30.8 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

Tiga Faktor Paylater Berpotensi Tumbuh di Indonesia Menurut Kredivo

JAKARTA, duniafintech.com – Layanan bayar tunda atau biasa disebut paylater dinilai masih berpotensi untuk tumbuh pesat di Indonesia. Menurut perusahaan pembiayaan digital PT FinAccel Finance Indonesia atau Kredivo, setidaknya ada tiga faktor yang akan membuat hal itu bisa terwujud.

Disampaikan General Manager Kredivo, Lily Suriani, hal itu juga didorong oleh popularitas platform dagang-el alias e-commerce. Pasalnya, itu berkaitan erat dengan adopsi berbagai metode digital payment, yang termasuk salah satunya adalah paylater.

“Pada awal Kredivo hadir di 2016 lalu, penetrasi paylater di Indonesia masih berada pada tahap awal, bahkan belum cukup familiar di beberapa kalangan masyarakat Indonesia. Namun, saat ini, industri paylater telah menjadi industri yang terus bertumbuh secara signifikan dalam waktu relatif cepat,” katanya, dikutip dari Bisnis.com, Jumat (18/2/2022).

Adapun hal itu juga tercermin dari preferensi konsumen dalam memilih metode pembayaran digital untuk berbelanja di e-commerce. Diketahui, sebanyak 27 persen responden menggunakan paylater untuk berbelanja, paling tidak satu kali dalam setahun terakhir, bersaing dengan metode pembayaran e-wallet dan transfer bank. Di samping itu, transaksi paylater di e-commerce Indonesia pun meningkat hingga 8,7 kali.

“Sektor e-commerce menjadi salah satu fokus utama kami dalam meningkatkan penetrasi setiap tahunnya. Kredivo pun telah melakukan integrasi fitur paylater dengan wallet share setidaknya 50 persen di mayoritas merchant e-commerce di Indonesia,” urainya.

Di sisi lain, dirinya juga memandang bahwa paylater pun mampu menjadi strategi yang efektif dan efisien dalam menjangkau masyarakat underbanked di Indonesia dalam hal akses kredit. Memang, kata dia, penetrasi kartu kredit di tanah air menjadi faktor utama bagi pertumbuhan industri paylater.

Pasalnya, tercatat ada sekitar 26 persen atau 47 juta jiwa dari total populasi penduduk dewasa di Indonesia sudah punya rekening bank, tetapi mereka masih menghadapi keterbatasan akses ke layanan keuangan konvensional di ranah pembiayaan konsumen, seperti kartu kredit dan KTA.

“Sehingga tak heran jika saat ini berbagai kolaborasi strategis juga dilakukan di antara bank konvensional dan pelaku industri paylater mulai dari pendanaan lini kredit, hingga menghadirkan kartu fisik paylater, guna menjangkau lebih banyak masyarakat, terutama kelompok underbanked tersebut,” sebutnya.

Diterangkan Lily, setidaknya ada tiga faktor utama yang mendorong pertumbuhan industri paylater. Pertama adalah kesenjangan akses kredit di Indonesia yang masih tinggi versus percepatan adopsi digital.

Data Bank Indonesia mencatat, jumlah kartu kredit di Indonesia mencapai 16,5 juta pada September 2021. Angka itu turun 6 persen dari jumlah tertinggi 17,5 juta pada Februari 2019. Total, penetrasi kartu kredit di Indonesia hanya mencapai 6 persen dari total populasinya. 

Hal itu pun membawa peluang komersial tinggi bagi digital payment, termasuk paylater, apalagi dengan percepatan adopsi digital yang terus meningkat signifikan karena pandemi. Bahkan, menurut survei, kartu kredit adalah metode pembayaran yang paling sedikit diminati oleh konsumen saat bertransaksi di e-commerce, yakni kurang dari 5 persen.

Faktor kedua, sambungnya, paylater pun dirancang untuk memberi nilai tambah bagi merchant lantaran dapat meningkatkan sisi transaksi dan memperluas jangkauan pasar.

“Buktinya, melalui integrasi dengan paylater, para merchant Kredivo, baik online maupun offline, mampu mengalami peningkatan transaksi, dengan setidaknya mendorong 3 persen hingga 4 persen dari GMV merchant e-commerce teratas,” jelasnya.

Di samping itu, dari sisi Cart Conversion Rate atau persentase pembelian berdasarkan jumlah barang yang disimpan oleh pelanggan di keranjang belanja, memungkinkan merchant yang sudahh melakukan integrasi dengan paylater memiliki Cart Conversion Rate 50 persen lebih tinggi selama checkout.

Adapun faktor terakhir adalah pengalaman seamless bagi konsumen lewat teknologi yang memungkinkan konsumen mendapat persetujuan secara instan. Konsumen bakal lebih nyaman dan berpotensi melakukan transaksi dua sampai tiga kali lebih sering.

“Inovasi teknologi industri ini mampu menghadirkan sistem skor kredit secara cepat dan kemampuan manajemen risiko yang terjamin. Bahkan, Kredivo telah memiliki matriks risiko setara dengan bank, dengan tetap menerapkan prinsip responsible lending bagi konsumen, yaitu memberikan kredit sesuai kebutuhan konsumen tersebut,” tuturnya.

Lebih jauh, platform yang mengakomodasi bunga sekitar 2,6 persen per bulan untuk cicilan 6 hingga 12 bulan itu juga optimistis bahwa industri paylater tanah air bakal memainkan peranan yang kian besar dalam lanskap digital payment di Asia Tenggara.

“Di Indonesia, ke depannya Kredivo juga akan meningkatkan layanan di kota-kota tier 3, memperluas target konsumen ke sektor produktif, seperti UMKM hingga penetrasi ke ranah offline, seperti kerja sama terakhir yang dilakukan Kredivo bersama Mitra Adiperkasa dan peluncuran Flexi Card,” tandasnya.

 

 

 

 

Penulis: Kontributor / Boy Riza Utama

Editor: Anju Mahendra

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU