26.2 C
Jakarta
Jumat, 27 Desember, 2024

Startup Teknologi Indonesia Mulai Dilirik Bursa Efek

Industri rintisan atau disebut startup kian dilirik oleh bursa efek dalam negeri. Selain dinilai mampu mendorong ekonomi digital, pasar saham juga mampu menjadi wadah untuk mengembangkan startup dari segi permodalan. Melalui penerapan good corporate governance, nantinya skema penawaran umum perdana (IPO) diharap bisa membantu pengembangan startup menjadi badan usaha yang mapan.

Pandu Patria Sjahrir, Founder joint venture Indies Capital mengharapkan adanya realisasi atas langkah tersebut. Ia menilai stabilitas industri rintisan dapat ditanggulangi dengan memperkenalkannya ke publik melalui pasar.

“Startup akan lebih transparan dan akuntabel,”

“Startup teknologi bisa menjadi emiten di pasar modal kita,”

Sebagai komisaris di perusahaan game terbesar di Asia Tenggara, Garena. Di bawah nama PT SEA, Pandu mencontohkan pengalaman perusahaannya yang listing di bursa efek di New York (NYSE) pada tahun 2017 dengan kapitalisasi pasar mencapai lebih dari USD 8 miliar atau setara Rp 112 triliun.

Wacana Startup di Bursa Efek

Pada Agustus 2019, tersiar kabar tentang adanya 3 dari 16 calon emiten yang akan masuk ke dalam bursa efek. Ketiganya diharuskan memasuki akselerator milik Bursa Efek Indonesia (BEI) bernama IDX Incubator. Disebutkan salah satu startup yang menjadi calon emiten berada di segmen teknologi finansial (fintech).

Sampai saat ini, IDX Incubator telah memasukkan startup di lantai bursa efek bernama Passpod yang membidangi perjalanan dan wisata. Dibawah nama PT Yelooo Integra Datanet, Passpod berhasil listing pada Oktober 2018.

Selain itu, salah satu unicorn Indonesia, Gojek juga digadang-gadang akan menghuni papan nama daftar saham perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dikemukakan oleh Gojek di hari jadi ke-9 pada tahun 2019 lalu. Andre Soelistyo, Co-CEO Gojek mengatakan pihaknya akan segera melakukan persiapan untuk prosedur yang dibutuhkan.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU