30.4 C
Jakarta
Jumat, 18 Oktober, 2024

Target Kredit Bank Naik 11-13%, Usaha Ini yang Bakal Untung Besar!

JAKARTA, 18 Oktober 2024 – Target kredit bank bakal dinaikkan. Kredit perbankan mengalami pertumbuhan dalam rentang 11-13 persen pada 2025.

Pertumbuhannya didukung oleh pertumbuhan kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi.

Menurut Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti, Bank Indonesia (BI) meyakini prospek perekonomian Indonesia pada 2025 akan makin baik dengan pertumbuhan yang lebih tinggi, inflasi yang rendah dan nilai tukar yang menguat.

Tentunya prospek ini kata Destri didukung oleh meningkatnya investasi dan pembiayaan perbankan seiring dengan iklim investasi yang semakin baik serta tetap positifnya kinerja perekonomian global.

Destry menuturkan terkendalinya inflasi sebagai hasil positif dari konsistensi kebijakan moneter termasuk respons kebijakan suku bunga dan stabilisasi nilai tukar rupiah.

“Serta akan terus makin menguatnya sinergi antara Bank Indonesia dengan pemerintah baik di pusat maupun di daerah,” katanya.

Prospek Ekonomi Membaik

Prospek ekonomi Indonesia ini sambung Destri, akan tetap baik dan tentunya akan sangat dibutuhkan untuk mendukung keyakinan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia yang juga tetap tinggi.

Hal tersebut tercermin dari asesmen tiga lembaga rating utama, S&P, Moodys, dan Fitch yang mempertahankan sovereign credit rating Republik Indonesia pada level investment grade.

Lebih lanjut, Destry menuturkan BI memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh 4,7-5,5 persen pada 2024, dan 4,8-5,6 persen pada 2025.

Nilai tukar rupiah diperkirakan berada di rentang Rp15.700 hingga Rp16.100 per dolar AS pada 2024, dan Rp15.300 sampai dengan Rp15.700 per dolar AS pada 2025.

Sementara, inflasi diproyeksikan berada di kisaran 1,5-3,5 persen baik pada 2024 maupun 2025.

BI Naikkan Target Kredit Bank

Bank Indonesia menaikkan target kredit perbankan di level 11-13% pada tahun 2025.

Bidikan ini lebih tinggi dibanding pertumbuhan kredit 2024 yang diprakirakan tetap berada pada kisaran 10-12%.

Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan sikap optimistisnya sejalan dengan dukungan kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) Bank Indonesia.

Mengenai kebijakan makroprudensial itu kata Perry, pihaknya meyakini pertumbuhan kredit tahun ini bisa mendekati batas atas 10-12 %.

โ€œTahun depan 11-13%,โ€ ujarnya dalam Konferensi Pers RDG BI.

BI Umumkan Ada Pergeseran

BI mengumumkan adanya pergeseran fokus pada sektor-sektor prioritas atas kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) pada awal tahun depan.

โ€œNah, ke depan bagaimana? Kami akan geser sektor-sektornya yang menciptakan lapangan kerja,โ€ ujarnya.

Adapun, dirinya menyebut insentif likuiditas ini akan diberikan kepada bank yang aktif menyalurkan kredit ke sektor-sektor prioritas, yang memiliki kontribusi besar terhadap lapangan kerja.

Dengan pangsa tenaga kerja mencapai 50%. Sektor-sektor tersebut meliputi perdagangan, baik besar maupun eceran, pertanian, serta industri pengolahan yang padat karya.

Pada dasarnya, BI mengucurkan insentif KLM maksimal sebesar 4%. Rinciannya, apabila bank memberikan pembiayaan ke sektor prioritas, insentif maksimal 2,2%, insentif kepada bank dengan RPIM di atas 30% sebesar 1,3%, dan memberikan insentif kepada sektor hijau akan mendapat insentif sebesar 0,5%.

Bank Terima Insentif Sebesar 3 Persen

Perry menuturkan saat ini rata-rata bank menerima insentif sebesar 3,4%.

Pihaknya akan menaikkan dengan angka yang mendekati 4%.

Tapi realokasi ke sektor-sektor yang lebih pro-job.

“Tentu saja dengan memastikan NPL-nya tidak lebih dari 5%,โ€ jelasnya.

Target Pemerintah pada Tahun 2025

Dalam rapat kerja pada 28 Agustus 2024 lalu, Komisi XI DPR RI bersama Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Gubernur BI, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) menyepakati besaran Asumsi Dasar Ekonomi Makro, Sasaran Pembangunan, dan Indikator Pembangunan untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2025.

Asumsi dasar tersebut meliputi target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 sebesar 5,2 persen dan inflasi diperkirakan sebesar 2,5 persen.

Angka tersebut tercatat sama dengan besaran asumsi dasar pada Rancangan APBN 2025.

Nilai tukar rupiah disepakati sebesar Rp16.000 per dolar AS dan suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun sebesar 7 persen.

Angka tersebut sedikit berbeda dengan asumsi dasar Rancangan APBN (RAPBN) 2025 yang menargetkan nilai tukar rupiah pada kisaran Rp16.100 per dolar AS dan suku bunga SBN 10 tahun sebesar 7,1 persen.

Komisi XI juga sepakat bahwa sasaran pembangunan masih sama dengan RAPBN 2025, yaitu tingkat pengangguran terbuka sebesar 4,5-5 persen, tingkat kemiskinan 7-8 persen, tingkat kemiskinan ekstrem nol persen, Gini Rasio 0,379-0,382, dan Indeks Modal Manusia 0,56.

Indikator Pembangunan berupa Nilai Tukar Petani ditargetkan sebesar 115-120 serta Nilai Tukar Nelayan sebesar 105-108. Kedua indikator itu juga tidak mengalami perubahan dari RAPBN 2025.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU