Meski demikian, melihat perkembangan zaman dan teknologi, sangat mungkin bahwa jenis pekerjaan yang banyak dipangkas termasuk teller.
Penulis: Kontributor/Boy Riza Utama
Admin: Panji A Syuhada